YGY 88


Peringatan : Memandangi foto manusia-manusia botak ini secara terus menerus dapat menyebabkan kerusakan jaringan retina pada mata, kebutaan temporer, muntaber , jerawat menahun, panu abadi, dan gangguan jiwa dan janin.






"Good friends won't let you do stupid things... alone..."




PROLOG

Kayanya gue udah lama gak nulis di blog. Saking lamanya gak ngeblog, sewaktu gue buka tumblr, dashboard gue udah penuh dengan sawang-sawang, jaring Laba-laba, bangke Cicak, Kelelawar, dan tulang Komodo. #jangandibayangin #abaikan

Hengkangnya gue beberapa saat dari dunia persilatan dipicu oleh banyaknya kegiatan yang ngebutuhin penyesuaian dan emang (?) menguras pikiran -- salah satunya ; penempatan di kantor baru, Prajab, jadi bintang iklan obat kutu air dan syuting film naga terbang di Endosiar. Kalo gue mau nulis di sela-sela waktu, kayanya ada aja gangguannya -- dipeluk-peluk kasur lah, di rangkul bantal lah, di goda sama DotA lah, padahal gue pengen banget ngeblog. Akhirnya niatan untuk ngeblog pun gak jadi, dan berubah jadi ongkang-ongkang kaki depan layar seharian, dan mata gue rasanya terlalu ngantuk untuk ngelakuin kegiatan positif, tapi gak cukup ngantuk untuk diajak tidur.
Salah satu hal yang nyebabin munculnya masa Idah gue untuk ngeblog adalah Prajab kemaren di Jogja (19 hari). Prajab ini semacem ritual wajib bagi pegawai kroco seperti gue dengan tujuan sebagai pendidikan awal untuk melatih bagaimana cara menjadi Pegawai yang berintegritas, profesional, dan mampu tidur dengan mata terbuka di dalam kelas atau tidur sambil sikap sempurna di tengah lapangan, serta berwawasan kebangsaan yang luas.
Prajab itu bisa dibilang lebih bengis mirip dengan kegiatan CaBul (Capacity Building) sewaktu kuliah dulu, bedanya disini lebih teratur, rapi, dan ada sisi kemanusiaan yang dimunculkan pada saat pesta makan. Ya, meskipun menurut Mitos yang beredar dari angkatan sebelumnya -- dan apa yang gue sama temen-temen rasain, "prajab di BDK Jogja termasuk paling bengis dibanding BDK lainnya."
Di prajab ini gue dapet temen-temen baru. Ehmm, oke... gue rephrase, sebenernya bukan temen baru (karena kita berasal dari kampus yang sama), tapi lebih tepatnya gue bisa mengenal lebih deket temen-temen sekampus yang tadinya cuma kenal muka atau sekedar tau nama doank. Jadi initinya, prajab ini semacem ajang buat SKSD secara masal.

Minggu, 6 April 2014

Setelah dinyatakan sehat oleh dokter ber-NIP dan dibuktikan dengan Surat Keterangan Ganteng dari Posyandu terdekat, gue berangkat ke Jogja untuk ikut Diklat Prajab. Waktu itu gue berangkat naek jet pribadi hasil bisnis MLM Kereta bareng temen magang yang idungnya segede Teripang laut, namanya Habib Rizieq.
Sesampenya di BDK jogja, gue langsung absen di Pos Satpam dan meluncur nyari kamer kosong. Di tengah pencarian kamer, gue ketemu temen-temen lama sewaktu kuliah, salah satunya adalah Luqman, makhluk dari species homo sapiens berkelamin jantan yang wajahnya mirip sekali dengan hasil perkimpoyan silang antara ARB dengan Cesar (YKS).


Secara resmi prajab itu dimulai besok Senen, tapi karena kita disuruh lapor hari ini berarti hari ini adalah hari pertama gue disini. Dan bagi gue hari ini adalah awal dari semua kemahatololan yang bakalan terjadi di 18 hari berikutnya. Praduga itu ditandai dengan sekenario Semesta yang berkonspirasi dan menyebabkan gue terjerembab di kamer no. 34 dengan temen lama sewaktu di Kampus, si Ajis. Dia adalah seorang kaskuser pujanga yang digilai janda pejabat namun dijauhi wanita sebaya, seorang idiot yang mempunya mimpi menjadi penakluk Westeros dengan menunggangi Naga Indosiarnya sambil berteriak, "Dracarys..!!".
Oke, lupakan si idiot itu...
Jam 5 sore, itu apel pertama gue dengan 2 ekor wanita dan 85 pria botak sejawat lainnya. Yang telat apel, langsung disuruh jalan jongkok dari tempat mereka pertama kali menampakkan dirinya ke khalayak umum sampe ke lapangan upacara, dilanjut dengan push up. "Mampooss... hahaha", ucap Ajis sambil ketawa cebol khas Tyrion Lanister.
Malemnya, kita semua dinner di ruang makan, duduk di atas meja bunder yang dikelilingi 6 kursi yang berhiaskan sprei pengantin khas malam pertama. Di tengah ruangan, berjejer meja prasmanan yang isinya penuh dengan makanan kucing. Semua siswa prajab memandang ke meja prasmanan dengan tatapan tajam, menyeringai dengan taring yang berlumur air liur, mata melotot merah menyala, kulit hitam, dan rambut kribo. Ini sebenernya manusia apa jelmaan Grandong ? #apasih #gajelas #iphonesia #instaphoto #instafood #selfie #Okelupakan
Ini sebuah kesalahan besar. Ngebiarin 88 anak prajab makan malem di meja prasmanan adalah kesalahan terbesar kedua yang dilakukan pemerintah setelah pembebasan bea masuk LCGC ke dalam daerah pabean. Alhasil, anak prajab yang terakhir ngambil jatah prasmanan cuma dapet ampasnya doang, sisa kuah sayur dan pecel yang lebih keliatan kaya makanan kelinci ketimbang makanan manusia. Tapi ada juga yang lebih apes, yaitu mereka yang kaga kebagian makan malem sementara temen yang lainnya keliatan gak peduli kalo mereka itu bakal tidur dengan perut kosong. 

Senin, 7 April 2014 

Senen ini adalah hari pertama gue dan 87 imbisil lainnya ngejalanin diklat prajab secara resmi. Seperti acara berbau militer lainnya, di hari pertama ini kita diwajibin ikut Upacara Pembukaan. Lalu dipilihlah beberapa sukarelawan untuk dijadiin tumbal petugas upacara dan penandatangan Pakta Integritas. Temen gue, si Hendri, dengan sotoynya ngajuin diri untuk menjadi penandatangan Pakta Integritas. Namun naas, usulan itu ditolak oleh pelatih Paskhas karena tinggi dia gak match (baca : cebol) dengan yang ngebacain Pakta Integritas. #pukpuk
Banyak dari siswa prajab yang belum sadar kalo upacara pembukaan ini sebenernya sebuah turning point. Karena dengan diadainnya upacara ini, berarti kita (88 orang) udah sah sebagai peserta Diklat Prajab untuk 18 hari kedepan, and that means our right as normal civilians have been revoked. Mereka yang setelah-upacara-pembukaan-selesai-bertepuk tangan,-salto belakang sambil-tersenyum-lebar-seolah-olah-akan-berada-di-Nirwana-selama-18-hari-kedepan itu gak tau apa-apa. Mereka gak tau kalo abis ini, abis upacara ini, kehidupan mereka akan berubah 180 derajat. Hak mereka sebagai warga sipil dicabut, kewajiban mereka dipertanyakan sebagai calon pegawai, idupnya gak tenang, dikejer peluru nyasar, napasnya bakal disekap bantal. #apasih #gajelas #photooftheday #instadaily #throwbackmonday #okeyangtadiitucumakutipantheraid
Seperti yang pelatih bilang di awal Prajab, “Jangan tanyakan apa yang Negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang telah engkau berikan kepada Negaramu”. Dengan wajah yang sok ngerti, kami mengangguk paham. 

KAMAR

Ini pertama kalinya gue ngerasa nyaman untuk fasilitas yang disediain Pemerintah. Kamer yang disediain untuk siswa Prajab lumayan luas, meskipun gak seluas lahan gundul di Kalimantan seenggaknya kamer disini cukup buat maen kasti sama temen sekamer. Oh ya, Asrama disini juga dijaga kebersihannya oleh pihak BDK, jadi tiap hari ada yang nyapu/ngepel/ganti sprei dan anduk tiap jumat. Pokoknya bersih, rapih, dan singset, gak kaya kamer kos gue yang berantakan mirip kandang Kenari.
Satu kamer disediain 2 meja belajar lengkap dengan kursinya, 1 buah pendingin ruangan biar gak ada alesan buat siswa prajab untuk gagal belajar karena kepanasan, 1 buah jemuran anduk, hanger dan capstock (kalo ada) dan 1 buah lemari kayu. Oh ya, kamer mandinya juga di dalem, tapi tidurnya di luar.
Wolesss, kita gak dibiarin menggelepar di koridor asrama gitu aja, di kamer udah disediain 2 spring bed untuk 2 orang, jadi gak perlu jambak-jambakan lagi karena rebutan tempat tidur. Paling rebutan jamban doang tiap pagi.

Satu-satunya masalah di Asrama ini adalah air yang kadang suka mati mendadak tanpa pemberitahuan, terutama lantai 3. Pernah suatu pagi gue mandi duluan, terus si Ajis mandi setelahnya. Baru berapa gayung dia mandi, aernya malah mati. Terus dia keluar dari kamer mandi dengan muka kaya pantat Tapir yang dilipet karena dia hari ini gak mandi lagi.

MAKAN

Seperti yang udah gue bilang sebelumnya, prosesi makan-memakan di Prajab ini (bisa dibilang) jauh lebih manusiawi ketimbang Cabul sewaktu jaman kuliah. Waktu makannya lebih lama (sekitar 10-15 menit), menunya juga lebih oke karena dilengkapi "protein hewani" tambahan, minumannya juga mantep (kopi, susu, teh, jahe, dan air bunga 7 rupa), dan kita dipersilahkan makan di ruang makan yang dekorasinya kaya gedung hajatan.
Tata cara makan kita diatur sedemikian rupa, dan kita ga bisa sembarangan asal masuk ruangan terus ngembat makanan sampe udel kita berakar. Sebelum masuk ruangan makan kita harus baris perkelas di lapangan, setelah itu baru dijinin masuk. Di dalem ruangan makan, seorang yang ditumbalin ditunjuk jadi Danki harus lapor dulu ke pelatih Paskhas, lalu memimpin doa, dan selanjutnya baru boleh makan dengan catatan ; kita harus makan dengan tertib, tanpa suara, damai, dan sentosa. Tata cara itu berlaku untuk makan pagi, siang, malam maupun makan snack. Beruntung cuma tata caranya aja yang diimplementasiin pada prajab ini. Bayangin kalo makanannya juga ? Mungkin kita harus berburu rusa liar, ayam hutan, bahkan ular Sanca, atau sekedar nangkepin jangkrik sebagai cemilan malam hari.
Menu makanan disini juga variatif karena disediain oleh catering hotel, dan kalo kita beruntung kita bisa dapet bonus "protein hewani". Dari mulai sayur dengan topping ulet, lalapan segar plus kaki laba-laba, kikil yang bentuknya kaya kulit bekas sunat, daging rendang yang kerasnya kaya kulit sendal, sup jagung yang rasanya kaya bubur janin, atau sop kulit yang bentuk kulitnya mirip kulit kepalanya Zulhilmi yang ngelupas, dan menu snack yang rasanya kaya daging Platypus. Tapi tenang, makanan yang kaya gitu cuma sedikit kok, sedangkan sisanya enak dan sangat cocok untuk perut pegawai dengan penghasilan 8 koma (tanggal 8 udah koma). Bahkan kalo disuruh milih makan di kosan atau di tempat prajab, gue yakin 88 orang ini bakal milih makan di tempat prajab.
Di ruang makan sekalipun, kita gak berhenti bikin ketololan. Contohnya si Iqbal Cjr, manusia ceking yang satu ini pernah ketauan makan kacang sebelum diberi ijin oleh pelatih. Awalnya gue dan setiap anak prajab lainnya pasti ngambil jatah makan snack yang berlebih, tapi semuanya berubah ketika pelatih bilang kalo jatah waktu makannya hanya 3 menit.

Muka anak-anak keliatan panik, di otak mereka saat itu cuma ada sebuah gagasan "Gimana caranya ngabisin makanan sebanyak ini dalam 3 menit?". Gue juga ikut muter otak, karena gue gak mau gara-gara telat ngabisin makanan gue disuruh push-up atau jalan jongkok sampe Prambanan. Betis gue udah segede tales Bogor, men.
Akhirnya, sewaktu gak ada yang liat, gue nyicil makan kacang sampe akhirnya tinggal sedikit. Ngeliat cara gue makan, mantan pecatan personel Coboy Junior ini ikut-ikutan ngunyah kacang. Bedanya, sekali suap dia masukin segenggam kacang ke dalem mulutnya dan mengunyahnya kaya ikan sapu-sapu ngisep lumut. Naasnya, ketika pelatih lewat, kacang dimulutnya belum abis dan pipinya terlihat menggembung kaya ikan gabus.
*Pelatih Dadang mendekati meja makan*
Iqbal Cjr berusaha nutupin mulut yang penuh dengan kacang sambil nahan ketawa gara-gara ngeliatin anak-anak yang nyengir ngeliatin dia nutupin mulutnya yang penuh dengan kacang. Lalu Pelatih Dadang ngeliat ke arah Iqbal Cjr, dan lirikannya berpaling ke arah piring yang jumlah kacangnya ilang sebagian.

Pelatih Joko : "Kamu ngapain ? Ini kacangnya kemana ?"
Iqbal Cjr : "Brbbbrbrbrbrbbbb...", *ngunyah kacang sambil nahan ketawa*
Pelatih Joko : "Ini kemana ?!" *sambil senyum-senyum*
Iqbal Cjr : "I.i..ittuu pelatih, HAHAHAHAHAHAHA...." *kacangnya keliatan semua dimulutnya*
Pelatih Joko : "Kok, malah ketawa ? Ya udah kamu push-up sejumlah kacang yang kamu makan tadi !"
Iqbal Cjr : "Waduh, saya ga tau jumlahnya, pelatih."
Pelatih Joko : "Ya udah kamu push-up 50 kali !"
Iqbal Cjr : "Sekarang Pelatih ?"
Pelatih Joko : "Ya, sekarang. Masa besok ?"
*Iqbal Cjr push-up sambil nahan ketawa*
Iqbal Cjr : "Kalo dicicil aja gimana push-upnya ?"
Pelatih Joko : "Ya, gak boleh. Harus sekarang."
*Iqbal Cjr ngelanjutin push-up dengan lemah gemulai*

Kalo si Ajis beda lagi, kali ini tingkah imbisilnya gak cukup kalo gak ninggalin bekas. Ketololan ini bermula sewaktu gue sama Habib yang seperti biasanya ngebook tempat buat kita berempat (Gue, Ajis, Habib, Timo). Karena si Ajis dapet giliran masuk belakangan, kursi kosong disamping gue dibook sama si Habib dengan cara naro gelas es kelapa muda di atas piring terbalik dan ditinggalin Kartu Peserta Prajab. Ajis yang baru dateng, tanpa basa basi langsung ngebalik piring di depannya, dan "PRRAAANNGGG....". Gelas yang ditaro si Habib di atas piring tadi pecah. Es kelapanya tumpah berserakan di lantai, dan airnya menjelma jadi siluman sabut kelapa. #apasih

KEGIATAN OUTDOOR
 
3 hari pertama itu isinya kegiatan outdoor. Semuanya dilakuin di luar kelas, upacara di luar kelas, latian PBB di luar kelas, lari-lari diluar kelas, makan snack di luar kelas, mandi di luar kelas, sampe tidur juga di luar kelas. #yaealah
Kegiatan outdoor disini kebanyakan diisi dengan berdiri, long march, senam, jalan jongkok, guling-guling, dan lari-lari dari kenyataan. Makanya gak heran 3 hari pertama latian disini, betis gue udah kaya betisnya Andik Vermansyah, segede pelepah pisang.
Dan selama tiga hari kita dilatih, seringkali materinya itu gak nyambung dengan yang tertera di jadwal. Materi "Etika Organisasi Pemerintah” malah baris-berbaris (PBB), materi "Wawasan Kebangsaan" latiannya upacara, terus PBB lagi, Materi "Mindsetting"  malah longmarch ke arah rumahnya Mbah Maridjan. Pokoknya selama 3 hari itu apapun materinya, ya latiannya tetep PBB.
Reaksi anak prajab terhadap kegiatan ini bakal beda-beda, ada yang ngerasa bete dan males karena berpikir, "Buat ape sih acara ginian lagi ? Kan dulu udah pernah ikut Capacity Building", "Haduuh, kulit eke nanti jadi item donk" *sambil kipas-kipas beha* #padahalcowo. Atau ngerasa seneng karena berpikir "Kapan lagi sih kita bisa kumpul bareng temen kuliah ? Siapa tau bisa ketemu cewe cakep?", atau memilih untuk gak peduli sama sekali. Kalo gue sendiri ngerasa cukup seneng. Karena gue pikir kami seangkatan bakal dibinasahkan secara militer oleh pasukan khusus ini, ngerayap di aspal panas, jalan jongkok, push-up berantai, nyemplung di kali yang aernya lebih item dari laut mati, tidur ala militer, makan ala militer, mandi ala militer, dan berak pun ala militer -- 2 menit semuanya kelar secara bersamaan. 
Oke, hari pertama itu sebenernya gak begitu parah, paling mentok kita cuma disuruh push up, longmarch ke arah rumah Mbah Maridjan, dilanjut jalan jongkok dari depan BDK sampe lapangan upacara. Ya lumayan lah, dalam sehari ini perubahan fisik udah keliatan, dan badan jadi lebih berbentuk. Berbentuk tinja.
Sorenya ada semacem evaluasi, semua aib dan kesalahan kita di hari pertama di buka. "Satu orang salah, berarti salah semua", itu prinsipnya. Dan menurut gue prinsip ini sama sekali gak masuk akal, "Kok satu orang yang berbuat bego, kita semua yang kena ?". Maksud gue, namanya prinsip itu harus applicable, coba prinsip ini diaplikasiin ke hal lain, ngehamilin anak orang misalnya. Nah kalo ada satu orang anggota paguyuban yang berbuat mesum, masa satu paguyuban yang diminta pertanggung jawabannya ? Kebayang gak gimana capenya petugas dinas catatan sipil nulisin nama bapaknya di akte kelahiran ? Kebayang gak kertas aktenya segede apa ? Segede baligo caleg, mungkin? Oke, lupakan pikiran tolol gue barusan. 
Apesnya, konsekuensi dari kecacatan-kecacatan di hari pertama adalah roll depan di atas paving block (ini serius) dari asrama blok barat sampe tempat upacara (sekitar 40-50 meter).
Semuanya diinstruksiin untuk tiarap. Gue gak tau kenapa, seolah tunduk dengan mantra yang diucapkan pelatih, kita semua tiarap. Kita berbaris sejajar, berjumlah sekitar 4 shaf. Tiarap secara rapih dengan menyisakan jarak antara kaki kita dan kepala temen di belakang kita yang hanya satu jengkal, kalo miring sedikit kepala kawan bisa jadi lahan empuk untuk disambit sepatu. Makanya gue harus hati-hati, jangan sampe temen gue sendiri kena cumbu sepatu yang baunya udah kaya bangkai Kaiju.
Awalnya gue pikir ini cuma sekedar roll depan biasa, dan gue yakini diri gue sendiri, “ini sih maenan waktu gue kecil dulu…”. 
Tapi nyatanya…
Setelah pelatih bilang, “AYO SEMUANYA JUNGKIRRR... !!”
Keadaan seketika menjadi chaos, kita semua langsung roll depan gak berarturan kaya monyet sirkus akrobatik, dan saat itu juga lapangan yang biasa dipake buat apel berubah jadi arena guling liar. 
Gue sempet ragu buat ikut roll depan, tapi karena rasa takut digampar pake sepatu boots lebih besar dari perkiraan rasa sakit yang ditimbulkan akibat benturan antara kepala dengan paving block, akhirnya gue terpaksa roll depan. Muka anak-anak langsung pada pucet, kepalanya memerah karena nahan berak. #Lah?
Baru beberapa kali ngeroll, pelatih nyuruh kita berhenti dan gue ngerasa sedikit lega. Gak lama kemudian, pelatih nyuruh kita ngelanjutin hukuman dengan guling-guling sampe ujung lapangan. 

“GULIIIINGG… JANGAN SAMPE ADA YANG GAK GULINGGGG !!”, kita semua ngeguling dan pelatih teriak semakin keras. 

Muka anak-anak makin pucet, badan makin gak ke kontrol, arah guling-guling makin gak jelas. Tapi emang dasarnya ada yang berjiwa monyet akrobatik, tetep aja ada yang lanjut ngeroll sampe ujung. Ada yang nabrak trotoar lah, ada yang kearah ruang kelas lah, ada yang masuk tanah lah. #loh?
Keadaan jadi semakin chaos ketika satu-persatu siswa prajab mulai pusing karena nahan mual dan memutuskan untuk berenti di tengah arena guling liar. Mereka yang berenti karena mual itu malah kelindes temennya yang lagi guling. 
Gue sendiri malah ikutan mual, gue kira 40 meter itu deket, ternyata deket itu relatif, men. Gue nyoba untuk berenti, tapi ga bisa. Gue udah gak bisa mengontrol badan gue sendiri dan seberapa keraspun usaha gue untuk berhenti ngeguling, badan gue dengan sotoynya tetep guling sampe ujung lapangan.
 
Dalam keadaan setengah sadar karena mual, gue ngeliat seorang siswa kelindes sama siswa lain yang badannya segede raja King Kong. It was brutal. 

Di ujung lapangan gue berenti, terkapar menghadap langit mencoba menenangkan diri. di sudut lain, beberapa anak berlarian ke arah kamar mandi, lalu muntah.
“HOEEKKKK… GROOOAKKKKK….. HOOEKKKK…. GROOOOAKKK.... OKHHHH.... OKKHHH... OKHHH…”.
Suara muntahan yang lebih mirip suara babi disembelih ini terdengar cukup keras dari lapangan, seolah-olah yang dimuntahinnya itu bukan makanan, tapi obeng, baut, atau kunci inggris. Gue khawatir, ketika mereka muntah dengan ganasnya, ginjal atau paru-paru mereka ikut kebawa muntah. #gakusahdibayangin
 
Selesai guling kita semua duduk, ngumpulin nyawa yang kececer diantara paving block akibat guling liar. Beda halnya dengan Chris, siswa yang mengidap Vertigo ini langsung terkapar layu tak bergeming, dua orang kawannya yang merasa iba kepada Chris segera menuntunnya ke kamar untuk ngasih napas buatan. #lah?
Itu baru hari pertama, hari kedua lebih absurd lagi.

Dihari kedua, selain kegiatan rutin seperti senam pagi dan apel, kita juga dijemur di lapangan dari jam 8 sampe jam 3 sore. Tujuannya cuma satu, latian upacara (PBB). Dan mulai hari itu, segala bentuk jabatan harian (petugas upacara/danki harian/danton/inspektur upacara/pemimpin makan) dibagi secara giliran ke tiap-tiap siswa prajab. Jadi gak ada lagi free rider yang cuma numpang berdiri atau cuma ngikut makan doank, semuanya kebagian jatah untuk tampil di depan. Dan sistem bagi-bagi tugas seperti inilah yang bikin beberapa siswa mendadak gagap dan mengalami penurunan IQ karena gak biasa tampil di depan.

Pelatih : "Ayo, siapkan !"
Oknum D (Danton) : "SIAPPP... GRAAKKK..!!"
*Oknum D tengok kanan-kiri nandain kalo dia kebingungan*
Oknum D : "Ngapain lagi nih ?"
Suara dari kerumunan barisan Kelas C : "Udah tepuk integritas aja !"
*Oknum D keliatan ragu-ragu untuk ngambil komando berikutnya*
Oknum D : "TEPPUUKK INTEGRITASS... GRAAKKK...!!"
Kelas C : "BRUAKAKAKAKAKKAKAKAKK...." *ngakak sampe kejang-kejang*
 
Sejak kapan ada komando namanya "Tepuk Integritas" ?

Sebelumnya gak pernah terlintas di kepala gue kalo Jogja bisa sepanas ini. Ya ente bayangin aja, dengan keadaan sepanas ini, kayanya kalo ente ngelempar telor ayam kampung ke aspal jalan depan Balai Diklat, sebelum telornya nyampe tanah udah jadi ceplok telor duluan karena saking panasnya. Padahal masih dalem cangkang, aneh kan ? Jelas aneh, apalagi yang nyoba ngebayangin kalimat tadi.
Intinya, Jogja panas abis, men.
Kayanya matahari bahagia banget memancarkan sinarnya ke arah 86 jidat plontos anak prajab hari itu. 3 jam pertama dijemur, kulit udah mulai keliatan gelap gulita. Kita bisa istirahat cuma waktu solat dan makan siang atau snack. Itupun sambil nyuri-nyuri waktu disela-sela kegiatan, dan lamanya gak lebih dari 5 menit. Sisanya latian upacara di lapangan.
Gue penasaran jadinya kaya apa muka gue setelah dijemur seharian. Dan sewaktu ngaca, gue sempet bengong. Ngeliatin muka sampe leher warnanya item muda, badan gue coklat tua, sedangkan tangan gue item tua. Secara keseluruhan gue jadi kaya brownies gagal karena telat ngangkat. Gradasi warna yang menyeramkan.
Keadaannya gak beda jauh dengan temen sekamer gue si Ajis, warna kulit dia juga menghitam, bahkan lebih busuk. Hakhakhak.... *Gue sedikit lega*. Jika ditarik sebuah garis lurus antara samping mata dan telinga si Ajis, disana terlihat jelas sebuah garis berwarna coklat muda, itu bekas kacamatanya. Bahkan dengan kulitnya yang gelap, Ajis masih bisa terlihat lebih hitam. Gradasi warna pun terlihat lebih jelas jika kita menilik hidungnya yang mirip idung palsu (tempelan) dengan warna yang lebih cerah dari jidatnya. Kalo diliat secara keseluruhan, si Ajis ini lebih mirip Expatriat Zimbabwe.
Di lain sisi, banyak anak prajab yang mengeluhkan kulitnya yang merasa panas terbakar matahari (sunburn). Biasanya akan terasa panas dan perih di sekitar leher, jidat, bahkan tangan. Contohnya si Zulhilmi yang kulit kepalanya sampe ngelupas kaya rambak kulit ular Sanca.
Jujur, pertama kali gue ngeliat anak ini gue langsung inget film Blood Diamond. Perawakan anak ini mirip banget dengan tentara RUF (Pasukan pemberontak di Sierra Leone, Afrika). Orangnya tinggi, badannya kurus ceking, kulitnya item tua, kepalanya pelontos, jidatnya ngelupas. Gak ada analogi yang lebih cocok untuk ngegambarin dia selain "tentara RUF", gue yakin itu.
Oke, lupakan tentara RUF sialan itu...
Di hari ke-dua ini semua kegiatan dilakuin dilapangan, bahkan ditengah panasnya terik matahari kita masih disuruh senam bina fisik di tengah lapangan. "Biar badan sehat", katanya. Ente bayangin aje, sebelum makan siang kita semua disuruh pompa bumi (push up), jumping jack, dan beberapa gerakan aneh lainnya. "Biar makan kalian lahap", katanya. 
"Bos, kaga pake senam di siang bolong juga ane rasa anak-anak liar ini bakalan makan lebih buas dari sekumpulan Dothraki.", pikir gue waktu.

Selain perubahan bentuk fisik, bertambahnya massa otot, dan menggelapnya warna kulit, rusaknya sepatu olah raga secara massal merupakan dampak langsung dari kegiatan outdoor. Baru 2 hari latian, sepatu udah pada jebol kaya mulut buaya. Menghadapi hal semacem ini, gue udah jauh-jauh hari nyiapin sepatu bekas CaBul kemaren yang udah dimodifikasi sedemikian rupa (baca : disol paksa), dan hasilnya sepatu gue tahan banting sampe hari ke-19.
Di hari ketiga, acaranya masih berbau outdoor tapi lebih cenderung berbentuk game. Sebelum game dimulai, kita diberi mandat untuk kerja bakti bersihin lingkungan sekitar BDK, terus kita dikumpulin di aula lt. 2 di atas ruang makan. Disitu kita diberi semacem wejangan, dan maen beberapa games. Yang pertama itu relation bingo, kebetulan dari kelas C gue yang tercepat ke-2 nyelesein game ini dan diberi kekuasaan untuk bikin kelompok sendiri. Berhubung gue baris di belakang, akhirnya gue milih makhluk-makhluk cebol di sekitar gue (kecuali si Timo yang badannya segede keranjang londri) buat dijadiin anggota kelompok. Yah, meskipun kita cebol-cebol tapi akhirnya kita bisa jadi juara umum setelah menyisihkan 5 kelompok lainnya.
Hasil rekapitulasi game :
- Tongkat keseimbangan : Menang.
- Bikin jembatan dari kertas : Gagal total, jembatannya cacat.
- Tepuk Integritas : Menang.
- Estafet Hulahoop : Jadi Team Medioker.
- Rolling Ball : Kalah telak, gak bakat maen bola.
- Ngerakit Lego : Menang.

Dihari ke-tiga ini, banyak anak-anak yang dapet sepatu olah raga baru karena sepatu lama mereka udah rusak parah dimakan kejamnya aspal BDK. Sepatu buatan china itu mereka dapet dengan cara beli, dan proses pembelian sepatu diakomodir oleh pihak panitia BDK sehingga anak-anak gak perlu repot-repot nyari alesan buat keluar jalan-jalan dari BDK. :P
Gue sempet ngusulin ke ketua kelas untuk beli Bioplacenton (sejenis cemilan ternak obat luka bakar), tapi berkali-kali gue ngajuin usulan itu, selalu ditolak oleh pelatih. "Gapapa, sehat itu. Nanti juga sembuh sendiri.", kata ketua kelas gue mengutip omongan pelatih.
"Gapapa dari Hongkong ?", Ini leher gue perihnya naudzubillah kaya disembur Night Furry terus ditetesin jeruk nipis. Si Ajis udah lebih parah, jidatnya mulai ikut-ikutan ngelotok karena kelamaan berinteraksi dengan sinar ultra violet. Kalo Zulhilmi ? Aduh, men, anak itu gak usah ditanya lagi keadaannya kaya apa. Udah kaya siluman sanca ireng.
Sorenya, kita longmarch lagi dengan rute yang berbeda dan gak sejauh kemaren. Kali ini kita jalan lewat tengah sawah dan entah gimana caranya, tiba-tiba kita nongol disamping area candi-yang-gue-lupa-namanya. Setelah itu kita jalan menyusuri sungai kecil yang berada tepat disamping kiri kita, sedangkan disebelah kanan kita adalah sawah. Gue mulai ngerasa ga enak, spider sense gue mendeteksi setidaknya ada 2 skenario busuk yang bisa terjadi.
"Hentiii, graakk ! Hadap kiri, grakkkk !!", teriak pelatih dari belakang barisan.
Sekarang kita berdiri tepat di depan sungai yang airnya berwarna coklat seperti Milo, di tepiannya ditumbuhi rumput liar dan sedikit ilalang. Kemiringan tanah disekitarnya juga gue rasa cukup curam. Jadi kalo kita iseng nyelimpung (tackle) kaki temen disebelah kita, gue rasa itu cukup untuk menjerumuskan dia ke dasar sungai. Oke, itu cuma khayalan gue doank.
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu pun tiba, pelatih bakal nyuruh kita nyemplung ke sungai. Gue sempet ragu, "Kira-kira di dalemnya ada Kaiju jenis apa ya ? Ular ? Biawak ? Buaya ? Aligator ? atau Lintah ?". Tapi emang dasarnya ada yang berjiwa kera air, belum ada instruksi buat nyemplung bareng-bareng, udah ada yang nyemplung duluan. Gue heran sama orang kaya gini.
"AYO SEMUANYA TURUUNNN...!", teriak pelatih dengan penuh semangat jiwa korsa.
"AAAAKKKK....AAAAAKKKK...AAAAAKKKKKK...!!", anak-anak langsung pada nyemplung sambil teriak-teriak gak jelas

Kita disuruh pegangan tangan (no homo), dan kemudian pegangan itu berubah jadi cengkraman erat pada pundak yang membentuk barisan panjang sebanyak 88 siswa. Lalu barisan itu berjalan menyusuri sungai sejauh kurang lebih 200 meter.
Di tengah perjalanan, gue dan beberapa yang lainnya ngeliat hal-hal yang gak lazim, misalnya bangke tikus dan eek manusia. Begitu ngeliat benda itu, gue langsung mengalihkan pandangan dan tetap tenang, seolah-olah gak liat apa-apa. Sepertinya anak-anak juga gak sadar kalo tadi itu kita baru aja ngelewatin eek manusia dan bangke tikus, dan gue gak mau suasana jadi chaos lagi gara-gara ada imbisil caper yang teriak, "Ihhh... ada eek ! Ihh... ada tikus mati !".
Pelatih sepertinya ngeliat ketidakadilan dalam kegiatan jalan di sungai ini. Mereka minta kita berendem sebentar, supaya baju kita sama-sama basah. Akhirnya kita semua berendem sampe batas leher.
 
"Ya, cukup. Sekarang kalian rebahan dipinggir", ucap pelatih menginstruksikan kita buat berhenti berendem.

Sewaktu gue narik badan gue dari air, gue kaget setengah mampus pas ngeliat badan gue dirubung kepiting sungai yang gedenya setara tutup Akwa galon. Gue panik, gue goyang-goyangin badan gue sambil minta bantuan temen disebelah buat nabokin kepitingnya sampe jatoh. Dan, ternyata dia juga takut kepiting. Oh fuck.
Gak lama kemudian semua kepiting di badan gue ilang setelah gue gesek-gesekin badan ke  pinggir sungai. Gue merasa lega.

"Tapi kalo sampe ada yang masuk ke sempak, gimana ?", gue langsung ngeraba-raba celana training gue yang udah penuh dengan lumpur. Ternyata gak ada kepiting binal yang nyangkut di dalem sana. Gue kembali lega.
Sebenernya yang bikin males itu bukan karena kita harus nyemplung ke sungai, atau karena badan dan baju kita kotor dengan lumpur , atau karena pemakaian perdana sepatu yang baru aja dibeli tadi siang harus kotor lagi, tapi karen gue kepikiran gimana caranya nyuci ni baju ? Etapi kan, kita dapet fasilitas londri. So what ?
 
Setelah puas jalan di sungai, kita balik ke BDK dengan keadaan compang-camping macem wedhus gembel. Sepanjang jalan kita ninggalin jejak lumpur dan bau yang tak sedap, gue rasa kalo salah satu dari kita pingsan dan dibuang ke sawah, kayanya bau badan kita cukup untuk dijadiin penangkal hama selama setahun ke depan.
Baru jalan beberapa meter, ada kabar burung yang bersliweran kalo kita seharusnya lanjut tiarap di sawah tepat setelah naik dari sungai tadi. Tapi berhubung ada cewe yang lagi mens, dan pelatih tetep keukeuh dengan prinsip "satu untuk semua, semua untuk saya satu", akhirnya kita gak dilanjut tiarap di sawah. Oh, thanks God for putting women inside our class.
  

Di hari terakhir, ada lomba penutup antar kelas yaitu ngisi ember bocor yang ditahan sama kaki temen sekelasnya. Dan ajaibnya, kelas C bisa menang. Lalu acara di hari terakhir ini ditutup dengan wejangan dari pelatih/pengajar sambil siram-siraman aer dari belakang. Euphoria penutupan acara di hari ke-tiga ini bener-bener nutupin rasa sakit kulit dibagian leher akibat kebakar matahari, dan baru kerasa ketika sore harinya.

KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Sewaktu dikelas, ada dosen yang sempet nanya kenapa kulit kepala Zulhilmi ngelotok sampe kaya gitu? Kalo dikasih kesempatan jawab, gue sendiri bingung antara mau ketawa ngeliatin kulit kepalanya Zulhilmi yang udah-mulai-ngelotok-tapi-gak-mau-dia-cabut-karena-takut-terkelupas-kulit-arinya-dan-bisa-nyebabin-iritasi atau ngasih jawaban retoris yang jelas bukan gue banget.
"Kepanasan, bu, gara-gara dijemur seharian", mungkin itu jawaban yang paling cocok. Tapi kalo gue jawab gitu, mungkin juga Dosen itu berpikir bahwa kita menganggap kegiatan 3 hari kemarin adalah semacem hukuman, bukan sebuah proses pembelajaran. Kalo ada yang jawab, "Zulhilmi kebakar sinar matahari, bu... ", apa mungkin Dosen itu akan bertanya kembali, "Anda pikir teman anda ini Vampir ?"
Oke, lupakan pikiran tolol gue barusan...
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sini mirip dengan kuliah pada umumnya, bedanya cuma di jam pelajaran aja. Kalo kuliah di kampus jam kuliahnya bisa selang-seling (kuliah-kosong-kuliah-kosong), kalo disini kita bisa belajar dari jam 8 pagi sampe jam 7.30 malem (kalo lagi apes). Kebayang gak ? Tiap hari kita belajar hampir 12 jam dengan materi yang cenderung mirip antara satu pelajaran dengan yang lainnya. Dan itu gak menghentikan aktivitas rutin seperti senam jam 5 pagi, dan apel (pagi-malem).

Umumnya, dalam satu kali pertemuan kita harus bisa menuntaskan satu pelajaran dan menghabiskan satu buku (kecuali untuk pelajaran yang jam tatap mukanya kepotong-potong). Gak heran, kelar KBM muka anak-anak langsung pada lesu seolah-olah nyawanya keisep sama modul diklat. Belum lagi sewaktu KBM gue harus nahan perihnya gesekan kulit leher dengan kerah baju yang semakin menjadi-jadi kalo keringetan. Godaan belajar bisa semakin membabi buta ketika lapar, apalagi pas jam-jam siang. Jam-jamnya ngantuk. Fokusin perhatian ke arah penjelasan dosen adalah hal tersulit, bahkan gue rela 10 kali roll depan di paving block siang bolong, asal dibolehin tidur setengah jam di dalem kelas. Kalo ada siswa yang bisa fokus nerima pelajaran siang itu, "gue yakin dia itu psikopat".
Maskot kelas C sekaligus maskot angkatan prajab adalah Alfin. Alfin ini nama orang, bukan nama hewan ternak atau semacam jimat yang dikultuskan. Alfin sendiri adalah seorang pegawai di instansi penghimpun penerimaan negara yang bertempat di Bali. Orangnya pendek, bahkan lebih pendek dari gue, tapi dia jauh lebih baik dan pinter dari gue (terbukti dia lulus sebagai peringkat ke-2 dengan predikat cumshotlaude di tempat pendidikannya), dan tampangnya (terutama idungnya) itu (menurut gue dan Ajis) mirip dengan Kakek Kodok (Fukasaku) yang ngajarin Sage Mode ke Naruto.
Yang bikin dia jadi maskot jelas bukanlah ketampanannya yang mirip jempol kakinya pemeran Ganteng Ganteng Serigala, tapi gaya bicara dan penggunaan kosakata yang sepertinya tidak lazim digunakan oleh khalayak umum. To be honest, gue sendiri susah ngedeskripsiin secara naratif gimana cara dia ngomong di depan publik dengan gaya tubuh, mimik, dan pemilihan kosakatanya yang gak lazim itu. Pokoknya, cukup duduk dan ngobrol 5 menit sama dia, lu pasti tau kenapa dia jadi maskot kelas sekaligus angkatan.
Kadang pengajar/pelatih pun suka ketawa kalo liat dia bicara di depan umum, emang agak unik sih anaknya. Dan si Alfin ini sering banget disuruh jadi pembina upacara, sharing malem buat ngisi waktu senggang sebelum apel, atau sekedar orasi gak jelas. Apalagi kalo dia disuruh nyanyi, beuuhh... gendang telinga aja pecah, boss.
Mungkin orang kaya dia itu cuma 1 banding 1 juta. Eh ? Kalo dia 1 : 1 juta, dan jumlah penduduk di Bumi ini ada 7 Milyar, berarti orang kaya dia ada 7000 donk ? Mampuslah kita, bisa mati ketawa kalo 7000 orang itu ngumpul jadi satu Paguyuban.
Oke, sekarang kita move on dari jelmaan kakek kodok itu.
Semakin deket dengan ujian, anak-anak jadi sering belajar bareng di kelas selepas jam malem. Sebenernya, ini bukan inisiatif pribadi masing-masing, tapi untuk ngisi waktu luang sebelum apel malem ketimbang dipake buat acara ga jelas, atau dengerin si Alfin orasi lagi. Kita gak mau mati konyol, men.
Semakin hari, kegiatan belajar bareng di kelas makin ngawur. Yang belajar tetep belajar, yang sibuk ngurusin proyek kaos/foto/buku angkatan tetep sibuk depan laptopnya, dan yang pasti, ada mereka yang selalu gak bisa lepas dari smartphonenya buat update moment di friendster, Path, FB, twitter, dll. Kalo gue ? Gue sibuk motoin anak-anak yang tidur di kelas.



Salah satu kejadian paling tolol sewaktu KBM berlangsung adalah adegan dramatis pengusiran si Ajis dari kelas. Waktu itu si Ajis menawarkan jiwanya untuk menjadi sukarelawan fotokopi soal latian ujian pada jam istirahat, padahal dia sendiri pengen jadi relawan fotokopi cuma sebagai kamuflase supaya bisa ngerokok di warung sekitar BDK. Tapi karena kehilafannya kalo dosen untuk jam selanjutnya adalah orang yang sangat strict dan gak bisa ditipu dengan wajah begonya yang pura-pura memelas, akhirnya si Ajis diusir dengan hina dari kelas karena telat setengah jam.
Dan lu tau apa kata dia sewaktu gue ketemu dia di luar kelas ?
"Gapapa, dapet 2 batang...", ucapnya sambil nyengir khas Tyrion Lanisternya.

Banyak sekali adegan-adegan tolol semacam tadi yang terjadi pada saat KBM berlangsung. Misalnya, pada suatu malem dimana kegiatan belajar bareng berubah jadi ajang karaoke. Gue sendiri heran, kok bisa ?

Tapi gue inget kata-kata ini, "kalo ada 27 monyet ngumpul, gak akan ada satupun dari monyet itu yang bertingkah kaya manusia. Tapi kalo ada 27 manusia ngumpul, seenggaknya ada 5 orang yang kelakuannya kaya monyet". Dan itulah yang terjadi di kelas ini, seenggaknya ada 5 orang yang rebutan microphone buat cuap-cuap gak jelas.
Awalnya mungkin cuma sekedar, "Tes...tes...satu...dua...tiga...", dan beberapa detik kemudian setelah mic berpindah tangan ke si Hendri, rap opening themenya Kera Sakti pun digelar, dilanjut lagu-lagu gak jelas lainnya, dan berakhir di Bon Jovi - Always.

PANDEMIK

Sejak awal gue udah menduga, kalo keadaannya gini terus menerus pasti bakalan ada yang sakit. Semuanya bermula dari Ihsan, ketua kelas C yang pada beberapa hari pertama udah mulai demam, flu, dan batuk yang mengganas. Jeleknya anak STAN itu, kalo mereka sakit malah pura-pura sehat dan sok kuat. Kuliah sambil meler, sesekali narikin ingus, tiap 15 detik batuknya menggelegar ke penjuru kelas. Kan kasian malah ganggu yang mau tidur di kelas?
Semakin hari, jumlah penderita penyakit musiman kaya gini semakin banyak, gue rasa lebih dari 50% populasi terkena penyakit. Umumnya mereka kena batuk dan pilek. Kalo udah jam 2 siang, biasanya penyakit mereka kambuh. Kalo ada satu orang aja yang batuk, yang lain pasti ikut-ikutan batuk dan akhirnya saling saut-sautan kaya kodok jantan yang lagi nyari pasangan kawin di musim ujan. 
Gue sendiri awalnya gapapa, tapi menjelang ujian gue malah ikut-ikutan meler. Dan ini sangat mengganggu ketika lu mau belajar, karena tiap ada informasi/materi yang baru masuk ke otak malah dibawa keluar lagi lewat ingus sialan itu. Akhirnya belajar buat ujian cuma sebatas wacana.
Beda halnya dengan si Satrio, atau yang biasa dipanggil Yoyo kalo siang dan Yonce Isabela kalo malem. Disaat yang lain kena penyakit mainstream, dia malah kena herpes, dan kenanya di mata lagi. Kok bisa ?
Logikanya, penyakit herpes itu biasa terjangkit di tempat-tempat yang kotor dan kumuh. Sedangkan di BDK Jogja, kebersihannya udah dijamin sama satgas khusus pasukan sapu-sapu. Gue rasa selama kita tidurnya di kamer dan mandi + ganti baju sehari minimal 2x kayanya gak akan kena penyakit hina seperti itu. Atau jangan-jangan si Yoyo ini jarang mandi dan males ganti baju, terus malah tidur di jalan kalo gak ada yang liat ? Bisa jadi.

JAGA SERAMBI  

Secara umum, pola jaga serambi yang dianut blok barat adalah dengan menumbalkan 4 orang yang tinggal di kamar bersebelahan dan menyuruh mereka ngejagain serambi/balkon asrama selama jam tidur malam (10.00 pm - 4.30 am). Untungnya, penghuni blok barat adalah penghuni beradab dan memutuskan untuk memakai sistem syariah dalam pembagian jaga serambi. Alhasil ritual jaga lilin serambi ini cukup dilakukan selama satu jam saja dengan cara bergiliran dari kamar ke kamar. Misalnya jam 10-11 malem adalah giliran kamer gue (34) dan kamer sebelah gue (35), jam 11-12 dilanjut oleh penghuni kamer 36 & 37, dan seterusnya. Lalu kenapa perlu 4 orang penghuni dari 2 kamar ? Karena dibutuhkan seenggaknya 2 orang untuk jaga balkon asrama blok barat, dan 2 orang lagi jaga di teras gedung biru (depan lapangan upacara).
Ini salah satu kegiatan yang menurut gue useless dan buang-buang waktu tidur. Kenapa ? Karena kalo tujuannya untuk menjaga keamanan barang berharga, gue rasa itu gak perlu. Kenapa gak perlu ? Karena gak mungkin ada yang berani nyolong di tempat ini. Kenapa gak mungkin ? Karena... Manusia tolol macam apa yang berani nyolong barang di dalem asrama yang kanan-kirinya sawah dikelilingi pager setinggi tembok kedubes AS, dan cuma punya satu exit point (pintu keluar-masuk) yang dijaga satpam 24 jam, ditambah lagi ada 4 orang Pasukan Khusus (Paskhas TNI AU) berjaga di Rumah Dinas yang jaraknya cuma beberapa langkah dari asrama blok barat ? Who the fuck is stupid enough to steal from us ? Kecuali malingnya punya invisibility cloak dari Harry Potter, dan jaga serambi pun jadi semakin useless.
Tapi gapapa, jaga serambi itu itung-itung dikasih waktu buat belajar malem. Contohnya si Epson, penghuni kamer sebelah yang perawakannya kaya teletubies setengah akil baligh. Berdasarkan hasil pengamatan gue, si Epson ini seringkali bawa-bawa buku kalo jaga serambi, entah bukunya untuk bener-bener dibaca, sebagai alat pertahanan diri, alas tidur, sekedar pencitraan, atau untuk menyebar propaganda sebagai sarana psywar. Jujur, gue gak tau itu buku buat apaan.


Foto : Epson (yang katanya) lagi jaga serambi sambil ngapalin materi ujian (di alam mimpi)

Gue kalo dapet giliran jaga malem dengan si Ajis biasanya sambil ngopi atau makan kacang hasil nyelundupin snack malem. Kalo udah ngopi kaya gini, badan gue langsung seger, mata gue langsung melek, pupil melebar, jantung berdebar, dan pikiran ngefly. Ini minum kopi apa ngisep lem aibon?
Kerjaan jaga serambi itu sebenernya gampang, lu tinggal duduk sambil maenan Hape, dan paling mentok cuma muter-muterin asrama-lapangan-asrama, sisanya tinggal nungguin rasa ngantuk dateng lagi. Tapi jujur sih, bagi gue yang paling susah itu sebenernya ngebalikin rasa ngantuk. Kadang-kadang, saking rasa ngantuknya gak dateng-dateng setelah sejam jaga serambi, gue sampe ketiduran gara-gara nungguin ngantuk. Aneh banget kan ?

PESIAR

Gue gak lagi ngomongin jenis kapal, atau hadiah yang biasa dipake buat mengiming-imingi korban kekejian bisnis MLM. Pesiar yang gue maksud (menurut KBBI) adalah :

 
Baru tau kan lu arti kata pesiar ? Baru tau, kan ? Kan ??
Udah tinggal bilang "Iya" aja. Gue juga sama kok, baru tau kemaren pas prajab. Pertama kali denger kata ini, rasanya emang aneh di telinga.
"Besok (Jum'at) kalian boleh pesiar", ucap pelatih dengan intonasi khas militer.
"Pesiar ? What the kamsud is that ?"
Tapi setelah si Ajis ngecek di KBBI lewat Hape Android peninggalan jaman Jurassic Park miliknya, gue baru 'ngeh' kalo pesiar itu maksudnya jalan-jalan/hangout.
 
Sebenernya kita cuma dikasih ijin buat pesiar di hari minggu, tapi karena Jum'at kemaren libur, jadi kita dibolehin pesiar dengan syarat ; harus ngisi absen di pos satpam, sebelum jam 5 harus udah ada di BDK untuk apel, dan gak boleh pergi terlalu jauh (hanya di sekitaran Jogja).

Waktu pesiar ini dimanfaatin sama anak-anak untuk jalan-jalan ke tempat yang bikin mereka keliatan sok asik di social media ; ada yang ke malioboro (tipikal turis lokal yang baru pertama ke Jogja), ke prambanan (buat yang hobinya ngeliatin batu), Ambarukmo Plaza (buat beli sikat gigi, odol, sabun colek, bahkan lulur), maen ke temennya (yang kuliah di Jogja), pulang ke rumah (buat yang homebase di Jogja), tidur di asrama seharian (buat yang males ngapa-ngapain), atau bisa juga jogging sampe lereng merapi kalo yang hobinya lari. Lari dari kenyataan.
Selama dikasih 3 kali kesempatan pesiar, gue biasanya pergi bareng si Ajis, Habib, dan Timo. Itupun cuma muter-muterin malioboro buat ; beli tiket, oleh-oleh, cukur rambut (diminta pelatih supaya lebih plontos, biar gagah katanya), nyari warnet (buat ngeprint KP4), dan keliling Prambanan. Di prambanan, gue sama 3 imbisil ini terpaksa merelakan duit sekitar 35 rebu demi ngeliatin batu yang tersusun rapih. Kegiatan yang kita lakuin disini gak banyak karena terbatas waktu, kita cuma foto-foto narsis-sok-cool-dan-gak-jelas di sekitar candi-yang-masih-dalam proses-restorasi-akibat-gempa, godain turis yang lewat (keliatan kan sifat kampungnya), dan selebihnya muter-muterin area candi naik Sepeda Tandem (sepeda boncengan untuk 2 orang dengan 2 jok dan 2 sadel) yang biaya sewanya setara 10 bungkus Indomie per satu putaran komplek prambanan. Sebenernya masih kepikiran sih buat ngeluarin duit segitu cuma untuk naek sepeda, tapi mau gimana lagi, si idiot-idiot itu udah keburu kegirangan nangkring di atas sepeda. Udah kepalang gaya, men.

PENDADAKAN


Waktu itu tengah malem, sekitar jam 1 pagi, gue dan puluhan imbisil lainnya lagi enak-enaknya tidur (kecuali yang jaga serambi), tiba-tiba ada suara alarm yang bunyinya mirip jingle Sariroti.

Sesuai instruksi pelatih, seharus ketika dengen bunyi alarm ini, semua siswa prajab segera menuju sumber suara dengan pakaian lengkap (baju/celana panjang/sepatu). Tapi emang dasarnya gue sama Ajis ini otaknya sering kena blue screen kalo kebanyakan push-up, kita malah tidur lagi.
*Kebangun gara-gara alarm*
*Diluar kamer kedengeran suara ricuh anak-anak berlarian sambil make sepatu*

Gue : "Jis, iki (suara) opo sih ?"
Ajis : "Mbuh, cuk.."

Gue narik selimut, terus tidur lagi. Si Ajis ngeliat jam di hapenya, terus merem lagi.
Ajis : "Anak-anak idiot ini pada ngapain sih ? Tengah malem malah pada berisik."
Gue : "Gak tau, pada brisik apa sih?"
Baru aja gue mau merem, tiba-tiba gue inget kalo ini...
"TOK..TOKK..TOKKK..!" *Suara pintu kamer digedor-gedor sama siswa prajab lain*
"Woi.. bangun, woi ! Alarm.. woi !!", siswa itu berteriak sambil lari ke kamer sebelah untuk ngelakuin hal yang sama.
"Jancuk, iki (suara) alarm, cuk... Pendadakan, su. Bangun, suu..", gue langsung terbirit-birit ganti celana panjang sambil make sepatu.
"Oh iya, jancuk. Guoblokk... belum make apa-apa", Ajis langsung ikutan ganti celana sama sepatu.

Gue sama Ajis panik, kita berdua langsung turun ke lapangan dalam keadaan compang-camping, dengan mata merah, dan lari ke lapangan kaya Zombie pincang.
Di lapangan, puluhan siswa prajab berhamburan. Gue kira gue sama si Ajis bakal ngumpul paling telat, ternyata enggak. Masih banyak imbisil-imbisil yang berkeliaran dari kamernya dan berlari menuju lapangan dengan keadaan yang lebih brutal dari kita. Si Pace (nama panggilan), misalnya. Setelah telat ngumpul di lapangan, temen magang gue sewaktu di KAP ini berpenampilan layaknya pelarian pasien Rumah Sakit Jiwa. Si Pace baris dengan mengenakan kaos dan celana pendek ketat (semacem strit buat cewe), dan entah gimana ceritanya dia bisa bawa selimut BDK ke tengah lapangan. Honestly, his appearance is more convincing than the real mentally ill fugitive.
Gak cuma Si Pace, ada juga siswa lain yang ngumpul di lapangan cuma make sarung, atau mereka yang cuma make kaos dan celana pendek. Pokoknya pendadakan pertama ini cacat abis, dan sebagai konsekuensinya kita kena penalti disuruh genjot bumi (push-up) berkali-kali tengah malem.
Pendadakan kedua sedikit beda. Bedanya, setelah pendadakan kita disuruh guling-guling, yang punya "dosa" disuruh menebusnya dengan nyebur ke kolam depan asrama blok barat, and the worst part is that shit happens at 2 am in the midnight.

Bayangin, Jam 2 malem, mata masih merah, badan lemes kebawa ngantuk, malah disuruh guling-guling. Akhirnya gue guling-guling sambil tidur.
 
Guling liar kali ini menyebabkan jumlah korban berjatuhan lebih banyak dari guling liar sebelumnya. Si Jamal misalnya, siswa prajab yang perilakunya agak menyimpang dan sering bicara mesum ini akhirnya merasakan akibatnya. Selesai guling liar dia muntah dengan brutal. Suara muntahnya lebih nyeremin dari adegan nyabut paku dari kepalanya Suketi.
Untuk yang "dosa"nya keliatan (misalnya ketauan gak pake sepatu, cuma make celana pendek, tidur pas guling-guling) langsung disuruh nyebur kolam. Lebih apesnya lagi, sewaktu Timo dan manusia buncit lainnya nyebur ke kolam, mereka cuma bisa menggelepar kejang-kejang kaya ikan cupang kurang aer karena badan mereka lebih gede dari kolam itu. Dan setelah itu mereka menggigil kedinginan.

DOTA

Seperti yang Socrates pernah bilang, bahwa ada 4 hal yang dapat mengalihkan dunia seorang pria :
1. Harta
2. Tahta
3. Wanita
4. Dota

Men, dimanapun seorang pria berada, dia belum bisa disebut seorang pria kalo belum (pernah) maen dota. Makanya waktu gue kuliah dulu, gue ngebet banget buat lulus dan segera menyandang gelar "Amd", Ahli maen dota.
Di prajab ini, gue sama anak-anak gak kelupaan untuk maen dota. Sebenernya gak ada niatan dari diri gue untuk maen, tapi ketika gue liat imbisil-imbisil di lantai 3 dan 2 maen sambil adu bacot dengan kesongongan mereka, gue jadi gemes, gemes untuk membasmi kecupuan diantara mereka yang sok hebat. Apalagi kalo gue duduk dan ngeliat langsung mereka maen dengan sotoynya, rasanya gue pengen banget "stun" kepala botak mereka dengan charger laptop.
Oke, setelah setengah jam ngeliatin anak-anak ini maen, gue sama Ajis udah kelewat gemes. Game selanjutnya gue ikutan maen make laptopnya si Syafiq, siswa botak yang maen DotAnya aneh banget. Gue sadar gue gak begitu mahir maen DotA, tapi kalo ngeliatan ke-cacat-an macem ini terus berlanjut, ini gak bisa didiemin. Dan di game selanjutnya, gue puas nge-bully imbisil-imbisil itu. Hakhakhak.
Di hari terakhir prajab, gue sama anak-anak ngadain perpisahan dengan maen DotA di warnet sekitar BDK. Acara ini nyaris gak jadi karena ternyata sangat sulit nyari warnet khusus game di sekitar situ, sekalipun ada ternyata game absurd.

Ajis : "Disini bisa maen game ?"
OP Warnet : "Bisa, mas. Coba aja"

*Si Ajis log in di warnet itu*
Ajis : "Loh kok gak ada gamenya?"
OP Warnet : "Lah itu game fesbuk kan bisa ?"

*Si Ajis kejang-kejang sambil berbusa*

Karena terpaksa dan kita udah kebelet buat maen DotA, tiap komputer di warnet itu di install DotA secara paksa dari Flashdisk, dan sejam kemudian kita baru bisa maen DotA. Emang sih kita cuma bisa selama kurang lebih 2 jam, tapi itu cukup untuk melepas kejenuhan selama 19 hari prajab.
 
Setelah maen DotA berjamaah, gue sama Habib langsung undur diri buat balik ke Cirerbon karena tiket yang gue pesen bisa jadi bungkus gorengan kalo gue gak berangkat detik itu juga. Dan berhubung taksi yang gue pesen udah dateng, gue langsung meluncur ke Stasiun.


EPILOG


Diklat Prajab ini secara gak langsung merupakan ajang temu kangen untuk angkatan gue, sekaligus sarana pulang kampung bagi mereka yang penempatannya jauh dan yang homebasenya di jogja. Disini gue bisa ketemu temen-temen gue yang imbisil ngangenin sewaktu kuliah dulu. Dan sejujurnya gw pengen ketemu mereka lebih lama, tapi bukan berarti juga gue pengen lama-lama di prajab ini (meskipun makanannya lebih enak dari tukang pecel ayam tiren di deket kosan), gue cuma pengen ngobrol dan bercacat-cacat ria bareng mereka. Belum lagi di prajab ini muncul karakter-karakter absurd seperti Alfin yang gaya bicaranya unik, Aji yang perawakannya mirip Troll hutan, Nico yang bentuk dagunya mirip Abu Rijal Bekri, atau si Duo Pace yang mirip Bacary Sagna (timnas Perancis/Manchester City), dan imbisil-imbisil sejenis lainnya yang selama ini dikenal sebagai mantan pentolan Trio Macan yang membelot ke kubu sindikat Smashblast. Mereka inilah yang terus mensolidkan prajab dengan candaan-candaannya yang emang bikin suasana menjadi semakin rame.
Prajab ini emang cocok diadain sebagai diklat awal sebelum menjadi pegawai, selain nambah ilmu-ilmu baru (seperti ilmu silat, rawa rontek, dan kame-ha-meha dari ujung dagu), kita juga jadi lebih SKSD, kompak, dan bochor-bochor banget lah pokoknya. Yang dulunya jaim dan gak saling kenal, sekarang jadi sok akrab (apalagi yang udah pernah tidur sekamer bareng). Misalnya, tiap ketemu orang yang kepalanya sama-sama botak mereka saling sapa dengan panggilan “bro/coy/kisanak”, karena mereka lupa namanya masing-masing.
A : "Hey, bro ! Mau kemana nih ? ketje banget."
B : "Biasa coy, mau longmarch ke rumahnya Mbah Maridjan."
 
Pada akhirnya, setelah 19 hari 19 malem ditempa dengan penderitaan dan diperkuat dengan rasa sakit, Diklat Prajab Golongan II Gelombang I telah sukses terlaksana, dan ditutup dengan sebuah upacara penutupan di Lapangan parkir depan BDK. And thanks God, sebelum gue balik ke Cirebon, gue dikasih kesempatan buat maen DotA sekali lagi bareng imbisil-imbisil itu.

Meskipun gue ngerasa agak sedih ngeliat kenyataan kalo kita harus berpisah di hari itu. Tapi tenang, men. Gue punya kabar gembira untuk kita semua !


"Kulit bekas sunat kini ada ekstraknya... ♪♫♬"











Jakarta, 3 Juli 2014



"Mastin.. Good... ♪♫♬"
"Mastin.. Good... ♪♫♬"
*kemudian hening*

Penulis : frosthater ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel YGY 88 ini dipublish oleh frosthater pada hari Thursday, July 3, 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan YGY 88
 

0 comment:

Post a Comment