"Good friends won't let you do stupid things... alone..."
PROLOG
Kayanya gue udah lama gak nulis di blog. Saking lamanya gak ngeblog, sewaktu gue buka tumblr, dashboard gue udah penuh dengan sawang-sawang, jaring Laba-laba, bangke Cicak, Kelelawar, dan tulang Komodo. #jangandibayangin #abaikan
Minggu, 6 April 2014
Setelah dinyatakan sehat oleh dokter ber-NIP dan dibuktikan dengan Surat Keterangan Ganteng dari Posyandu terdekat, gue berangkat ke Jogja untuk ikut Diklat Prajab. Waktu itu gue berangkat naek
Secara resmi prajab itu dimulai besok Senen, tapi karena kita disuruh lapor hari ini berarti hari ini adalah hari pertama gue disini. Dan bagi gue hari ini adalah awal dari semua kemahatololan yang bakalan terjadi di 18 hari berikutnya. Praduga itu ditandai dengan sekenario Semesta yang berkonspirasi dan menyebabkan gue terjerembab di kamer no. 34 dengan temen lama sewaktu di Kampus, si Ajis. Dia adalah seorang kaskuser pujanga yang digilai janda pejabat namun dijauhi wanita sebaya, seorang idiot yang mempunya mimpi menjadi penakluk Westeros dengan menunggangi Naga Indosiarnya sambil berteriak, "Dracarys..!!".
Jam 5 sore, itu apel pertama gue
dengan 2 ekor wanita dan 85 pria botak sejawat lainnya. Yang telat apel,
langsung disuruh jalan jongkok dari tempat mereka pertama kali menampakkan
dirinya ke khalayak umum sampe ke lapangan upacara, dilanjut dengan push up. "Mampooss...
hahaha", ucap Ajis sambil ketawa cebol khas Tyrion Lanister.
Malemnya, kita semua dinner di
ruang makan, duduk di atas meja bunder yang dikelilingi 6 kursi yang berhiaskan
sprei pengantin khas malam pertama. Di tengah ruangan, berjejer meja prasmanan
yang isinya penuh dengan makanan kucing. Semua siswa prajab memandang ke
meja prasmanan dengan tatapan tajam, menyeringai dengan taring yang berlumur
air liur, mata melotot merah menyala, kulit hitam, dan rambut kribo. Ini
sebenernya manusia apa jelmaan Grandong ? #apasih #gajelas #iphonesia
#instaphoto #instafood #selfie #Okelupakan
Ini sebuah kesalahan besar. Ngebiarin
88 anak prajab makan malem di meja prasmanan adalah kesalahan terbesar kedua
yang dilakukan pemerintah setelah pembebasan bea masuk LCGC ke dalam daerah
pabean. Alhasil, anak prajab yang terakhir ngambil jatah prasmanan cuma dapet ampasnya
doang, sisa kuah sayur dan pecel yang lebih keliatan kaya makanan kelinci
ketimbang makanan manusia. Tapi ada juga yang lebih apes, yaitu mereka yang
kaga kebagian makan malem sementara temen yang lainnya keliatan gak peduli kalo mereka
itu bakal tidur dengan perut kosong.
Senin, 7 April 2014
Senen ini adalah hari pertama gue dan 87 imbisil lainnya ngejalanin diklat prajab secara resmi. Seperti acara berbau militer lainnya, di hari pertama ini kita diwajibin ikut Upacara Pembukaan. Lalu dipilihlah beberapa sukarelawan untuk dijadiintumbal petugas upacara
dan penandatangan Pakta Integritas. Temen gue, si Hendri, dengan sotoynya
ngajuin diri untuk menjadi penandatangan Pakta Integritas. Namun naas, usulan
itu ditolak oleh pelatih Paskhas karena tinggi dia gak match (baca : cebol) dengan yang ngebacain Pakta Integritas.
#pukpuk
Banyak dari siswa prajab yang belum
sadar kalo upacara pembukaan ini sebenernya sebuah turning point. Karena
dengan diadainnya upacara ini, berarti kita (88 orang) udah sah sebagai peserta
Diklat Prajab untuk 18 hari kedepan, and that means our right as normal civilians have been revoked. Mereka
yang setelah-upacara-pembukaan-selesai-bertepuk tangan,-salto belakang
sambil-tersenyum-lebar-seolah-olah-akan-berada-di-Nirwana-selama-18-hari-kedepan
itu gak tau apa-apa. Mereka gak tau kalo abis ini, abis upacara ini, kehidupan
mereka akan berubah 180 derajat. Hak mereka sebagai warga sipil
dicabut, kewajiban mereka dipertanyakan sebagai calon pegawai, idupnya gak
tenang, dikejer peluru nyasar, napasnya bakal disekap bantal. #apasih #gajelas
#photooftheday #instadaily #throwbackmonday #okeyangtadiitucumakutipantheraid
Seperti yang pelatih bilang di awal
Prajab, “Jangan tanyakan apa yang Negara
berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah engkau berikan kepada Negaramu”.
Dengan wajah yang sok ngerti, kami mengangguk paham.
KAMAR
Senin, 7 April 2014
Senen ini adalah hari pertama gue dan 87 imbisil lainnya ngejalanin diklat prajab secara resmi. Seperti acara berbau militer lainnya, di hari pertama ini kita diwajibin ikut Upacara Pembukaan. Lalu dipilihlah beberapa sukarelawan untuk dijadiin
KAMAR
Ini pertama kalinya gue ngerasa nyaman untuk fasilitas yang disediain Pemerintah. Kamer yang disediain untuk siswa Prajab lumayan luas, meskipun gak seluas lahan gundul di Kalimantan seenggaknya kamer disini cukup buat maen kasti sama temen sekamer. Oh ya, Asrama disini juga dijaga kebersihannya oleh pihak BDK, jadi tiap hari ada yang nyapu/ngepel/ganti sprei dan anduk tiap jumat. Pokoknya bersih, rapih, dan singset, gak kaya kamer kos gue yang berantakan mirip kandang Kenari.
Satu-satunya
masalah di Asrama ini adalah air yang kadang suka mati
mendadak tanpa pemberitahuan, terutama lantai 3. Pernah suatu pagi
gue mandi duluan, terus si Ajis mandi setelahnya. Baru berapa gayung dia
mandi,
aernya malah mati. Terus dia keluar dari kamer mandi dengan muka kaya
pantat Tapir yang dilipet karena dia hari ini gak mandi lagi.
MAKAN
Seperti
yang udah gue bilang sebelumnya, prosesi makan-memakan di Prajab
ini (bisa dibilang) jauh lebih manusiawi ketimbang Cabul sewaktu jaman
kuliah. Waktu makannya lebih lama (sekitar 10-15 menit), menunya juga
lebih oke karena dilengkapi "protein hewani" tambahan, minumannya juga
mantep (kopi, susu, teh, jahe, dan air bunga 7 rupa), dan kita dipersilahkan
makan di ruang makan yang dekorasinya kaya gedung hajatan.
Tata
cara makan kita diatur sedemikian rupa, dan kita ga bisa sembarangan asal masuk ruangan terus ngembat makanan sampe
udel kita berakar. Sebelum masuk ruangan makan kita harus baris
perkelas di lapangan, setelah itu
baru dijinin masuk. Di dalem ruangan makan, seorang yang ditumbalin
ditunjuk jadi Danki harus lapor dulu ke pelatih Paskhas, lalu memimpin doa,
dan selanjutnya baru boleh
makan dengan catatan ; kita harus makan dengan tertib, tanpa suara,
damai, dan sentosa. Tata cara itu berlaku untuk makan pagi, siang,
malam maupun makan snack. Beruntung cuma tata caranya aja yang
diimplementasiin pada prajab ini. Bayangin
kalo makanannya juga ? Mungkin kita harus berburu rusa liar, ayam
hutan, bahkan ular Sanca, atau sekedar nangkepin jangkrik sebagai
cemilan malam hari.
Menu
makanan disini juga variatif karena disediain oleh catering hotel, dan
kalo kita beruntung kita bisa dapet bonus "protein hewani". Dari mulai
sayur dengan topping ulet, lalapan segar plus kaki laba-laba, kikil yang bentuknya kaya kulit bekas sunat, daging rendang yang
kerasnya kaya kulit sendal, sup jagung yang rasanya kaya bubur janin,
atau sop kulit yang bentuk kulitnya mirip kulit kepalanya Zulhilmi yang
ngelupas, dan menu snack yang rasanya kaya daging Platypus. Tapi tenang,
makanan yang kaya gitu cuma sedikit kok, sedangkan sisanya enak dan
sangat cocok untuk perut pegawai dengan penghasilan 8 koma (tanggal 8
udah koma). Bahkan kalo disuruh milih makan di kosan atau di tempat
prajab, gue yakin 88 orang ini bakal milih makan di tempat prajab.
Di
ruang makan sekalipun, kita gak berhenti bikin ketololan. Contohnya si
Iqbal Cjr, manusia ceking yang satu ini pernah ketauan makan kacang
sebelum diberi ijin oleh pelatih. Awalnya gue dan setiap anak prajab
lainnya pasti ngambil jatah makan snack yang berlebih, tapi semuanya berubah ketika pelatih bilang kalo jatah waktu makannya hanya 3 menit.
Muka anak-anak keliatan panik, di otak mereka saat itu cuma ada sebuah gagasan "Gimana caranya ngabisin makanan sebanyak ini dalam 3 menit?". Gue juga ikut muter otak, karena gue gak mau gara-gara telat ngabisin makanan gue disuruh push-up atau jalan jongkok sampe Prambanan. Betis gue udah segede tales Bogor, men.
Akhirnya,
sewaktu gak ada yang liat, gue nyicil makan kacang sampe akhirnya
tinggal sedikit. Ngeliat cara gue makan, mantan pecatan personel Coboy Junior
ini ikut-ikutan ngunyah kacang. Bedanya, sekali suap dia masukin
segenggam kacang ke dalem mulutnya dan mengunyahnya kaya ikan sapu-sapu
ngisep lumut. Naasnya, ketika pelatih lewat, kacang dimulutnya belum
abis dan pipinya terlihat menggembung kaya ikan gabus.
*Pelatih Dadang mendekati meja makan*
Iqbal Cjr berusaha nutupin mulut yang penuh dengan kacang sambil nahan ketawa gara-gara ngeliatin anak-anak yang nyengir ngeliatin dia nutupin mulutnya yang penuh dengan kacang. Lalu Pelatih Dadang ngeliat ke arah Iqbal Cjr, dan lirikannya berpaling ke arah piring yang jumlah kacangnya ilang sebagian.
Pelatih Joko : "Kamu ngapain ? Ini kacangnya kemana ?"
Iqbal Cjr : "Brbbbrbrbrbrbbbb...", *ngunyah kacang sambil nahan ketawa*
Pelatih Joko : "Ini kemana ?!" *sambil senyum-senyum*
Iqbal Cjr : "I.i..ittuu pelatih, HAHAHAHAHAHAHA...." *kacangnya keliatan semua dimulutnya*
Pelatih Joko : "Kok, malah ketawa ? Ya udah kamu push-up sejumlah kacang yang kamu makan tadi !"
Iqbal Cjr : "Waduh, saya ga tau jumlahnya, pelatih."
Pelatih Joko : "Ya udah kamu push-up 50 kali !"
Iqbal Cjr : "Sekarang Pelatih ?"
Pelatih Joko : "Ya, sekarang. Masa besok ?"
Muka anak-anak keliatan panik, di otak mereka saat itu cuma ada sebuah gagasan "Gimana caranya ngabisin makanan sebanyak ini dalam 3 menit?". Gue juga ikut muter otak, karena gue gak mau gara-gara telat ngabisin makanan gue disuruh push-up atau jalan jongkok sampe Prambanan. Betis gue udah segede tales Bogor, men.
Iqbal Cjr berusaha nutupin mulut yang penuh dengan kacang sambil nahan ketawa gara-gara ngeliatin anak-anak yang nyengir ngeliatin dia nutupin mulutnya yang penuh dengan kacang. Lalu Pelatih Dadang ngeliat ke arah Iqbal Cjr, dan lirikannya berpaling ke arah piring yang jumlah kacangnya ilang sebagian.
Pelatih Joko : "Kamu ngapain ? Ini kacangnya kemana ?"
Iqbal Cjr : "Brbbbrbrbrbrbbbb...", *ngunyah kacang sambil nahan ketawa*
Pelatih Joko : "Ini kemana ?!" *sambil senyum-senyum*
Iqbal Cjr : "I.i..ittuu pelatih, HAHAHAHAHAHAHA...." *kacangnya keliatan semua dimulutnya*
Pelatih Joko : "Kok, malah ketawa ? Ya udah kamu push-up sejumlah kacang yang kamu makan tadi !"
Iqbal Cjr : "Waduh, saya ga tau jumlahnya, pelatih."
Pelatih Joko : "Ya udah kamu push-up 50 kali !"
Iqbal Cjr : "Sekarang Pelatih ?"
Pelatih Joko : "Ya, sekarang. Masa besok ?"
*Iqbal Cjr push-up sambil nahan ketawa*
Iqbal Cjr : "Kalo dicicil aja gimana push-upnya ?"
Pelatih Joko : "Ya, gak boleh. Harus sekarang."
*Iqbal Cjr ngelanjutin push-up dengan lemah gemulai*
Kalo si Ajis beda lagi, kali ini tingkah imbisilnya gak cukup kalo gak ninggalin bekas. Ketololan ini bermula sewaktu gue sama Habib yang seperti biasanya ngebook tempat buat kita berempat (Gue, Ajis, Habib, Timo). Karena si Ajis dapet giliran masuk belakangan, kursi kosong disamping gue dibook sama si Habib dengan cara naro gelas es kelapa muda di atas piring terbalik dan ditinggalin Kartu Peserta Prajab. Ajis yang baru dateng, tanpa basa basi langsung ngebalik piring di depannya, dan "PRRAAANNGGG....". Gelas yang ditaro si Habib di atas piring tadi pecah. Es kelapanya tumpah berserakan di lantai, dan airnya menjelma jadi siluman sabut kelapa. #apasih
KEGIATAN OUTDOOR
Iqbal Cjr : "Kalo dicicil aja gimana push-upnya ?"
Pelatih Joko : "Ya, gak boleh. Harus sekarang."
*Iqbal Cjr ngelanjutin push-up dengan lemah gemulai*
Kalo si Ajis beda lagi, kali ini tingkah imbisilnya gak cukup kalo gak ninggalin bekas. Ketololan ini bermula sewaktu gue sama Habib yang seperti biasanya ngebook tempat buat kita berempat (Gue, Ajis, Habib, Timo). Karena si Ajis dapet giliran masuk belakangan, kursi kosong disamping gue dibook sama si Habib dengan cara naro gelas es kelapa muda di atas piring terbalik dan ditinggalin Kartu Peserta Prajab. Ajis yang baru dateng, tanpa basa basi langsung ngebalik piring di depannya, dan "PRRAAANNGGG....". Gelas yang ditaro si Habib di atas piring tadi pecah. Es kelapanya tumpah berserakan di lantai, dan airnya menjelma jadi siluman sabut kelapa. #apasih
KEGIATAN OUTDOOR
3 hari pertama itu isinya kegiatan
outdoor. Semuanya dilakuin di luar kelas, upacara di luar kelas, latian PBB
di luar kelas, lari-lari diluar kelas, makan snack di luar kelas, mandi di luar
kelas, sampe tidur juga di luar kelas. #yaealah
Kegiatan outdoor disini kebanyakan diisi dengan berdiri, long march, senam,
jalan jongkok, guling-guling, dan lari-lari dari kenyataan. Makanya gak
heran 3 hari pertama latian disini, betis gue udah kaya betisnya Andik
Vermansyah, segede pelepah pisang.
Dan selama tiga hari kita dilatih,
seringkali materinya itu gak nyambung dengan yang tertera di jadwal. Materi "Etika
Organisasi Pemerintah” malah baris-berbaris (PBB), materi "Wawasan
Kebangsaan" latiannya upacara, terus PBB lagi, Materi "Mindsetting"
malah longmarch ke arah rumahnya Mbah Maridjan. Pokoknya selama 3 hari
itu apapun materinya, ya latiannya tetep PBB.
Reaksi anak prajab terhadap kegiatan ini bakal beda-beda, ada yang
ngerasa bete dan males karena berpikir, "Buat ape sih acara ginian lagi
? Kan dulu udah pernah ikut Capacity Building", "Haduuh, kulit eke nanti jadi item donk" *sambil kipas-kipas beha* #padahalcowo. Atau ngerasa seneng karena berpikir "Kapan lagi sih kita
bisa kumpul bareng temen kuliah ? Siapa tau bisa ketemu cewe cakep?",
atau memilih untuk gak peduli sama sekali. Kalo gue sendiri ngerasa cukup
seneng. Karena gue pikir kami seangkatan bakal dibinasahkan secara
militer oleh pasukan khusus ini, ngerayap di aspal panas, jalan jongkok,
push-up berantai, nyemplung di kali yang aernya lebih item dari laut mati,
tidur ala militer, makan ala militer, mandi ala militer, dan berak pun ala
militer -- 2 menit semuanya kelar secara bersamaan.
Oke, hari
pertama itu sebenernya gak begitu parah, paling mentok kita cuma disuruh push
up, longmarch ke arah rumah Mbah
Maridjan, dilanjut jalan jongkok dari depan BDK sampe lapangan upacara. Ya
lumayan lah, dalam sehari ini perubahan fisik udah keliatan, dan badan jadi lebih
berbentuk. Berbentuk tinja.
Sorenya ada
semacem evaluasi, semua aib dan kesalahan kita di hari pertama di buka. "Satu orang salah, berarti salah semua", itu prinsipnya. Dan menurut gue prinsip ini sama sekali gak masuk akal, "Kok satu orang yang berbuat bego, kita semua yang kena ?". Maksud gue, namanya prinsip itu harus applicable,
coba prinsip ini diaplikasiin ke hal lain, ngehamilin anak orang
misalnya. Nah kalo ada satu orang anggota paguyuban yang berbuat mesum, masa
satu paguyuban yang diminta pertanggung jawabannya ? Kebayang gak
gimana capenya petugas dinas catatan sipil nulisin nama bapaknya di akte
kelahiran ? Kebayang gak kertas aktenya segede apa ? Segede baligo
caleg, mungkin? Oke, lupakan pikiran tolol gue barusan.
Awalnya gue
pikir ini cuma sekedar roll depan biasa, dan gue yakini diri gue sendiri, “ini sih maenan waktu gue kecil dulu…”.
Tapi nyatanya…
Setelah pelatih bilang, “AYO SEMUANYA JUNGKIRRR... !!”
Keadaan seketika menjadi chaos, kita semua langsung roll depan gak berarturan kaya monyet sirkus akrobatik, dan saat itu juga lapangan yang biasa dipake buat apel berubah jadi arena guling liar.
Setelah pelatih bilang, “AYO SEMUANYA JUNGKIRRR... !!”
Keadaan seketika menjadi chaos, kita semua langsung roll depan gak berarturan kaya monyet sirkus akrobatik, dan saat itu juga lapangan yang biasa dipake buat apel berubah jadi arena guling liar.
Gue sempet ragu buat ikut roll depan, tapi karena rasa takut digampar pake
sepatu boots lebih besar dari perkiraan rasa sakit yang ditimbulkan akibat
benturan antara kepala dengan paving block, akhirnya gue terpaksa roll depan. Muka anak-anak langsung pada pucet, kepalanya memerah karena nahan berak. #Lah?
Baru
beberapa kali ngeroll, pelatih nyuruh kita berhenti dan gue ngerasa
sedikit lega. Gak lama kemudian, pelatih nyuruh kita ngelanjutin hukuman
dengan guling-guling sampe ujung lapangan.
“GULIIIINGG… JANGAN SAMPE ADA YANG GAK
GULINGGGG !!”, kita semua ngeguling dan pelatih teriak semakin keras.
Muka anak-anak makin pucet, badan makin gak ke kontrol, arah guling-guling makin gak jelas. Tapi emang dasarnya ada yang berjiwa monyet akrobatik, tetep aja ada yang lanjut ngeroll sampe ujung. Ada yang nabrak trotoar lah, ada yang kearah ruang kelas lah, ada yang masuk tanah lah. #loh?
Muka anak-anak makin pucet, badan makin gak ke kontrol, arah guling-guling makin gak jelas. Tapi emang dasarnya ada yang berjiwa monyet akrobatik, tetep aja ada yang lanjut ngeroll sampe ujung. Ada yang nabrak trotoar lah, ada yang kearah ruang kelas lah, ada yang masuk tanah lah. #loh?
Keadaan jadi semakin chaos ketika satu-persatu siswa
prajab mulai pusing karena nahan mual dan memutuskan untuk berenti di tengah
arena guling liar. Mereka yang berenti karena mual itu malah kelindes
temennya yang lagi guling.
Gue sendiri malah
ikutan mual, gue kira 40 meter itu deket, ternyata deket itu relatif, men. Gue nyoba untuk berenti, tapi ga
bisa. Gue udah gak bisa mengontrol badan gue sendiri dan seberapa keraspun
usaha gue untuk berhenti ngeguling, badan gue dengan sotoynya tetep guling
sampe ujung lapangan.
Di ujung lapangan gue berenti, terkapar menghadap langit mencoba menenangkan diri. di sudut lain, beberapa anak berlarian ke arah kamar mandi, lalu muntah.
Suara muntahan yang lebih mirip suara babi disembelih ini terdengar cukup keras dari lapangan, seolah-olah yang dimuntahinnya itu bukan makanan, tapi obeng, baut, atau kunci inggris. Gue khawatir, ketika mereka muntah dengan ganasnya, ginjal atau paru-paru mereka ikut kebawa muntah. #gakusahdibayangin
Dihari kedua, selain kegiatan rutin seperti senam pagi dan apel, kita juga dijemur di lapangan dari jam 8 sampe jam 3 sore. Tujuannya cuma satu, latian upacara (PBB). Dan mulai hari itu, segala bentuk jabatan harian (petugas upacara/danki harian/danton/inspektur upacara/pemimpin makan) dibagi secara giliran ke tiap-tiap siswa prajab. Jadi gak ada lagi free rider yang cuma numpang berdiri atau cuma ngikut makan doank, semuanya kebagian jatah untuk tampil di depan. Dan sistem bagi-bagi tugas seperti inilah yang bikin beberapa siswa mendadak gagap dan mengalami penurunan IQ karena gak biasa tampil di depan.
Pelatih : "Ayo, siapkan !"
Oknum D (Danton) : "SIAPPP... GRAAKKK..!!"
*Oknum D tengok kanan-kiri nandain kalo dia kebingungan*
Oknum D : "Ngapain lagi nih ?"
Suara dari kerumunan barisan Kelas C : "Udah tepuk integritas aja !"
*Oknum D keliatan ragu-ragu untuk ngambil komando berikutnya*
Oknum D : "TEPPUUKK INTEGRITASS... GRAAKKK...!!"
Kelas C : "BRUAKAKAKAKAKKAKAKAKK...." *ngakak sampe kejang-kejang*
Sebelumnya gak pernah terlintas di kepala gue kalo Jogja bisa sepanas ini. Ya ente bayangin aja, dengan keadaan sepanas ini, kayanya kalo ente ngelempar telor ayam kampung ke aspal jalan depan Balai Diklat, sebelum telornya nyampe tanah udah jadi ceplok telor duluan karena saking panasnya. Padahal masih dalem cangkang, aneh kan ? Jelas aneh, apalagi yang nyoba ngebayangin kalimat tadi.
Kayanya matahari bahagia banget memancarkan sinarnya ke arah 86 jidat plontos anak prajab hari itu. 3 jam pertama dijemur, kulit udah mulai keliatan gelap gulita. Kita bisa istirahat cuma waktu solat dan makan siang atau snack. Itupun sambil nyuri-nyuri waktu disela-sela kegiatan, dan lamanya gak lebih dari 5 menit. Sisanya latian upacara di lapangan.
Di hari ke-dua ini semua kegiatan dilakuin dilapangan, bahkan ditengah panasnya terik matahari kita masih disuruh senam bina fisik di tengah lapangan. "Biar badan sehat", katanya. Ente bayangin aje, sebelum makan siang kita semua disuruh pompa bumi (push up), jumping jack, dan beberapa gerakan aneh lainnya. "Biar makan kalian lahap", katanya.
Selain perubahan bentuk fisik, bertambahnya massa otot, dan menggelapnya warna kulit, rusaknya sepatu olah raga secara massal merupakan dampak langsung dari kegiatan outdoor. Baru 2 hari latian, sepatu udah pada jebol kaya mulut buaya. Menghadapi hal semacem ini, gue udah jauh-jauh hari nyiapin sepatu bekas CaBul kemaren yang udah dimodifikasi sedemikian rupa (baca : disol paksa), dan hasilnya sepatu gue tahan banting sampe hari ke-19.
- Tongkat keseimbangan : Menang.
- Bikin jembatan dari kertas : Gagal total, jembatannya cacat.
- Tepuk Integritas : Menang.
- Estafet Hulahoop : Jadi Team Medioker.
- Rolling Ball : Kalah telak, gak bakat maen bola.
- Ngerakit Lego : Menang.
Dihari ke-tiga ini, banyak anak-anak yang dapet sepatu olah raga baru karena sepatu lama mereka udah rusak parah dimakan kejamnya aspal BDK. Sepatu buatan china itu mereka dapet dengan cara beli, dan proses pembelian sepatu diakomodir oleh pihak panitia BDK sehingga anak-anak gak perlu repot-repot nyari alesan buat keluar jalan-jalan dari BDK. :P
Sekarang kita berdiri tepat di depan sungai yang airnya berwarna coklat seperti Milo, di tepiannya ditumbuhi rumput liar dan sedikit ilalang. Kemiringan tanah disekitarnya juga gue rasa cukup curam. Jadi kalo kita iseng nyelimpung (tackle) kaki temen disebelah kita, gue rasa itu cukup untuk menjerumuskan dia ke dasar sungai. Oke, itu cuma khayalan gue doank.
"AAAAKKKK....AAAAAKKKK...AAAAAKKKKKK...!!", anak-anak langsung pada nyemplung sambil teriak-teriak gak jelas
Kita disuruh pegangan tangan (no homo), dan kemudian pegangan itu berubah jadi cengkraman erat pada pundak yang membentuk barisan panjang sebanyak 88 siswa. Lalu barisan itu berjalan menyusuri sungai sejauh kurang lebih 200 meter.
Sewaktu gue narik badan gue dari air, gue kaget setengah mampus pas ngeliat badan gue dirubung kepiting sungai yang gedenya setara tutup Akwa galon. Gue panik, gue goyang-goyangin badan gue sambil minta bantuan temen disebelah buat nabokin kepitingnya sampe jatoh. Dan, ternyata dia juga takut kepiting. Oh fuck.
"Tapi kalo sampe ada yang masuk ke sempak, gimana ?", gue langsung ngeraba-raba celana training gue yang udah penuh dengan lumpur. Ternyata gak ada kepiting binal yang nyangkut di dalem sana. Gue kembali lega.
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Sewaktu dikelas, ada dosen yang sempet nanya kenapa kulit kepala Zulhilmi ngelotok sampe kaya gitu? Kalo dikasih kesempatan jawab, gue sendiri bingung antara mau ketawa ngeliatin kulit kepalanya Zulhilmi yang udah-mulai-ngelotok-tapi-gak-mau-dia-cabut-karena-takut-terkelupas-kulit-arinya-dan-bisa-nyebabin-iritasi atau ngasih jawaban retoris yang jelas bukan gue banget.
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sini mirip dengan kuliah pada umumnya, bedanya cuma di jam pelajaran aja. Kalo kuliah di kampus jam kuliahnya bisa selang-seling (kuliah-kosong-kuliah-kosong), kalo disini kita bisa belajar dari jam 8 pagi sampe jam 7.30 malem (kalo lagi apes). Kebayang gak ? Tiap hari kita belajar hampir 12 jam dengan materi yang cenderung mirip antara satu pelajaran dengan yang lainnya. Dan itu gak menghentikan aktivitas rutin seperti senam jam 5 pagi, dan apel (pagi-malem).
Umumnya, dalam satu kali pertemuan kita harus bisa menuntaskan satu pelajaran dan menghabiskan satu buku (kecuali untuk pelajaran yang jam tatap mukanya kepotong-potong). Gak heran, kelar KBM muka anak-anak langsung pada lesu seolah-olah nyawanya keisep sama modul diklat. Belum lagi sewaktu KBM gue harus nahan perihnya gesekan kulit leher dengan kerah baju yang semakin menjadi-jadi kalo keringetan. Godaan belajar bisa semakin membabi buta ketika lapar, apalagi pas jam-jam siang. Jam-jamnya ngantuk. Fokusin perhatian ke arah penjelasan dosen adalah hal tersulit, bahkan gue rela 10 kali roll depan di paving block siang bolong, asal dibolehin tidur setengah jam di dalem kelas. Kalo ada siswa yang bisa fokus nerima pelajaran siang itu, "gue yakin dia itu psikopat".
Mungkin orang kaya dia itu cuma 1 banding 1 juta. Eh ? Kalo dia 1 : 1 juta, dan jumlah penduduk di Bumi ini ada 7 Milyar, berarti orang kaya dia ada 7000 donk ? Mampuslah kita, bisa mati ketawa kalo 7000 orang itu ngumpul jadi satu Paguyuban.
Semakin deket dengan ujian, anak-anak jadi sering belajar bareng di kelas selepas jam malem. Sebenernya, ini bukan inisiatif pribadi masing-masing, tapi untuk ngisi waktu luang sebelum apel malem ketimbang dipake buat acara ga jelas, atau dengerin si Alfin orasi lagi. Kita gak mau mati konyol, men.
Salah satu kejadian paling tolol sewaktu KBM berlangsung adalah adegan dramatis pengusiran si Ajis dari kelas. Waktu itu si Ajis menawarkan jiwanya untuk menjadi sukarelawan fotokopi soal latian ujian pada jam istirahat, padahal dia sendiri pengen jadi relawan fotokopi cuma sebagai kamuflase supaya bisa ngerokok di warung sekitar BDK. Tapi karena kehilafannya kalo dosen untuk jam selanjutnya adalah orang yang sangat strict dan gak bisa ditipu dengan wajah begonya yang pura-pura memelas, akhirnya si Ajis diusir dengan hina dari kelas karena telat setengah jam.
"Gapapa, dapet 2 batang...", ucapnya sambil nyengir khas Tyrion Lanisternya.
Banyak sekali adegan-adegan tolol semacam tadi yang terjadi pada saat KBM berlangsung. Misalnya, pada suatu malem dimana kegiatan belajar bareng berubah jadi ajang karaoke. Gue sendiri heran, kok bisa ?
Tapi gue inget kata-kata ini, "kalo ada 27 monyet ngumpul, gak akan ada satupun dari monyet itu yang bertingkah kaya manusia. Tapi kalo ada 27 manusia ngumpul, seenggaknya ada 5 orang yang kelakuannya kaya monyet". Dan itulah yang terjadi di kelas ini, seenggaknya ada 5 orang yang rebutan microphone buat cuap-cuap gak jelas.
PANDEMIK
Sejak awal gue udah menduga, kalo keadaannya gini terus menerus pasti bakalan ada yang sakit. Semuanya bermula dari Ihsan, ketua kelas C yang pada beberapa hari pertama udah mulai demam, flu, dan batuk yang mengganas. Jeleknya anak STAN itu, kalo mereka sakit malah pura-pura sehat dan sok kuat. Kuliah sambil meler, sesekali narikin ingus, tiap 15 detik batuknya menggelegar ke penjuru kelas. Kan kasian malah ganggu yang mau tidur di kelas?
JAGA SERAMBI
Secara umum, pola jaga serambi yang dianut blok barat adalah dengan menumbalkan 4 orang yang tinggal di kamar bersebelahan dan menyuruh mereka ngejagain serambi/balkon asrama selama jam tidur malam (10.00 pm - 4.30 am). Untungnya, penghuni blok barat adalah penghuni beradab dan memutuskan untuk memakai sistem syariah dalam pembagian jaga serambi. Alhasil ritual jaga
Foto : Epson (yang katanya) lagi jaga serambi sambil ngapalin materi ujian (di alam mimpi)
Gue kalo dapet giliran jaga malem dengan si Ajis biasanya sambil ngopi atau makan kacang
PESIAR
Gue gak lagi ngomongin jenis kapal, atau hadiah yang biasa dipake buat mengiming-imingi korban
Baru tau kan lu arti kata pesiar ? Baru tau, kan ? Kan ??
Udah tinggal bilang "Iya" aja. Gue juga sama kok, baru tau kemaren pas prajab. Pertama kali denger kata ini, rasanya emang aneh di telinga.
"Pesiar ? What the kamsud is that ?"
Tapi setelah si Ajis ngecek di KBBI lewat Hape Android
Waktu pesiar ini dimanfaatin sama anak-anak untuk jalan-jalan ke tempat yang bikin mereka
PENDADAKAN
Waktu itu tengah malem, sekitar jam 1 pagi, gue dan puluhan imbisil lainnya lagi enak-enaknya tidur (kecuali yang jaga serambi), tiba-tiba ada suara alarm
Sesuai instruksi pelatih, seharus ketika dengen bunyi alarm ini, semua siswa prajab segera menuju sumber suara dengan pakaian lengkap (baju/celana panjang/sepatu). Tapi emang dasarnya gue sama Ajis ini otaknya sering kena blue screen kalo kebanyakan push-up, kita malah tidur lagi.
*Diluar kamer kedengeran suara ricuh anak-anak berlarian sambil make sepatu*
Gue : "Jis, iki (suara) opo sih ?"
Ajis : "Mbuh, cuk.."
Gue narik selimut, terus tidur lagi. Si Ajis ngeliat jam di hapenya, terus merem lagi.
Ajis : "Anak-anak idiot ini pada ngapain sih ? Tengah malem malah pada berisik."
Gue : "Gak tau, pada brisik apa sih?"
"TOK..TOKK..TOKKK..!" *Suara pintu kamer digedor-gedor sama siswa prajab lain*
"Woi.. bangun, woi ! Alarm.. woi !!", siswa itu berteriak sambil lari ke kamer sebelah untuk ngelakuin hal yang sama.
"Jancuk, iki (suara) alarm, cuk... Pendadakan, su. Bangun, suu..", gue langsung terbirit-birit ganti celana panjang sambil make sepatu.
"Oh iya, jancuk. Guoblokk... belum make apa-apa", Ajis langsung ikutan ganti celana sama sepatu.
Gue sama Ajis panik, kita berdua langsung turun ke lapangan dalam keadaan compang-camping, dengan mata merah, dan lari ke lapangan kaya Zombie pincang.
Bayangin, Jam 2 malem, mata masih merah, badan lemes kebawa ngantuk, malah disuruh guling-guling. Akhirnya gue guling-guling sambil tidur.
DOTA
Seperti yang Socrates pernah bilang, bahwa ada 4 hal yang dapat mengalihkan dunia seorang pria :
1. Harta
2. Tahta
3. Wanita
4. Dota
Men, dimanapun seorang pria berada, dia belum bisa disebut seorang pria kalo belum (pernah) maen dota. Makanya waktu gue kuliah dulu, gue ngebet banget buat lulus dan segera menyandang gelar "Amd", Ahli maen dota.
OP Warnet : "Bisa, mas. Coba aja"
*Si Ajis log in di warnet itu*
Ajis : "Loh kok gak ada gamenya?"
OP Warnet : "Lah itu game fesbuk kan bisa ?"
*Si Ajis kejang-kejang sambil berbusa*
EPILOG
Diklat Prajab ini secara gak langsung merupakan ajang temu kangen untuk angkatan gue, sekaligus sarana pulang kampung bagi mereka yang penempatannya jauh dan yang homebasenya di jogja. Disini gue bisa ketemu temen-temen gue yang
Prajab
ini emang cocok diadain sebagai diklat awal sebelum menjadi pegawai, selain nambah ilmu-ilmu baru (seperti ilmu silat, rawa rontek, dan
kame-ha-meha dari ujung dagu), kita juga jadi lebih SKSD, kompak, dan
bochor-bochor
banget lah pokoknya. Yang dulunya jaim dan gak saling kenal, sekarang
jadi sok akrab (apalagi yang udah pernah tidur sekamer bareng).
Misalnya, tiap
ketemu orang yang kepalanya sama-sama botak mereka saling sapa dengan
panggilan “bro/coy/kisanak”, karena mereka lupa namanya masing-masing.
A : "Hey, bro ! Mau kemana nih ? ketje banget."
B : "Biasa coy, mau longmarch ke rumahnya Mbah Maridjan."
Pada
akhirnya, setelah 19 hari 19 malem ditempa dengan penderitaan dan
diperkuat dengan rasa sakit, Diklat Prajab Golongan II Gelombang I telah
sukses terlaksana, dan ditutup dengan sebuah upacara penutupan di
Lapangan parkir depan BDK. And thanks God, sebelum gue balik ke Cirebon, gue dikasih kesempatan buat maen DotA sekali lagi bareng imbisil-imbisil itu.
*kemudian hening*
0 comment:
Post a Comment