Year-End Closing

Di tengah obrolan malam di sebuah warung kopi, temen gue pernah nanya apa yang bakal gue lakuin kalo ada orang yang berniat busuk terhadap gue ?

Sejak kelas 3 SMP gue udah gak pernah ribut dengan orang (biasanya lawan Beruang Madu atau sparing dengan Angling Dharma di atas naga terbang), karena gue sendiri males ngeladenin ketololan orang yang tingkat kecerdasannya setara dengan biji salak, makanya gue lebih sering ngalah. Sebagai keturunan Adam dan Hawa yang percaya dengan adanya Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, maka teruntuk orang-orang yang berniat atau telah mencoba mengambil dan merusak apa yang (seharusnya) jadi hak gue atau berada dibawah tanggung jawab gue, mereka gak akan gue apa-apain. Paling cuma gue doain supaya mereka cepet tobat dan masuk surga. Kalo bisa masuk surganya sekarang juga.

Tahun 2013 adalah tahun yang sangat Zuperr. Tahun dimana banyak hal-hal apes terjadi, juga munculnya perasaan kehilangan, menyusutnya harapan, serta penghianatan. (Lebay banget ya ?) Tapi yang paling gue sesalin adalah penghianatan, karena penghianatan gak pernah dateng dari musuh kita, tapi orang-orang (yang pernah dianggap) terdekat. Di taun yang buas ini, nasib gue juga mulai berubah dan diperkenalkan dengan dunia luar yang ternyata lebih complicated dari yang gue bayangin. Banyak kejadian-kejadian sepanjang tahun 2013 yang ngerubah cara pandang gue terhadap dunia dan orang-orang, cara pandang seorang sinikal yang sarkastik.

 

Sebuah pandangan yang menyadari bahwa setiap orang rela melakukan apapun demi kepentingannya masing-masing, dan ketika kepentingan mereka merasa terganggu akibat salah satu tindakan lu bukan berarti mereka bertentangan dengan lu, melainkan mereka hanya berjuang demi kepentingannya masing-masing. Makanya kita harus bisa berdiri untuk diri sendiri meskipun gak ada orang yang berada di pihak kita.

Di taun 2013 ini juga, gue belajar banyak hal dengan cara yang (agak) cadas. Taun ini menyadarkan gue kalo orang-orang yang pinter ngomong (biasanya) adalah seorang penipu. Taun ini juga menyadarkan gue bahwa dengan menghargai perasaan seseorang gak ngejamin orang itu bakal menghargai perasaan kita juga. Sama halnya dengan menjadi orang baik pun gak ngejamin orang-orang bakal baik sama kita. Karena itu sama aja kaya kita berharap seekor singa gak akan menerkam kita karena kita gak pernah menerkam Singa itu. Gak adil emang, tapi itulah cinta, deritanya tiada akhir.

Pelajaran lain yang gue terima di taun ini adalah bahwasanya setiap orang, dari yang ganteng kayak gue sampe yang jelek kayak elu, dari yang kaya sampe yang miskin, dari yang muda sampe yang tua, pasti pernah ngalamin tragedi dan sakit hati dalam hidupnya, karena ini adalah hal-hal yang gak bisa manusia hindarin, dan penderitaan adalah harga yang harus manusia bayar untuk sebuah kehidupan.

Melalui proses-proses inilah gue belajar untuk maafin orang, bukan karena gue (ngerasa) orang baik atau mereka yang pantas ngedapetin kata ‘maaf’, tapi terlebih karena gue sendiri lebih butuh kedamaian ketimbang kepuasan untuk ngeliat musuh gue kalah.

Dulu sewaktu gue masih magang di KAP sebagai auditor cupu, gue pernah kebagian ngaudit sebuah Bank kecil. Dalam setaun Aset Bank tersebut langsung menciut dan merugi akibat fraud yang dilakuin oleh oknum pegawai bersama Direkturnya dengan cara membuat sejumlah kredit fiktif. Tugas gue waktu itu ngeverifikasi Perjanjian Kredit (PK) sekaligus survey lokasi debitur didampingin surveyor Bank buat mastiin kalo ini kredit fiktif atau bukan.

Ada sekitar 40 debitur yang disampling, tapi yang paling gue inget dan bikin gue pengen nyiram spirtus ke mukanya adalah sewaktu gue survey ke rumah seorang Bendahara sekaligus Kepala Tata Usaha sebuah SMP Negeri. Sebut aja Pak S.

Awalnya kedatangan gue ke rumahnya hanya sekedar verifikasi agunan/jaminan dan identitas, dan normalnya ini hanya berjalan sekitar 15 menit. Tapi semua berubah ketika insting investigator (kepo) muncul dan gue tanya-tanya tentang PNS yang cicilannya bisa 80% gaji bahkan sampe nombokin ke bendahara. Kata si monyet ini Pak S, PNS itu (selalu) ada aja uangnya. Makanya surveyor/credit analyst pun gak akan nolak pengajuan pinjaman dari PNS, soalnya resikonya kecil (kecuali duitnya bisa berubah jadi daun kaya di film Malam Satu Syuro).

Si monyet ini ngelanjutin obrolannya sambil nyalain rokok kretek di mulutnya.

Menit-menit berikutnya, obrolah gue dengan si monyet ini berubah jadi ladang pengakuan dosa. Si monyet ini bercerita banyak gimana cara milih pisang yang baik tentang cara-cara nilep uang Sekolah, mulai dari pembelian Alat Tulis dengan kwitansi bodong, pengadaan kursi/meja yang dimark-up atau dikurangi jumlahnya, sampe pengadaan komputer fiktif yang nilainya cukup buat nyicil Kapal pesiar.

Yang bikin gue kaget adalah pengakuan dia kalo perbuatan bejatnya ternyata gak dilakuin sendirian, tapi berjamaah feat. kepala sekolahnya dengan sistem Mudharabah (bagi hasil). Makanya dia bilang ke gue kalo bendahara sekolah itu gak akan berani dipindah (diutik-utik), soalnya dia murid Raden Kian Santang rahasia tiap kepala sekolah dia yang megang. Sampe sini rasanya gue pengen banget nyiram muka monyet ini dengan cairan karbol, terus nyumbat mulutnya dengan petasan korek.

Si Monyet ini juga ngejelasin modus penilepannya dengan bermacem-macem cara, tapi yang bikin gue berpikir keras adalah ketika si monyet ini ngejabarin tentang pengadaan komputer fiktif. Misalnya bulan Januari pihak sekolah beli komputer 25 biji, 3 bulan kemudian beli lagi 20 biji secara fiktif dengan kwitansi bodong. Terus gimana cara maennya ? Jadi komputer pembelian januari di akui sebagai komputer bulan April (karena masih bagus jadi gak ada yang curiga), sedangkan komputer bulan Januari dianggap udah rusak. Terus gimana kalo ada yang nanyain kemana bekas komputer rusaknya ? Pak S dengan kroni-kroninya nyuruh guru yang punya hardware komputer rusak dibawa ke sekolah. Jadi kalo ada yang nanyain kemana komputer yang lama, ya Pak S tinggal nunjukin rongsokan yang dibawa guru-guru itu. Gimana, ada yang mau bantuin nyantet paku orang ini ?

Selanjutnya, si monyet ini cerita lagi tentang dana bos dan dana RSBI. Menurut dia, kelakuannya itu gak seberapa dibandingkan temennya sesama Bendahara di sebuah Sekolah RSBI. Katanya dana RSBI yang ngucur sekitar 2 Milyar itu paling cuma kepake setengahnya, sedangkan sisanya menguap dipake nyicil Apansah. Makanya jangan heran masuk RSBI malah lebih mahal meskipun sekolahnya dapet bantuan dana milyaran. Coba aja baca ini.

'Tapi sekarang dana RSBI udah dicabut, ya ? Yang masih punya cicilan mobil pada kelabakan tuh. Hahaha…', ucap pria paruh buaya ini dengan senyum khas PNSnya sambil ngelepus rokok kretek.

Surveyor di sebelah gue : Hahahaha… *ketawa garing*
Gue dalem hati : 'AVTUR, MANA AVTUR ?!'

Si Monyet ini juga mengaku kalo dirinya sedang ikut penyetaraan supaya ijazah S1nya diakui dengan cara ngasih "upeti" sekitar 30 jutaan ke oknum terkait. Akhirnya dengan bepura-pura bilang kalo hari udah mulai sore, gue dan surveyor pamit dari rumah si Monyet ini sebelum gue mutusin buat mengketapel bijinya pake gear sepeda.

Gue cuma bisa berprasangka kalo ini cuma perbuatan oknum-oknum tertentu, karena gue tau masih banyak orang-orang baik yang mengabdikan diri pada institusi pendidikan di negeri para bedebah ini. Gue harap para orang tua siswa juga bisa lebih kritis terhadap kemana perginya uang pangkal dan SPP yang besarnya bisa dipake buat DP Ninja 250cc. Gue juga pernah denger keluhan pegawai kantor yang anaknya baru masuk SMA, katanya di dalam komponen uang pangkal yang dibayarin ke pihak sekolah terdapat biaya THR. Aneh ya ? Biaya gaji pegawai kok dibebanin ke calon murid ?

Tapi tenang aja, gak semua orang memiliki sifat busuk seperti si monyet Pak S barusan, ada juga kok yang baik.

Sekitar bulan Maret gue resign dari KAP dan milih menjalani hidup sebagai pendekar yang berkelana dengan Kuda putih bersayap. Akhir Mei pengumuman TKD dirilis oleh pihak Kementerian, dan akhir Agustus gue ikut TKD bareng 3300 mahasiswa lainnya. Lalu awal oktober kemaren gue mulai kerja sebagai budak pemerintah di sebuah instansi penyumbang 70% APBN.

Dulu (2012) sewaktu PKL di kantor ini, gue sempet kejebak di toilet karena knob pintunya rusak dan baru bisa keluar setengah jam kemudian dengan cara menjebol pintu pake linggis. Dan kemaren, hari pertama gue di kantor juga gak berjalan semulus pahanya Jessica SNSD. Gue kejebak lagi di toilet yang sama dengan kasus yang sama, bedanya kali ini cukup gue tendang knobnya udah langsung kebuka. Impressive.

Kerjaan di kantor juga cenderung monoton, dan gak semua ilmu yang gue pelajari di kampus kepake, meskipun jurusan gue udah sesuai dengan instansi tempat gue kerja. Tapi gue tetep bersyukur dengan kerjaan gue di kantor, karena di suatu tempat ada beberapa enjiner yang lebih milih kerja di Bank ketimbang berkiprah di bidang teknik.

Di kantor ini, gue ketemu dengan seorang pegawai honor yang jujur dan ulet (bukan ulet mangga), namanya Pak AS. Dia juga salah satu muadzin piawai yang dimiliki mesjid kantor. Karena kemampuannya yang aduhai, Pak AS sempet diledek oleh seorang eselon 4, 'Si AS ini nanti jangan diajakin karoke yah ? soalnya kalo dikasih mic saya watir dia malah adzan disana. HAHAHA…'. Seruangan ngakak sampe idung berbusa.

Pak AS ini super rajin, meskipun jam kantor mulai jam 8, tapi dia udah kerja dari jam 7 pagi ngalahin pegawai lain yang gajinya bisa 7x lipat dari dia. Yang paling bikin gue salut dari mahkluk berjenggot dan beranak 2 ini adalah ketika dia sibuk ngurus-ngurus surat wakaf tanah.

Gue : 'Yang wakaf siapa, pak ?'
Pak AS : 'Saya, Mas.'
Gue : Wakaf buat apa ?
Pak AS : 'Buat bikin Mesjid.'
Gue dalem hati : 'Wanjritt….'

 

Asli gue kaget setengah mencret waktu tau Pak AS ngewakafin tanahnya untuk Mesjid, padahal untuk kehidupan sehari-harinya bersama 2 orang anak yang masih sekolah aja udah jelas-jelas kurang. Pak AS juga kadang kasbon kesana kemari untuk ngehidupin keluarganya, bahkan duit di dompetnya aja kemaren cuma 56.500 rupiah padahal gajian masih lama, itu pun termasuk duit receh yang nyelap disaku celana dan sela-sela dompet. Orang yang hidupnya pas-pasan aja masih bisa wakaf, sementara gue ? Ngaji aja jarang, solat juga masih suka telat, apalagi wakaf. Kalo wakaf hati boleh ga ?

Sebagai bentuk partisipasi gue dalam mengurangi jumlah polusi, kematian, dan kemungkinan terjadinya kebakaran di ruang arsip, gue berinisiatif nempelin tanda larangan merokok dengan pesan yang cukup ketje.

Di kantor gue ada program futsal yang diadain tiap minggu, waktu itu gue sama temen-temen diajakin futsal untuk pertama kalinya. Emang dasarnya anak-anak OJT ini kelewat liar kalo maen futsal, ada kepala seksi (eselon 4) dibodi sampe mental, ada Kepala Kantor (eselon 3) ditackle sampe blusukan di rumput sintetis. 'Mampus, (penempatan) Papua apa kabar ?'

 

Kalo diflashback, banyak sekali kejadian di 2013 ini yang menurut gue absurd. Beberapa diantaranya udah pernah gue jabarin di sini. Masih inget kan dengan kenaikan harga BBM di pertengahan 2013 ? Apa kalian setuju ? Kalo gue ya dan engga.

 

Ya, gue setuju karena lebih baik dana subsidi BBM yang hampir 200 Triliun itu dialokasiin ke sektor lain ketimbang dihisap oleh jutaan Apansah. Misalnya dialokasiin untuk pembangunan fasilitas publik (RSUD, Sekolah, portal antar dimensi dari sabang-merauke), jaminan sosial untuk semua warga negara (JHT/JKK/JKM/JPK), atau pengadaan Kapal Pesiar beserta sekoci dan perahu karet untuk daerah rawan banjir.

 

Engga, karena gue gak habis pikir negara ini lebih rela ngasih dana talangan (bailout) yang jumlahnya triliunan kepada Bank yang dimiliki segelintir orang kaya, dan insentif pembebasan pajak/bea masuk untuk LCGC, serta ngasih harga murah gas ke China ketimbang ngasih subsidi BBM ke rakyatnya sendiri.

Sekarang ini lagi ngehits banget tentang fenomena Cabe-cabean dan terong-terongan di beberapa media. Awalnya gue kira ini promosi sayuran lokal atau kuliner khas seperti gado-gado atau karedok leunca, tapi waktu gue klik link beritanya, ternyata ini tentang cewe dan cowo terkait ajang taruhan balapan liar.

 

Jadi cabe-cabean adalah ABG ganjen yang bajunya kebuka sampe udel, suka keluyuran di mall, cafe, sampe kaki lima (kalo yang gak ada duit biasanya kongkow versi outbond dipinggir jalan layang atau pasar malem), dan nongkrong di balapan liar.

Sedangkan terong-terongan adalah cowo alay yang suka tawuran, ngisepin lem aibon, wadah asbak, pulpen narkoba, dan keluyuran tengah malem di kuburan Cina. 

Sebenernya ada juga versi hybrid dari 2 spesies laknat ini, namanya terong dicabein atau biasa disebut terong balado. Contoh spesiesnya kaya gini :

 

Ada juga cabe kering, kalo yang ini adalah versi vinta
ge/oldskool dari cabe-cabean. Contohnya kaya gini :

Gue sendiri bingung dengan ABG jaman sekarang, tampangnya udah kaya sindikat smashblast, kerjaanya buang-buang duit orang tua untuk hal-hal yang gak jelas. ABG cewenya suka buka-bukaan memerin bagian tubuh dengan make baju bolong-bolong supaya dibilang gaul, padahal seandainya buka-bukaan adalah suatu bentuk kemajuan, kalo gitu yang paling maju adalah binatang. Belum lagi ada yang hobinya tawuran sana-sini sambil bawa onderdil bengkel supaya dibilang pemberani, mending yang kaya gini dikirim jadi relawan ke jalur gaza buat bantu Mujahidin di sana. Nongkrong di tempat gak jelas sambil bawa anak orang, mending ngumpul bareng pemuda Karang Taruna buat bantu bangun Waduk. Ngupload foto di fesbuk dengan gaya ngerokok sambil ngisep lem glukol biar dibilang jantan, padahal dengan ngerokok malah bikin kejantanan mereka bermasalah. Ikut balapan liar dengan gaya nyetir ugal-ugalan cuma buat gaya-gayaan pake motor cicilan orang tuanya yang dimodif sedemikian rupa. Mesin korekan lah, knalpot bobokan lah, muka kobokan lah, tapi ngisi bensin masih pake premium. 'Aduh, nyet… gaya lu itu bersubsidi'

Sebenernya gue sendiri gak peduli dengan spesies terendah dari kingdom plantae seperti cabe-cabean, terong-terongan, atau bahkan terong dicabein. Buat gue, kalo emang mereka lebih milih jadi kotoran sekalipun, itu urusan mereka masing-masing. Tapi bisa jadi urusan gue kalo bau mereka mulai menyengat dan mengganggu.

 

Belakangan ini di newsfeed fesbuk gue mulai berceceran share foto/berita/status penebar kebencian dari sumber yang masih diragukan validitas beritanya. Isi beritanya itu kalo gak kerusuhan di daerah akibat perbedaan agama, demo penutupan tempat peribadatan agama lain, atau mengkafir-kafirkan/menyesatkan suatu kaum cuma gegara ngucapin ‘selamat’ seolah-olah ibadahnya udah paling bener.

 

Di pikiran gue waktu itu, ‘Apa gak bisa ya di negara ini ngebiarin kaum minoritas ngejalanin ritual keagamaannya secara khidmat ? Masa mau ibadah aja penjagaanya bisa lebih ketat daripada pengamanan pemilu. Aneh gak sih kejadian kaya gini terjadi di negara timur yang katanya tingkat toleransinya lebih tinggi dari menara sutet ?’

 

Padahal sewaktu Founding Fathers kita ngerumusin dasar-dasar negara (Piagam Jakarta/Pancasila/Pembukaan UUD 45) dengan susah payah menyatukan semua pemikiran dari Sabang-Merauke meskipun berbeda suku, agama, dan ras, kayaknya gak ada poin-poin yang nyalahin aturan agama manapun, makanya dulu golongan nasionalis, agamis, bahkan komunis bisa bersatu.

 

Kalo emang manusia diciptain berbeda-beda (suku/agam/ras) cuma buat saling membenci, perang, dan menfitnah karena (merasa) dianugerahi masing-masing agama yang menyatakan dirinya paling benar, then God must be hateful. But He isn't, is he ?

 

Tapi gue yakin Tuhan itu Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Meskipun manusia diciptain beda-beda dan Tuhan hanya ingin disembah dengan satu cara, bukan berarti kita harus saling serang dan saling hina sana-sani hanya untuk meyakinkan diri sendiri bahwa kepercayaan yang kita peluk adalah yang paling benar. Tuhan itu gak perlu pembelaan kita, karena Ia Maha segalanya, kalo mau buat pembelaan mending bela orang-orang yang diperlakuin gak adil. Bukankah dengan adanya perbedaan makanya Tuhan nyiptain cinta ? Supaya kita bisa saling menghargai perbedaan dan mengerti kekurangan orang lain. Kalo emang kita gak bisa nemuin alasan untuk ngehormatin pemeluk agama lain, alasan kalo mereka juga sama-sama manusia ciptaan Tuhan aja itu udah cukup.

Kalo lagi bete biasanya gue ke bioskop sendirian macem peserta uji nyali, tapi sewaktu gue liat daftar 'now showing'nya gue malah jadi males. Kalo gak film nanggung hasil adaptasi dari buku best selling, paling film horor komedi yang cuma nge-shoot paha sama dada kaya iklan ayam goreng di Ke Ef Si. Film Holywood yang keluar juga dikit banget, itupun sering telat, kadang bluraynya udah rilis di region 1, tapi di Endonesa baru muncul di bioskop. Mending juga gue download dari torrent.

 

Giliran nyetel TV, isinya kalo gak acara musik yang penontonnya bangsa alay yang suka goyang kucek-jemur-kucek-jemur, paling acara komedi yang hostnya bisa satu batalyon sendiri sambil nyemprotin tepung ke orang lain, atau nonton artis dadakan yang terkenal karena goyangnya yang lebih mirip gejala sapi Anthrax. Makanya kalo lu punya temen alay dan lagi bingung ngehubunguninnya, coba aja cari dia di acara dahsyad/inboks, siapa tau ketemu.

 

Kalo nonton berita, isinya kasus korupsi semua. Dari mulai impor sapi, pembangunan dinasti politik, sampe ada isu elite partai yang mau sumpah pocong dan gantung di monas kalo kebukti korupsi. Ya elah blay, mana ada sih maling ngaku. Lagian kalo ada pejabat kaya yang hartanya milyaran dan ngakunya gak korupsi, itu sama aja kaya orang gendut ngakunya makan sedikit. Pfftt…

Ada yang pernah berpikir bahwa bencana alam itu adalah cara alami semesta melawan kerakusan manusia ?

 

Menurut gue, bencana alam bekerja seperti sel darah putih yang melawan bakteri/virus dalam tubuh manusia. Ketika terlalu banyak penebangan liar, maka muncull banjir dan tanah longsor. Ketika terlalu banyak zat karbon yang dilepaskan ke langit oleh industri-industri kapitalis, makamuncul hujan asam dan pemanasan global. Ketika terlalu banyak pengeboran/penambangan SDA yang berdasarkan asas Keuangan yang maha esa dan asas kapitalisme yang tidak adil dan biadab, maka muncul semburan lumpur tak terbendung yang “dianggap” sebagai bencana nasional.

 

Mungkin ini adalah cara semesta ngasih tau kita untuk berhenti ngerusak alam. Untuk ngasih tau kalo semeseta gak berkenan dengan tingkah laku kita yang lebih mirip monyet mabok ale-ale ketimbang perilaku manusia beradab.

 

Mungkin ini yang diprediksiin Suku Maya tentang akhir dunia. Bukan tentang jatuhnya asteroid atau badai matahari yang nyampe ke bumi, tapi tentang hilangnya rasa kemanusiaan dari diri manusia. Banyak manusia yang hidup, tapi sedikit rasa kemanusiaan. Menghambur-hamburkan jutaan bahkan milyaran rupiah hanya untuk membakarnya diatas langit demi sebuah perayaan palsu, sementara jutaan manusia di belahan lain hampir mati kelaparan. Hewan membunuh demi kelangsungan hidupnya, sementara manusia melakukannya demi keserakahan. Dan ini yang lebih gue takutin ketimbang benar-enggaknya prediksi Suku Maya, karena yang namanya kiamat itu udah ada yang ngatur. Gue lebih takut lagi kalo keadaan di dunia masih tetep sama.

Kita secara perlahan mulai enggak menghargai makna kehidupan, eksistensi orang lain, bumi termasuk sumber dayanya, juga hewan yang hidup di dalamnya. Perang. Genosida. Penyiksaan. Korupsi. Pembodohan masal dalam sebuah tayangan Televisi. Keserakahan. Apatisme. Dan hawa nafsu. Tanpa disadari, kiamat udah ada di depan kita.

 

Namun hal yang paling gue takutin dari semua pertanda yang ada adalah jika terjadinya suatu masa dimana seseorang yang pengen ngedeketin lawan jenis gak lagi nanyain  “Kamu udah punya pacar ?” tapi berubah jadi "Kamu straight/normal gak ?"

 

PS : Mulai 1 Januari 2014, coret-coretan gue di tumblr dikumpulin di satu blog dengan URL frosthater.tk atau frosthater.blogspot.com biar lebih ketje dan menawan.

 

Cirebon, 31 Desember 2013

Salam Cabe Kering,

Penulis : frosthater ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel Year-End Closing ini dipublish oleh frosthater pada hari Tuesday, December 31, 2013. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan Year-End Closing