
"Rumors are carried by haters, spread by fools, and accepted by idiots"

Sewaktu gue ketiduran di atas atas keyboard dan secara gak sengaja nulis ini di blog, gue sisipin seupil harapan untuk memotivasi temen-temen supaya gak golput dan jadi pemilih yang bijak dan logis. Karena percaya gak percaya, pemilu itu masih menentukan nasib bangsa, meskipun sampe sekarang nasib bangsa tetep gak menentu.

But i never realized that this "Pilpres-thing" had gone too far...
Pilpres sekarang itu udah kelewat absurd. Banyak banget orang yang mendadak jadi Juru Kampanye Capres, tiap kali ada kesempatan ngobrol (di kehidupan nyata/social media) pasti ngomonginnya antara si Wowo atau si Wiwi seolah-olah mereka udah jadi pengamat politik sejak jaman Firaun main engklek, padahal 3 bulan yang lalu gue yakin mereka masih sibuk narikin ingus sambil ngadu Beyblade diatas wajan. Orang-orang kaya gini biasa gue sebut "Simpanse", simpatisan sesat.
Gue sih suka sebel kalo lagi asik ngobrol sama temen, tiba-tiba ada orang nyamber ngomongin capres.
"Eh, Kalo bisa 9 Juli nanti lu berdua jangan pilih si Wowo, ya ? Dia itu tukang culik tau!"
"Pokoknya lo jangan pilih si Wiwi, deh. Dia itu agen Remason ! Lo mau dipimpin capres boneka ?"
Gak di Fesbuk, twitter, path, tumblr, tiap hari kerjaannya nyampahin timeline dengan berita/status/foto tentang kebaikan capres jagoannya dan keburukan capres lawannya. Simpanse-simpanse ini juga sering ngeributin hal-hal yang gak penting seputar pemberitaan negatif pasangan capres-cawapres yang digilainya. Di fesbuk gue aja isinya udah hampir 70% cyber war antara fans si Wowo dan si Wiwi. Bahkan kalo setiap orang yang posting tentang capres di fesbuk langsung gue mute, kayanya gak akan ada post selain gambar kucing, meme (yang biasa direpost dari path), dan dagangan temen-temen gue. Makanya, kadang gue jadi kangen sama temen-temen gue yang dulu, sebelum mereka berubah mengganas jadi Juru Kampanye di timeline febsuk/twitter gue.
Sisi positifnya, di Pilpres sekarang bertambah banyak warga negara yang berpartisisapi aktif dalam proses kampanye. Misalnya dengan masang gambar burung merah atau angka 2 di setengah profil picturenya sebagai tanda simpatisan yang sahih, itu gapapa. Tapi kalo udah mulai nyebar fitnah/black campaign dan ngompor-ngomporin orang sampe nyebabin chaos, rasanya gue pengen banget teleport ke samping orang, nepuk pundaknya dari belakang, dan nyiram mukanya pake karbol. Apalagi kalo orang itu ngobrolin capresnya di tempat ibadah (ada loh yang begini), rasanya pengen nyulik tuh orang buat dimasukin ke dalem bedug trus ditabuh rame-rame sama satu batalyon pas adzan Maghrib.
Balik lagi ngomongin Simpanse.
Beberapa dari species mereka rela mati-matian berdebat tentang siapa capres terbaik version the spot mereka masing-masing, padahal saudara juga bukan, dibayar juga kaga. Tapi mereka siap 24x7 jam ngebela capres idolanya dengan penuh jiwa korsa jika diserang dengan black/negative campaign, dan menganggap semua kebaikan pasangan capres-cawapres lain adalah sebuah ilusi optik atau pencitraan media. Bagi Simpanse-simpanse ini, capres idola mereka bak Panglima perang penunggang kuda atau Ksatria Piningit pengendara elang yang sempurna tanpa cacat.
Mereka juga gak ragu untuk ribut sama temen, pacar, orangtua, bahkan selingkuhannya sendiri. Yang dulunya kawan, sekarang jadi lawan. Yang dulu manggilnya "ayah-bunda", sekarang jadi "ngana-beta". Yang dulunya mantan, malah jadian. Lah ?
Emang
masyarakat Endonesa itu aneh, ada perbedaan dikit reaksinya
langsung negatif. Beda klub bola, ribut. Beda agama, rusuh. Beda jadwal
imsak, sirik. Beda pilihan capres, panas. Beda kelamin, tegang.
Mungkin kalo diterusin selisih paham tentang capres-cawapres di tahun ini bisa
sampe ke tahap jambak-jambakan dan congkel-congkelan upil antar simpatisan. Bahkan kalo di social media bentuk keributannya itu makin aneh, mulai dari saling maki di status orang (padahal cuma update status tentang iklan Mastin), saling unfollow di twitter kalo merasa argumennya terancam, saling ngeblok akun social media karena kelewat benci, dan bisa terjadi cyber war bahkan saling 'report as spam' kalo udah muak bingits liat hal sekecil apapun yang diupdatenya. Contohnya kaya gini :
Akibatnya pemilu presiden sekarang itu paling gak LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia). Lu gak perlu nanya ke orang secara langsung untuk mengetahui dia dukung siapa, cukup liat status fesbuknya aja udah ketebak dia bakal milih siapa.
Pilpres sekarang itu bukan lagi ngomongin Program Kerja dan Visi Misi masing-masing capres, tapi terlebih kearah kejelekan masing-masing capres. Topik yang patut didebatkannya udah bergeser dari yang seharusnya ngomongin Proker atau Visi Misi, malah jadi ngomongin SARA, HAM, SOSIS, dan sejenisnya. Semuanya opini udah digiring oleh media dan para Simpanse.
Misalnya, menurut gue dari debat pertama ada 2 hal penting yang sebaiknya diperhatikan lebih lanjut, yaitu program kartu-kartuan dan bochor-bochoran. Masyarakat seharusnya meneliti, menelaah, dan menimbang tentang program kartu-kartuan ini, serta mencari kebenaran pos-pos APBN mana aja yang nyebabin kebochor-bochoran sampe 7200 Triliun itu (padahal APBN kita cuma 1500 T, dengan PDB 10.500 T). Tapi yang rame diberitain di media malah sislsilah keluarga si Wiwi yang katanya berasal dari keluarga antah berantah dan nama babehnya itu Oey
Hong Liong, seorang guru silat di serial Pendekar Rajawali, kisah
tentang si Yoko dan Bibi Lung.
Keanehan selanjutnya, di hampir setiap kesempatan semua capres mengumbar janji manis ketika berkampanye, mereka
semua ngomongin tentang mensejahterakan rakyat dengan program-programnya
-- pendidikan gratis, berobat gratis, pacar gratis, mahasiswa tingkat akhir bebas skripsi, dan lain lain. Tapi gak ada satu pun yang ngomongin gimana caranya ngedapetin dana, dan
optimalisasi penerimaan negara buat merealisasikan janji-janjinya itu --kecuali
negara ini mau didanai dengan utang. Karena sesungguhnya sisi (penerimaan) ini jauh lebih penting ketimbang berdebat
gimana caranya ngabisin duit 1500 Triliun dalam satu periode.
Pilpres sekarang itu udah kelewat absurd. Banyak banget orang yang mendadak jadi Juru Kampanye Capres, tiap kali ada kesempatan ngobrol (di kehidupan nyata/social media) pasti ngomonginnya antara si Wowo atau si Wiwi seolah-olah mereka udah jadi pengamat politik sejak jaman Firaun main engklek, padahal 3 bulan yang lalu gue yakin mereka masih sibuk narikin ingus sambil ngadu Beyblade diatas wajan. Orang-orang kaya gini biasa gue sebut "Simpanse", simpatisan sesat.

"Eh, Kalo bisa 9 Juli nanti lu berdua jangan pilih si Wowo, ya ? Dia itu tukang culik tau!"
"Pokoknya lo jangan pilih si Wiwi, deh. Dia itu agen Remason ! Lo mau dipimpin capres boneka ?"

Gak di Fesbuk, twitter, path, tumblr, tiap hari kerjaannya nyampahin timeline dengan berita/status/foto tentang kebaikan capres jagoannya dan keburukan capres lawannya. Simpanse-simpanse ini juga sering ngeributin hal-hal yang gak penting seputar pemberitaan negatif pasangan capres-cawapres yang digilainya. Di fesbuk gue aja isinya udah hampir 70% cyber war antara fans si Wowo dan si Wiwi. Bahkan kalo setiap orang yang posting tentang capres di fesbuk langsung gue mute, kayanya gak akan ada post selain gambar kucing, meme (yang biasa direpost dari path), dan dagangan temen-temen gue. Makanya, kadang gue jadi kangen sama temen-temen gue yang dulu, sebelum mereka berubah mengganas jadi Juru Kampanye di timeline febsuk/twitter gue.

Sisi positifnya, di Pilpres sekarang bertambah banyak warga negara yang berpartisisapi aktif dalam proses kampanye. Misalnya dengan masang gambar burung merah atau angka 2 di setengah profil picturenya sebagai tanda simpatisan yang sahih, itu gapapa. Tapi kalo udah mulai nyebar fitnah/black campaign dan ngompor-ngomporin orang sampe nyebabin chaos, rasanya gue pengen banget teleport ke samping orang, nepuk pundaknya dari belakang, dan nyiram mukanya pake karbol. Apalagi kalo orang itu ngobrolin capresnya di tempat ibadah (ada loh yang begini), rasanya pengen nyulik tuh orang buat dimasukin ke dalem bedug trus ditabuh rame-rame sama satu batalyon pas adzan Maghrib.

Beberapa dari species mereka rela mati-matian berdebat tentang siapa capres terbaik versi



Akibatnya pemilu presiden sekarang itu paling gak LUBER (Langsung Umum Bebas Rahasia). Lu gak perlu nanya ke orang secara langsung untuk mengetahui dia dukung siapa, cukup liat status fesbuknya aja udah ketebak dia bakal milih siapa.




Dan keabsurdan pilpres kali ini pun bertambah ketika muncul black campaign yang menganggap jika kita memilih si Wiwi, berarti kita gak pro Islam karena si Wiwi dianggap sebagai agen asing, agen Wahyudi, agen pulsa, agen elpiji, agen akwa galon, dan agen PKI. Lah, sejak kapan milih presiden menandakan tingkat keimanan seseorang ? Kalo emang bener, pasti Malaikat Rokib sama Atid tanggal 9 kemaren ngelembur gegara nyatetin amal 237 juta penduduk Endonesa.
Gue heran ada orang yang berani mengatasnamakan agama untuk memberi dukungan ke salah satu capres, sampe munculin fatwa haram terkait pilpres. Dan menurut gue, ngebawa-bawa agama untuk urusan
politik itu gak lebih dari mereka yang memperjualbelikan agama untuk
urusan dunia.
Yakin tuh mereka milih karena iman ?
Coba tanyain lagi ke diri sendiri, bukankah mereka sebenernya sedang melakukan segmentasi pemilih ? Bukankah mereka pingin ngegiring pemilih untuk melihat mana capres Islam dan bukan Islam supaya pemilih-pemilih ini bisa dikategori-kategorikan, dikelompok-kelompokkan, agar syahwat kekuasaan mereka dan sekelompok orang tertentu bisa tercapai ? Mereka lagi bela Islam atau siapa? Mereka lagi bela Tuhan atau ngebela orang-orang yang cuma ngaku-ngaku deket dengan Tuhan? (Quoted from this note)
Apa mereka yakin kalo mereka milih si A atau Si B karena ngerasa cocok dengan Program Kerja dan Visi Misinya ?
Apa mereka yakin kalo mereka-mereka ini disatukan karena memiliki kesamaan dengan Visi Misi capres, bukan karena disatukan dengan kebencian terhadap pasangan Capres-Cawapres lain ?
Gue penasaran, apa gak cape ya kalo tiap ketemu orang bawaannya pengen menghasut orang itu supaya ikut capres pilihan mereka, kalo pilihannya berseberangan dikit kaya Alfamart dan Indomaret, mereka langsung berdebat dengan bringas seolah-olah mereka berkewajiban untuk menusbol lawannya dengan kata-kata kasar dan menganggap lawannya itu bodoh, sesat, bahkan tapir karena gak mau milih capres jagoan mereka. Padahal nih ya, gays... yang namanya debat itu (hampir) gak pernah ada bagusnya, karena pada akhirnya yang kita bela bukan lagi kebenaran, tapi diri kita sendiri. Sebuah gengsi atas kekalahan, kalo ternyata apa yang kita anggap sebagai kebenaran ternyata salah.
Gue tau kalo salah satu pekerjaan paling sia-sia di dunia adalah ngasih nasehat ke ;
1. Orang yang lagi jatuh tinja.
2. Orang yang lagi asik maen DotA.
3. Pendukung capres.
Tapi gak ada salahnya juga kalo sekali-kali kita nasehatin Simpanse-simpanse itu, soalnya kadang gue ngerasa iba ngeliat mereka berdebat dengan penuh jiwa korsa di timeline fesbuk gue. Padahal mungkin di alam sana, capresnya sendiri ternyata damai-damai aja, bisa makan 3 kali sehari kali, tidur enak diatas spring bed empuk, mau kemana-mana ada Jet pribadi. Lah ini pendukungnya malah ribut, padahal mau makan aja nunggu jatah nasi bungkus, mau tidur juga susah karena mikirin argumen apa yang bakal dipake buat nangkis serangan pendukung capres lain.
Dan sebenernya mereka tau sendiri bacotan mereka gak ada gunanya, karena yang bikin menang itu cuma jumlah suara di KPU, bukan banyaknya alinea argumentasi yang dikarang untuk capres jagoan mereka.
Dan perlu diinget, men. Entah siapapun yang jadi Presiden
nanti, dia adalah orang yang bakalan make sirine polisi untuk nyuruh lu minggir ketika dia lewat di
jalan. Daripada sok kritis mikirin Calon Presiden, mending mikirin calon ibu
dari anak-anak lu, mblo. Soalnya capres jagoan lu gak akan nyariin lu jodoh.

Yakin tuh mereka milih karena iman ?
Coba tanyain lagi ke diri sendiri, bukankah mereka sebenernya sedang melakukan segmentasi pemilih ? Bukankah mereka pingin ngegiring pemilih untuk melihat mana capres Islam dan bukan Islam supaya pemilih-pemilih ini bisa dikategori-kategorikan, dikelompok-kelompokkan, agar syahwat kekuasaan mereka dan sekelompok orang tertentu bisa tercapai ? Mereka lagi bela Islam atau siapa? Mereka lagi bela Tuhan atau ngebela orang-orang yang cuma ngaku-ngaku deket dengan Tuhan? (Quoted from this note)

Apa mereka yakin kalo mereka-mereka ini disatukan karena memiliki kesamaan dengan Visi Misi capres, bukan karena disatukan dengan kebencian terhadap pasangan Capres-Cawapres lain ?


1. Orang yang lagi jatuh tinja.
2. Orang yang lagi asik maen DotA.
3. Pendukung capres.


Dan sebenernya mereka tau sendiri bacotan mereka gak ada gunanya, karena yang bikin menang itu cuma jumlah suara di KPU, bukan banyaknya alinea argumentasi yang dikarang untuk capres jagoan mereka.


Jakarta, 9 Juli 2014

Salam jari tengah
0 comment:
Post a Comment