11 September 2012 - 18 September 2012 = Days of Captivation
Setelah 574 orang Mahasiswa/i dinyatakan sehat secara jasmani dan rohani dan telah siap secara mental dan spiritual,
kami para mahasiswa/i yang tampan dan rupawan berangkat ke Markas
Kopassus di Cijantung untuk mengikuti kegiatan CaBul (Capacity Building)
Gelombang I selama 7 hari yang diselenggarakan oleh pihak Kampus feat. Kopassus. Kita diangkut dengan 17 truk yang seharusnya ditumpangi 20 orang/truk, namun karena kegentingan memaksa jadilah
sekitar 30 orang dimasukan secara brutal ke dalam tiap truk.
Sedangkan untuk mengangkut mahasiswi, digunakan 2 bus/busway ber-AC yang
secara kasat mata terlihat lebih manusiawi.
Emang pada awalnya reaksi mahasiswa/i berbeda-beda menanggapi
kegiatan CaBul ini. Ada yang kesel/bete/males karena berpikir 'ngapain
juga sih Kampus bikin acara wajib militer kaya gini? padahal udah mau
lulus', atau merasa seneng karena berpikir 'kapan lagi sih kita bisa
kumpul bareng satu angkatan? (biasanya yang kaya gini ada niat
terselubung)', atau memilih untuk gak peduli sama sekali. Sejujurnya, gw
sendiri cukup excited dengan diadainnya kegiatan CaBul ini.
Soalnya dibayangan gw, temen-temen sekampus bakal dididik secara militer
oleh pasukan Baret Merah ini, merayap di aspal panas, jalan jongkok diatas
kawat berduri, nyemplung di bantaran kali Ciliwung, tidur ala militer,
makan ala militer, mandi ala militer, dan berak pun ala militer. 2 menit
semuanya kelar secara bersamaan.
Sekitar pukul 15.00 sore, 11 September 2012…
Mahasiswa/i tiba di Makopassus Cijantung dengan diiringi Marching
Band oleh prajurit-prajurit muda Kopassus. Dengan rambut botak,
berkemeja putih dan celana hitam macem pegawai training Indomar*t, kita
diinstruksikan untuk menyanyi lagu "Selamat Datang". Dengan kemampuan lip sync
yang minim dan kepekaan indra pendengaran yg jauh dari mumpuni,
akhirnya gw cuma pura-pura nyanyi, cuap-cuap macem Ikan Mujaer keabisan
aer.
Di depan Gedung Nanggala kita berhenti, berbaris sesuai kompi dan
pletonnya masing2. Gw sendiri merupakan bagian Kompi B - Pleton 2 -
Kelas L. Setelah mengatur barisan Kompi/Pleton, seketika hujan mengguyur
tanah Cijantung seolah-olah menyambut kedatangan kami, ratusan
Mahasiswa/i botak yang siap untuk dibina dan ditempa di Makopassus.
Seorang pelatih berpangkat Letnan berteriak melalui megaphone, “Kalian jangan takut air. Hujan adalah teman !”
Seorang pelatih berpangkat Letnan berteriak melalui megaphone, “Kalian jangan takut air. Hujan adalah teman !”
"Anjrit. Tsubasa banget..!", ucap gw dalem hati.
Seusai Maghrib, kita semua dikumpulkan di lantai 1 Barak B untuk
menunaikan makan malam bersama. Pada awalnya, gw kira makan malam akan
terasa nikmat dan memuaskan. Namun semua itu sirna ketika seorang
kopassus mengambil megaphone dan mulai bercakap-cakap. "Disini semuanya diatur. Kalian tidur diatur, makan juga diatur!"
Hampir semua pelatih ngumpul di tempat ini, termasuk KOWAD (Komando
Wanita Angkatan Darat). Gw sama anak-anak sempet tercengang sambil
bercucuran air liur ketika KOWAD masuk ke arena makan malam. "Emang ada ya, tentara yang cakepnya kaya Model Victoria Secret gini?"
Oke, lupakan…
Kesan pertama gw masuk ke Makopassus adalah tempat ini berisi penuh
dengan orang-orang yang niat. Niat berlatih, bekerja, dan membela tanah
air dengan segenap jiwa raga. Bayangin aja, gak pagi, siang, sore, malem
pasti ada prajurit yang latihan bela diri di Gedung Nanggala. Entah itu
latian Judo, Kung Fu, Karate, Taekwondo, atau Merpati Putih. Belum lagi
tiap pagi mereka lari pagi sambil neriakin yel-yel yang berirama Iwak
Peyeknya Trio Macan.
Selama gw di sana, gw belum pernah liat ada Prajurit Kopassus yang keliatan lemes, hilang arah, galau, apalagi ngondek. Semuanya berjalan tegak, gagah, dan sebagian besar wajahnya seperti orang mau nerkam mangsa. Meskipun begitu, gw nemuin 1 orang Prada yang kelakuannya absurd bagi gw. Dialah pelatih Ratno. Pelatih asal Surabaya yang bertanggung jawab penuh terhadap Kompi B ini memiliki kulit yang kurang terang (baca : item), berambut cepak, dan agak medhok. Kebiasaan anehnya adalah ketika pelatih Ratno masuk ke Barak, seringkali tiba-tiba melakukan sikap tobat di samping pintu. Belum lagi dia sempet ke-gap anak-anak lagi ngelus-ngelusin pohon di pinggir jalan. Pelatih lain yang bertanggung jawab terhadap Kompi B adalah pelatih Gilang. Seorang Prada Kopassus asal Kalimantan yang belakangan diketahui sebagai intel di Makopassus.
FYI : Sikap tobat adalah sebuah gerakan absurd dengan kaki dibuka lebar, jidat menempel ke lantai, dan kedua lengan diletakkan dibelakang badan.
Untuk tempat berteduh, beruntung kami enggak ditelantarin gitu aja dibantaran kali ciliwung. Kami diberikan kehormatan untuk tinggal di barak B. Lantai 1 dipergunakan untuk Cluster Point (Tempat berkumpul), lantai 2 untuk mahasiswi, lantai 3 untuk mahasiswa kompi B, dan lantai 4 untuk mahasiswa kompi A dan C. Saat pertama kali masuk barak, seorang pelatih memberi instruksi untuk selalu menjaga kebersihan di tempat tidur, lantai, dan terutama kamar mandi.
"Kalian disini harus jaga kebersihan. Kalian datang dengan
keadaan bersih, pulang juga harus bersih. Kamar mandi juga ! Selalu
disiram sampai bersih sehabis buang air, baik yang kencing ataupun yang
berak. Karena kalo enggak, NANTI SAYA SURUH KALIAN JILATIN TAINYA
MASING-MASING !!", ucap pelatih itu dengan semangat jiwa korsa.
MAKAN
Prosesi makan-memakan di Makopassus bisa jadi mengenyangkan, namun
bisa juga menjadi cambuk bagi mereka yang terbiasa makan dengan lemah
gemulai. Perlahan dan sedikit. Peraturan makan dan minum disini adalah kita hanya boleh makan dan
minum makanan yang diberikan oleh kopassus saja, dan kita juga
diharamkan untuk ke kantin. Cara makan kami diatur sesuai dengan tata
cara makan ala militer, baik untuk makan pagi,siang,malam maupun snack.
Beruntung .hanya tata caranya aja yang diimplementasikan kepada kami.
Bayangin kalo isi makanannya juga ? Mungkin kita harus berburu rusa
liar, ayam hutan, bahkan ular sanca, atau sekedar nangkepin jangkrik
sebagai cemilan malam hari.
Kami makan saling berhadapan antar banjar. Pria dengan pria, wanita dengan wanita. Sebelum semua barisan lurus dan rapi, prosesi makan gak akan dimulai. Setiap orang harus mendapat 1 pasangan yang duduk tepat di depannya. Gak hanya mahasiswa/i yang harus lurus, makanan dan minuman pun harus ditata agar sejajar dan lurus. Sebelum semuanya lurus dan rapih, kita gak bakalan makan. Yang ada cuma makan ati dan dongkol setengah mampus karena sebelum makan, pasti ada pelatih yang orasi atau sekedar ngeledekin mahasiswa/i yang salah. Kalo kata (pelatih) Papa Lauren, "Makanan aja bisa lurus, kalian juga harus bisa lurus dan rapih supaya keliatan sombong !"
Kami makan saling berhadapan antar banjar. Pria dengan pria, wanita dengan wanita. Sebelum semua barisan lurus dan rapi, prosesi makan gak akan dimulai. Setiap orang harus mendapat 1 pasangan yang duduk tepat di depannya. Gak hanya mahasiswa/i yang harus lurus, makanan dan minuman pun harus ditata agar sejajar dan lurus. Sebelum semuanya lurus dan rapih, kita gak bakalan makan. Yang ada cuma makan ati dan dongkol setengah mampus karena sebelum makan, pasti ada pelatih yang orasi atau sekedar ngeledekin mahasiswa/i yang salah. Kalo kata (pelatih) Papa Lauren, "Makanan aja bisa lurus, kalian juga harus bisa lurus dan rapih supaya keliatan sombong !"
Setelah semuanya rapih ,lurus, dan terlihat sombong, seseorang akan
dinobatkan sebagai pemimpin yang tugasnya melapor, memimpin doa, dan
menutup makan. Jatah waktu yang diberikan untuk makan malam adalah
sekitar 5 menit. Padahal kalo diitung secara pasti, mungkin waktu makan
yang sesungguhnya adalah 2-3 menit aja. Alhasil, semua mahasiswa/i makan
dengan membabi buta dan mengesampingkan sisi manusiawinya
masing-masing. Tangan kanan megang sendok, tangan kiri megang air minum,
dan mulut berbusa.
Ekspresi tiap anak beda-beda, ada yg keliatan santai, ada yang
keliatan buas dan bringas seperti orang gak makan 7 hari 7 malem, ada
juga yang keliatan tertekan dan hampir muntah-muntah. Kalo gw ? gw makan
sambil ketawa-ketawa ngeliatin yang lain makan.
Waktu makan terberat adalah sarapan pagi. Bagi makhluk nocturnal
seperti gw, bangun dan sarapan pagi dengan mata yang memerah dan
diiringi rasa kantuk yang semakin membabi buta adalah salah satu
rintangan terbesar selain dijadiin sasaran tembak latihan prajurit Kopassus
di Makopassus. Untuk kegiatan makan pagi, ada 2 faktor yang
menghambat gw untuk mempercepat gerakan peristaltik yang terjadi.
Pertama, mata gw yang tinggal 5 watt dan memerah akibat kurang tidur,
yang kedua adalah makanan yang disediakan untuk sarapan pagi cenderung
kering dimana pasokan air bersih untuk minum saat itu masih sangat
terbatas. Tapi siksaan pagi ini belum seberapa ketimbang dihari
selanjutnya dimana anak-anak kebagian jatah makan ikan tongkol yang
isinya duri semua. Mau gak mau, ikan tongkol harus langsung ditelan
dengan duri-durinya supaya habis tepat waktu.
Setelah beberapa hari sukses menjalani prosesi makan-memakan di
Makopassus, seseorang dari kami dinobatkan menjadi sang juru kunci.
Orang itu dijuluki ‘Asep’. Popularitas pria yang berasal dari Kota
Kembang dan merupakan keturunan asli Tanah Sunda ini melesat dengan cepat bak
dikejar anjing pelacak milik Tim Cakra. Kepopulerannya yang instan
tentu aja menjadi pusat perhatian semua orang baik di dunia nyata,
Facebook, maupun Twitterland. Lalu apakah gerangan yang membuat Asep
menjadi bintang primadona di Cabul Gelombang pertama ? Engg… Ingg…
Engg….
Menurut Hukum Newton 3, “Setiap aksi akan memiliki reaksi yang
sebanding dan berlawanan arah”, yang berarti setiap hal pasti memiliki
konsekuensinya masing-masing. Popularitas tidak semata membawa efek yang
baik bagi seseorang, termasuk Asep. Kemampuan penguasaan mengunyah
makanan yang tidak sempurna (baca : gak bisa makan cepet), membuat Asep
sering kena hukuman. Dan seiring terjadinya hukuman bagi Asep, akhirnya
setiap awal Perhelatan Akbar ini Asep selalu menjadi incaran para
pelatih untuk diawasi, diledek atau sekedar ditanya-tanya.
Peran Asep disini cukup krusial, bagus tidaknya pesta makan buas di
Makopassus ini diindikatori oleh Asep. Jika Asep bisa memakan habis
makanan sampai ke kotak nasinya sebelum waktu habis,
maka bisa dikatakan semuanya sudah selesai makan dengan tepat waktu.
Sebenernya julukan ‘Asep’ tidak hanya dikarenakan dia orang Sunda,
melainkan karena nama aslinya yang sulit diucapkan oleh para pelatih,
dan kebetulan nama ‘Asep’ diambil dari nama hewan peliharaan Pelatih
Linda.
Selain Asep, ada 1 makhluk fenomenal yang gw kenal ketika prosesi
makan-memakan di Makopassus, namanya Joe. Manusia yang satu ini emang
tergolong ajaib. Bukan karena ketampanannya, namun kemampuannya untuk
menghabiskan makanan dalam hitungan detik ngebuat gw terkesima dan
berhenti mengunyah. Bayangin aja gw baru nelen 3 suap, nasi di kotak dia
udah abis. Dan dalam hitungan ke 3, semua lauk lenyap bak ditelan
bumi. Sejujurnya gw sendiri gak percaya dengan apa yang gw liat, dan gw
curiga kalo sebenernya nasi yang dia makan gak bermuara di lambung,
namun ke saku celananya.
Di Sabtu malem, cara makan kami diubah. Kami diharuskan makan dengan cara diurut satu per satu. Pertama lauk, kemudian sayur, dan terakhir nasi.
Hal ini membuat seorang teman kami mual dan gak bisa ngabisin
makanannya. Seperti biasanya, untuk yang gak bisa nyelesain tugas dengan
baik pasti ada hukumannya.
Sejujurnya, gw sendiri pernah nyaris muntah. Bukan karena mual, alergi atau makanannya yang ga cocok, tapi karena ngeliatin orang yang mau muntah. Pasti ada yang bingung kenapa juga gw ngeliatin orang yang mau muntah ? Yap, karena orang itu berada persis di depan gw dan dia adalah partner suap-menyuap sesama jenis.
Sejujurnya, gw sendiri pernah nyaris muntah. Bukan karena mual, alergi atau makanannya yang ga cocok, tapi karena ngeliatin orang yang mau muntah. Pasti ada yang bingung kenapa juga gw ngeliatin orang yang mau muntah ? Yap, karena orang itu berada persis di depan gw dan dia adalah partner suap-menyuap sesama jenis.
[Spoiler alert : Buat yang gak mau muntah jangan dibaca bagian ini]
Tepatnya pada Minggu siang, prosesi makan-memakan menjadi lebih
mencekam dari sebelumnya. Kita diberi instruksi untuk suap-menyuap
dengan orang di depan kita. Dan secara otomatis mata gw langsung terarah
ke orang yang duduk di depan gw. Sebut saja Ojan. Botak, tinggi, dekil, dan suspicious. Perasaan gw mulai ga enak dan menjadi aneh.
Sebelumnya, kotak nasi yang dia pegang pernah tumpah ruah ke lantai
akibat kelalaian Ojan, tapi makanan yang berceceran itu langsung dia masukin lagi ke dalem kotak nasi itu. Disini gw udah mulai males.
Pasukan diistirahatkan, dan seketika ajang suap-menyuap 574
mahasiswa/i dimulai. Keadaan menjadi ricuh dan gak beraturan. Tangan
saling suap, mulut penuh dengan makanan, dan bahu saling siku. Hitungan
mundur dari seorang pelatih yang berbicara melalui megaphone membuat
suasana makin chaos. Disinilah kecacatan itu mulai terjadi.
"Kalo seret, dorong pake aer!", ucap seorang Pelatih dengan semangat jiwa korsa.
Ojan makan dengan buas dan jauh dari cara-cara manusiawi. Dengan
mulut yang masih penuh dengan nasi yang setengah terkunyah, dia terus
meminta gw buat nyuapin makananya. Alhasil makanan yang dimulutnya jatuh
ke kotak nasi yang bakal gw makan. Disini napsu makan gw ancur
berantakan. Ngeliatin Ojan makan dengan cara yang tidak lazim aja udah
bikin gw mual, bijimane gw makan nasi yang tumpah dari mulutnya ?
Karena waktu cuma 2 menit, akhirnya seperti hewan memamah biak gw
abisin semua makanannya. Sementara itu 2 orang disebelah gw malah
ketawa-ketawa gara-gara ngeliatin gw makan macem indukan Sapi liar.
APEL / UPACARA
Sekitar pukul 7 malam semua mahasiswa/i dikumpulkan di lapangan parkir depan barak B untuk melaksanakan apel malam. Dan disinilah awal kekonyolan di Makopassus berawal…
Setelah nyaris 3 tahun gak pernah upacara, kaki ini akhirnya dipaksa berdiri
berjam-jam. Otot-otot semakin menegang, kaki mulai melemah dan badan
kejang-kejang.
Di tengah keheningan apel malam, seorang pelatih bertanya melalui megaphone.
Di tengah keheningan apel malam, seorang pelatih bertanya melalui megaphone.
Pelatih A : "Ada yang sakit ?"
(Beberapa mahasiswa/i mengacungkan tangan)
Seorang pelatih mendekati mahasiswa tersebut dengan raut wajah seperti ingin menerkam.
Pelatih B : "Kamu sakit apa ?"
Siswa A : "Siap. Sakit engkel, Pelatih !"
Pelatih B terkekeh-kekeh.
Pelatih B : "Engkel ? mau sembuh ? sini saya tendang biar cepet sembuh ! Kamu tau kapan Kopassus bisa kena engkel?"
Siswa A : "Tidak tahu, Pelatih!"
Pelatih B : "Kopassus itu kena engkel kalo diterjunin dari pesawat terbang. Dia jatuh ke tanah, baru kena engkel !"
Disini gw pengen banget ketawa. Belum lagi jawaban-jawaban absurd
dari temen-temen mahasiswa/i, seperti : “Pilek”, “Cidera otot”, “Cape”
atau bahkan ada yang disangka teroris pengebom di Beji gara-gara kumis
dan jenggotnya kaga rapih karena belum dicukur. Tapi gara-gara ngeliat
raut wajah pelatih yang mirip orang mau nerkam, niat itu langsung gw
urungin
Apel/upacara bisa menjadi prosesi yang sangat membosankan dan
mendongkolkan bagi sebagian orang. Bukan karena acaranya yang cenderung
monoton, tetapi karena banyak ketidakefisienan waktu yang terbuang di
sini. Misalnya, mahasiswa/i dikumpulkan di lapangan pukul 20.30
sedangkan upacara mulai pukul 21.00, dan setelah upacara diberikan
beberapa pengarahan yang seringkali topiknya melebar dan bersifat PHP
(Pemberi Harapan Palsu). Maksudnya, terkadang pelatih A telah selesai
memberikan pengarahan dan menutup acara, tapi tiba-tiba seorang pelatih
mengambil alih komando dengan megaphone dan memulai topik baru. Belum
lagi biasanya ada evaluasi kegiatan di hari tersebut yang diselingi
dengan pemberitahuan kesalahan/pelanggaran yang dilakukan mahasiswa/i.
Tentunya hal ini cukup mendongkolkan dan berdampak sistemik pada
pengurangan jatah waktu tidur kita.
TIDUR
Tidur malam untuk pertama kalinya di barak merupakan ujian pertama. Bagi seorang nocturnal
seperti gw, tidur pada jam 10 malem adalah kegiatan yang paling berat.
Ibarat maen Mario Bros, tidur malam adalah Raja Kura-kura jahat. Ibarat film Harry Potter, tidur malam adalah Voldemort. Kalo di Dragon Ball, tidur malam adalah Cell.
Akhirnya gw cuma tidur Ayam. Mata merem, tapi pikiran masih berkeliaran
kemana-mana. Dan hampir di setiap jamnya gw kebangun buat ke kamar mandi.
Sampe akhirnya jam 3 pagi gw baru bisa merasakan rasa kantuk. Tapi
emang dasarnya nasib apes, baru beberapa menit pikiran gw mulai tenang
dan beranjak masuk ke alam tidur, tiba-tiba terdengar suara alarm berupa
ringtone alay dari Handphone seorang mahasiswa. Gak lama alarm itu
berhenti dan gw kembali tidur.
Tepat pukul 4 pagi, sesuai instruksi Danki (Komandan Kompi) semua
mahasiswa harus bangun. Gw bangkit dari velbed dengan mata memerah,
berjalan sempoyongan seperti zombie menuju arah kamar mandi. Kamar mandi
kecil ternyata penuh dan akhirnya gw cuma sikat gigi di kamar mandi
besar dengan mata yang terkantuk-kantuk.
Karena kehabisan waktu, gw sukses gak mandi dan hanya wudhu untuk
melanjutkan sholat shubuh yang dilanjut dengan senam pagi. Dengan mata
merah dan terkantuk-kantuk gw berpura-pura menjalani senam, dan lebih
terlihat seperti zombie yang sedang dilatih loncat-loncat sama
majikannya.
Hari selanjutnya, gw udah mulai bisa tidur meskipun itu lewat dari
jam 12 malem. Di hari-hari berikutnya, rasa kantuk menyerang lebih awal
yaitu sekitar jam 10 - 11 malam. Dan sekarang giliran gw udah bisa
ngantuk, cobaan lain datang silih berganti seolah-olah berkonspirasi
untuk membuat gw tetap terjaga. Misalnya; 4 remaja salah gaul di depan
gw yang lagi bikin koreografi Cowboy Junior karena kena hukuman dari
pelatih Linda, atau belasan manusia buncit yang lagi latian Gangnam
Style, dan bejibun manusia botak yang ikut-ikutan koreografi Heavy
Rotation ala JKT48. Cacat ? emang.
Cobaan lain datang ketika semua orang telah masuk di alam bawah sadar
dan tertidur pulas. Suara ngorok terdengar saling bersautan layaknya
suara katak jantan yang sedang mencari pasangan kawin di musim hujan.
Sejujurnya, gw pribadi gak ada masalah sama yang namanya ‘ngorok’, toh
itu hak asasi masing-masing. Namun yang paling sekumbag (baca : scumbag)
adalah suara alarm dari Handphone manusia botak bejat yang sengaja
dipasang jam 3 pagi dan ngebangunin orang satu Kompi yang lagi
enak-enaknya tidur, tapi orangnya sendiri gak pernah bangun. Orang yang
kayak gini seharusnya direndem tengah malem di Kali Ciliwung, disuruh
kejer-kejeran sama anjing pelacak Tim Cakra, dan dijadiin sasaran tembak
buat latihan Prajurit Kopassus.
Dan setiap 15 menit selanjutnya, satu-per-satu alarm dari tiap-tiap
handphone bunyi bersautan. Dari mulai alarm bernuansa dangdut sunda,
sampe suara hewan tawuran.
MANDI
Sebenarnya mandi adalah prosesi sakral yang sebaiknya dilakukan
secara individu dan bukan berjamaah. Namun seiring berjalannya waktu dan
alasan penghematan waktu dan tempat , prosesi sakral itu ternodai dan
berubah menjadi ajang pamer titit termegah yang jauh dari sisi
manusiawi. Di sebuah kamar mandi berukuran 5 x 5 meter Perhelatan Akbar
ini digelar dengan meriah dan penuh tawa.
Kalo gw sendiri, gw lebih milih nunggu kamar mandi yang dikosong atau
bahkan gak mandi ketimbang ngeliatin ‘batangan’ bergelantungan gak
jelas di sebuah kamar mandi. Alasannya, karena gw juga udah punya
sendiri.
Awalnya gw sempet syok waktu gw pengen wudhu di kamar mandi besar,
karena sewaktu gw buka pintunya gw ngeliat 2 orang Mahasiswa botak bejat
lagi bugil dan asik sabunan sambil cengar-cengir mirip tapir kena
diare.
Hal yang bikin gw agak males dengan kamar mandi umum adalah adanya
barang milik orang lain yang tertinggal, entah sempak, baju, atau
sekedar odol yang masih menggantung di kamar mandi. Karena
ujung-ujungnya kita sendiri yang bakalan ngumumin kalo benda ini milik
siapa. Bayangin kalo lu masuk ke dalem barak sambil nenteng sempak orang
lain dan dengan penuh jiwa korsa berkata, "Ini sempak siapa ??!"
Gak elite banget kan ?
Satu hal lagi yang bikin gw enggan mandi di kamar mandi besar selain
karena tempat itu biasa dipake ajang pamer titit, yaitu air bak mandi
disana mulai berubah menjadi kecokelatan dan berisi larva nyamuk.
Bayangin aja lu kumur-kumur dengan air di gayung yang isinya
jentik-jentik nyamuk. Apa lu masih mau mandi bareng di kamar mandi
besar ?
KEGIATAN OUTDOOR
Sebenernya anak-anak gak perlu takut dengan hukuman yang ada di sini, karena segala bentuk hukuman dan kegiatan lapangan udah disesuaikan dengan takaran kita. Gak ada yang namanya ‘kontak fisik’, disini lebih ditujukan dengan hukuman berupa rasa malu. Misalnya, untuk mahasiswa/i yang makannya lebih dari 3-5 menit, mereka disuruh naruh kotak makanannya di atas kepala dan makan berdiri di depan semua mahasiswa/i sambil diledekin pelatih atau sekedar suap-suapan makanan sampe abis. Untuk makan snack, biasanya yang gak habis dalam 3 menit disuruh ngomong sendiri sama makanan/minumannya di depan semua mahasiswa/i dengan lantang. Gak bakal ada mahasiswa/i yang telat ngabisin makanan terus disuruh duduk di kursi listrik atau lari-lari di Lapangan tembak untuk dijadiin sasaran latihan tembak prajurit Kopassus.
Siang harinya, semua anak kompi B yang dikomandani Papa Lauren dapet
jackpot jalan jongkok di depan Kantor Group 3 Sandi Yudha gara-gara
suaranya menciut sewaktu nyanyiin yel-yel Kompi B.
Papa lauren ini emang spesialis pengamat mahasiswa/i yang lagi kendor
semangatnya. Di Gedung Nanggala misalnya, sewaktu latian PBB Papa
Lauren seringkali mendapati mahasiswa yang gerakan PBBnya aneh dan gak
sesuai aturan. Lalu beliau berkata melalui megaphone, "Mata saya lebih cepat dari gerakan tangan anda. Jadi gak usah ada gerakan tambahan !"
Kegiatan yang paling banyak menguras energi adalah PBB. Meskipun
hanya PBB dasar, namun hal ini sangat-sangat melelahkan karena dilakukan
selama 3 hari di atas aspal dan tepat di bawah terik matahari. Pada
hari ke-3 (Sabtu) diadakan lomba PBB antar Kompi dan Pleton. Setiap
Kompi wajib mengirimkan perwakilan Kompi dan Pletonnya untuk
dipertandingkan. Untuk Kompi B sendiri sebenernya masih banyak
kekurangan sewaktu latihan, tapi entah kenapa dengan kembalinya Papa
Lauren (setelah beliau 3 hari menghilang dari peredaran) membuat Kompi B
menjadi lebih kompak dan rapih yang akhirnya mengantarkan Kompi B
menjadi Juara umum. Ajaib bukan ? All hail Papa Lauren.
Banyaknya kegiatan outdoor dan panasnya terik matahari di siang
bolong merangsang tubuh untuk mengeluarkan lebih banyak cairan daripada
biasanya. Gak peduli berapa galon kita minum, tetep aja semuanya bakal
jadi keringet sewaktu di jemur di atas aspal.
Akibat overdosis kegiatan outdoor di atas aspal, banyak mahasiswa/i
yang sepatunya jebol menganga macem mulut Buaya. Termasuk gw yang sepatu
kanannya dengan sukses terbelah menjadi 2 bak dicabik anjing Tim Cakra.
Banyaknya sepatu yang jebol membuat permintaan lem sol sepatu di Kolat
meningkat. Apesnya sewaktu sepatu gw jebol, cadangan lem sol telah habis
dan berujung menjadi kepahitan buat kaki kanan gw. Demi menjaga harga
diri, sepatu kanan gw balut dengan tali sepatu mirip sepatu-sepatu Ninja
di Naruto.
Kurangnya pasokan air bersih untuk minum juga merupakan salah satu penyebab timbulnya dehidrasi masal dan penyakit panu. Anak-anak yang udah kaga bisa nahan rasa haus biasanya mengesampingkan sisi manusiawinya dan meminum air keran yang rasanya kaya lem glukol
secara brutal. Kelangkaan air bersih untuk minum juga menimbulkan
budaya timbun menimbun air minum dalam kemasan yang belakangan diketahui
disimpan di bawah velbed (ranjang) dalam barak. Beruntung,
pada hari-hari berikutnya kita diperbolehkan membeli minuman non soda di
kantin Kopassus, dan hal ini secara pasti mengurangi jumlah timbunan
air minum di bawah velbed.
YEL-YEL
Yel-yel sendiri pada awalnya diterapkan pelatih Lauren kepada Kompi B
di lapangan Pramuka, yang selanjutnya diikuti oleh kompi-kompi lain
dengan yel-yelnya masing-masing. Memang pada mulanya yel-yel sendiri
merupakan alat pemersatu dan ciri khas bagi masing-masing kompi, namun
semua itu berubah ketika Negara Api menyerang. Provokasi pelatih Galih
yang cenderung merendahkan Kompi B dan C ngebuat Kompi C membuat yel-yel
balasan untuk mengcounter yel-yel Kompi A yang berujung menjadi perang
yel-yel antar kompi. Pelatih Galih sendiri sebenernya adalah pelatih
Kompi A, Kompi yang suka ngaku-ngaku sebagai juara di tiap yel-yelnya.
Memang mereka adalah Kompi Juara, namun sayangnya juara 2.
Mungkin karena sensi dengan sikap pelatih Galih yang selalu
ngebangga-banggain Kompi A dan ngejelekin Kompi lain (terutama Kompi C),
akhirnya Kompi B yang tadinya netral berkoalisi dengan Kompi C untuk
menggempur semangat Kompi A yang selalu ngaku sebagai juara. Kompi B dan
C semakin solid. Kompi A digempur habis-habisan. Koalisi sukses.
Hal yang bikin gw ketawa ngakak di sesi ini adalah adanya DanYel
(Komandan Yel-yel) maupun performer yang gayanya cukup cacat dan absurd.
Dari Kompi C misalnya, ada seorang mahasiswa dengan berat badan kurang
ideal (baca : gembrot) yang menjadi performer dengan menari-nari seperti
tapir giling pengen kawin. Belum lagi ada performer yang suka lebay
kalo melakukan yel-yel dengan cara joget-joget kaya ikan mujaer abis
kena portas. Dan dari Kompi B sendiri biasanya diiringi tari perut oleh
manusia-manusia buncit yang mirip sapi tripping. Absurd. Kocak. Dan
menggelikan.
Entah bagaimana, selelah apapun kita, sedongkol apapun perasaan kita,
tapi ketika diberi instruksi untuk melakukan yel-yel semuanya berubah
menjadi bersemangat dan lantang.
Belakangan, Pelatih Galih mengakui bahwa hal itu bukanlah untuk provokasi negatif, melainkan positif untuk membakar semangat mahasiswa/i dan menjalin kekompakan sesama anggota Kompi.
Belakangan, Pelatih Galih mengakui bahwa hal itu bukanlah untuk provokasi negatif, melainkan positif untuk membakar semangat mahasiswa/i dan menjalin kekompakan sesama anggota Kompi.
FENOMENA PITA PUTIH
Untuk sebagian orang, mendapatkan pita putih adalah sebuah anugerah di Makopassus dan bisa juga merupakan sebuah bumerang bagi mereka yang benar-benar ingin mengikuti kegiatan outdoor secara penuh. Dengan menempelnya pita putih di lengan kiri, berarti mahasiswa/i tersebut berhak untuk tidak mengikuti kegiatan outdoor karena pemberian pita putih merupakan sebuah vonis dari dokter kampus yang menyatakan bahwa mahasiswa/i tersebut sedang sakit atau tidak boleh melakukan kegiatan berat dan sedang. Walaupun terkesan tidak adil, tapi memang begitu peraturannya. Hal ini dilakukan untuk mencegah banyaknya korban yang berjatuhan ketika baris berbaris atau kegiatan outdoor lainnya. Karena jika makhluk berpita putih ini dipaksa melakukan kegiatan berat, hal-hal yang biasanya terjadi adalah mimisan dan pingsan.
Sebenernya ada juga pita hijau, yaitu untuk mahasiswa/i yang hanya boleh mengikuti kegiatan sedang dan ringan saja. Selain vonis dokter pada saat tes kesehatan, pengakuan dari mahasiswa/i bisa menyebabkan mahasiswa/i mendapatkan pita putih secara cuma-cuma. Misalnya, waktu lagi PBB ada mahasiswa yang ngaku sakit sambil kejang-kejang dengan mulut berbusa, pastinya dia bakal dapet pita putih. Belum lagi biasanya ada oknum-oknum sekumbag yang pura-pura sakit supaya bisa istirahat ketika yang lain cape-capean di jemur di atas aspal.
Kalo gw sendiri, gw cuma dipasangi pita biru yang menandakan gw adalah bagian yang sah dari satu kesatuan Kompi B. Fakyeah…
EPILOG
Sejak awal gw kuliah di kampus
Autofriendzone juga memiliki kelebihan tersendiri, yaitu
mengurangi rasa canggung gw ketika ngobrol sama orang lain, terutama
lawan jenis yang sangat-sangat cakep. Karena seketika gw ngobrol sama
orang itu, otak gw langsung menerapkan mode autofriendzone yang
mana membuat gw jadi lebih rileks. Jadi setiap gw ketemu cewe cakep di
kampus, atau ada yang ngajakin ngobrol, pikiran gw selalu membisikan
sebuah kalimat kepada sang hati, "Pliss, jangan suka sama dia. Dia itu cuma temen. Inget lu siapa ? inget anak-istri lu di rumah ada berapa ?!"
Sebenernya ada beberapa faktor kenapa gw harus menerapkan mode autofriendzone ini. Pertama, karena tampang gw secara jelas memaparkan bahwa dirinya jauh dari kata ‘ganteng’dan lebih mirip pantat wajan keseret aspal. Kedua, karena mahasiswi di sini cenderung study-minded dan beberapa ada yang terjerumus ke IP-oriented.
Belum lagi banyaknya mahasiswi berkerudung seperti jubah Batman. Emang
gak ada yang salah dengan mahasiswi jubah Batman seperti ini, tapi
kadang sikapnya bikin orang salah sangka. Misalnya ketika salaman, dari
10 orang yang diajak salaman mungkin hanya 1 atau 2 orang aja yang mau
bersalaman. Selebihnya mereka hanya tersenyum dengan kedua telapak
tangan bertemu di bawah dagu seperti Biksu Tong Sam Chong. Kadang gw
berpikir, "Apa sebiadab itukah bau ketek badan gw, sampe-sampe mereka gak mau salaman ? padahal setiap hari udah gw semprot dengan bayfresh.”
Ketiga, perbandingan jumlah cewe sebesar 1 : 5 ini membuat persaingan
semakin ketat, sedangkan cewe yang cakep hati dan parasnya tergolong
sedikit. Sekalipun ada, pasti udah ada monyetnya. Satu-satunya cara yang
bisa memenangkan persaingan ini adalah dengan menikung pasangan lawan.
Meskipun efektif, tindakan ini jelas tergolong barbar dan terkutuk.
Sebenernya ada beberapa faktor kenapa gw harus menerapkan mode autofriendzone ini. Pertama, karena tampang gw secara jelas memaparkan bahwa dirinya jauh dari kata ‘ganteng’
Balik lagi ke Cijantung…
Capacity Building bersama Kopassus secara tidak langsung merupakan
ajang pencarian jodoh atau per-kepo-an massal yang pernah terjadi selama
gw dan temen-temen jadi mahasiswa. Gino, misalnya. Mahasiswa tingkat
akhir yang aktif bergrilya demi mendapatkan cintanya Sasya, secara
simultan dan kontinyu terus merapatkan barisan demi mendapatkan secercah
harapan maupun jawaban atas perasaanya. Sebenernya gw salut sama anak
ini, selain karena dia adalah seorang DanYel, Gino bersama temen-temenya
(Navin, Mahesa, dkk) yang dikenal sebagai pentolan Coboy Junior terus
mensolidkan Kompi B dengan candaan-candaannya yang emang bikin suasana
menjadi semakin rame. Terlebih dengan aksi penembakan yang dilancarkan
untuk Sasya melalui pembacaan surat cinta, meskipun aksi ini didalangi
Pelatih Linda sebagai bentuk hukuman bagi Gino dan rekan Coboy Junior.
Hal lain yang gue inget dari Gino selain karena dia temen 1 kelompok
sewaktu Dinamika (Ospek Kampus) adalah waktu dia nyoba nembak Sasya ke
sekian kalinya dengan sebuah kertas yang bertuliskan angka-angka, dan
waktu kertas itu dilipat, kombinasi angka-angka tersebut berubah menjadi
tulisan “I LOVE YOU”. Tapi naas, Sasya gak pernah ngerti dengan maksud
angka-angka yang Gino tulis.
Selain Gino, ada beberapa manusia absurd lain yang menurut gw
berkesan selama CaBul Gelombang I. Mereka adalah Navin, Niko, Dodi, Deza
(Danki B), dan Fajar. Navin sendiri adalah personil Coboy Junior yang
juga rekan Gino dalam membuat lelucon. Candaan atau jokes anak ini emang
asik dan lebih interaktif. Sedangkan Niko, anak ini memiliki bakat
lawak yang cukup tinggi sebagai seorang STANers. Saking lucunya, sewaktu
mau dihukum Pelatih Linda, Pelatih Linda malah ketawa sendiri dan gak
jadi marah. Niko selamat dari hukuman. Kalo Dodi dan Deza, mereka
berkesan karena perut mereka yang berbentuk seperti tempayan beras
(baca : buncit). Terlebih kalo mereka lagi nari Gangnam Style/Heavy
Rotation dengan celana Training. Perutnya yang buncit terus menari-nari
dan meliuk secara brutal mengikuti irama. Menggelikan memang. Fajar
sendiri adalah seorang temen yang asalnya dari Cirebon juga, hal yang
membuat dia berkesan adalah kecerdasannya yang emang gak wajar. Sewaktu
kuliah umum Transfer Pricing misalnya, hampir semua pertanyaan dia jawab
dengan alasan dan dasar hukum sesuai peraturan dan pasal-pasalnya.
Sebenernya gw sedikit curiga sama anak ini, jangan-jangan anak ini
sehari-harinya ngemil buku/kitab undang-undang perpajakan.
Untuk masalah per-kepo-an, gak cuma mahasiswi yang dikepoin, tapi
pelatihnya juga. Pelatih Linda, Putu, dan Dewi misalnya. Karena
kecantikan mereka yang gak wajar, gak heran selesai pulang Capacity
Building friend request di Facebook mereka bertambah ratusan dari
temen-temen sekampus.
CaBul ini emang pas diadain buat penutup kegiatan kampus, selain
menambah wawasan, kita juga menjadi lebih akrab, kompak, dan kimpoy
banget lah pokoknya. Yang dulunya jaim dan gak saling kenal, sekarang
jadi sok akrab (apalagi yang udah pernah mandi bareng). Misalnya, tiap
ketemu orang yang kepalanya sama-sama botak mereka saling sapa dengan
panggilan “bro”, karena mereka lupa namanya masing-masing.
A : "Hey, bro ! Mau kemana nih ? kece banget."
B : "Biasa bro, latian renang di air mancur."
Salah satu keuntungan ikut Capacity Building ini adalah ngeliat
penampakan mahasiswi-mahasiswi kampus yang belum pernah keliatan
sebelumnya, terutama mereka yang cakep.
Secara kasat mata, gw udah nemuin 3 mahasiswi yang lebih enak diliat
ketimbang ngeliatin muka temen 1 kompi yang cuma bikin mata perih
(haha). Sebut saja si A, B, dan C (Karena gw gak hafal namanya). Dari
ketiga mahasiswi tersebut, cuma mahasiswi A yang pernah ngobrol sama gw
selama Capacity Building. Waktu itu ada ceramah umum di Gedung Nanggala
dengan narasumber dari pihak internal DJP yang membahas tentang Transfer Pricing,
disinilah awal pembicaraan kita mulai. Berbeda dengan mahasiswi kampus
pada umumnya, si A ini lebih banyak bicara, berani ngomong duluan dan
supel. Pada awalnya gw nanggepin sekenanya aja karena pertanyaan dia
terkait materi yang diberikan oleh narasumber, dan seperti biasanya mode
Autofriendzone secara otomatis diaktifkan. Tapi setelah satu -
dua jam berbicara, keadaan menjadi berbeda. Kekaguman gw terhadap
sikap, tutur kata, dan perilakunya sepertinya ngebuat mode
autofriendzone melemah dan memudar. Alhasil gw jadi semakin canggung.
Ceramah umum selesai, dan itu berarti pembicaraan kita pun selesai.
Meskipun telah berjam-jam berbicara, tapi kita berdua belum saling
berkenalan. Walaupun gw sempet liat namanya yang tercantum di name-tag /
KTM, tapi gw gak yakin dia juga tahu atau bahkan ngeliat nama gw.
Menurut data intelijen yang gw dapet, si A ternyata udah punya cowo dan banyak mahasiswa kampus yang masih mengincarnya juga.
Dengan demikian secara resmi pintu hati gw tutup, mode Autofriendzone kembali
diaktifkan secara penuh dan menyeluruh. Sekarang separuh hati gw
dititipin di Makopassus, supaya nanti kalo bagian hati yang lain rapuh, gw
masih punya hati cadangan yang bisa menyatukannya kembali dengan penuh
semangat jiwa korsa. Cailah…
Pada akhirnya, setelah 7 hari 7 malam ditempa dengan penderitaan dan
diperkuat dengan rasa sakit, kegiatan Capacity Building Gelombang I yang
dengan sukses terlaksana, ditutup dengan sebuah upacara penutupan di
Makopassus dan upacara penyerahan di Lapangan A depan Sekretariat
Kampus. Bersyukur, sebelum gw balik ke Cirebon gw bisa liat wajahnya
terakhir kali yang selalu bisa memberikan kesejukan di tengah panasnya
terik matahari di Lapangan A.
PS : Buat semua Mahasiswa/i tingkat akhir Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara tahun 2012 : Jangan lupa dateng di Perhelatan
Akbar terbesar kita (Judisium dan Wisuda), karena itu kesempatan
terakhir buat kalian ngeliat ulang penampakan mahasiswi-mahasiswi cakep
di kampus kita yang gersang ini. Dan inget, perjalanan kita masih jauh !
Brace yourself !
PPS : Buat yang belum siap menjalin
hubungan, kamu bisa tutup hati kamu rapat-rapat dan kalo perlu pake
gembok dengan rantai terbaik. Trus kamu lemparin kuncinya ke Bantaran
Kali Ciliwung yang aernya paling butek. Dan ga perlu khawatir kalo
kuncinya ilang di makan lele jamban, karena kalo emang udah waktunya,
seseorang yang tepat bakal ngebawain kuncinya kembali dan ngebukain
pintu hati kamu. Cailahhh… (Backsound : Hijau Daun - Suara)
Cirebon, 30 September 2012
Salam Tampan,
0 comment:
Post a Comment