1920 x 1080



 "People never change, they just slowly reveal who they really are"



Ini minggu ke 3 setelah malam itu, malam di mana jutaan orang keluar dari perut Bumi untuk menghabiskan pergantian tahun, berkumpul di pusat kota, dan ngeliat ribuan orang ngebakarin duit di atas langit sambil ngupdate foto di social medianya dengan caption, 'Happy New Year... !'. 

Secara gak sadar, ribuan petasan yang mereka luncurkan telah menyulut perang dengan langit. Akhirnya beberapa minggu kemudian, langit pun berbalik menyerang warga bumi dengan hujan deras berhari-hari.
 

In the middle of nowhere
, malam pergantian taun gue nikmatin dengan duduk di depan laptop buat ngabisin Quota, sesekali nyeruput kopi.

 
Sebagai seorang introvert yang tampan dan rupawan, gue jarang ngerasa bosen sewaktu sendirian, gue lebih sering bosen di tengah keramaian (mall, pasar malem, tempat sabung ayam, dll), di tengah orang-orang yang sok-asik dengan gadgetnya masing-masing, di tengah dunia yang gak pernah berhenti berbicara.
Taun baru itu identik dengan resolusi. Bagi gue, resolusi dengan update status 'Taun baru, harapan baru, gue-yang-baru', itu omong kosong terbesar kedua setelah kenaikan harga elpiji demi pencitraan pilpres 2014 kemaren. Berapa orang sih yang target resolusinya tercapai semua di akhir taun ?
Sepertinya gak ada bedanya dengan taun-taun sebelumnya. Taun baru, kerjaan masih yang lama (sisaan taun kemaren). Taun baru, Tugas Akhir/paper/skripsi masih yang lama. Taun baru, kangennya masih sama yang lama. Pffttt...
Percaya gak kalo taun ini bakal sama dengan taun-taun sebelumnya ? Bakal gitu-gitu juga, stagnan.

Coba sebutin 5 pencapaian terbesar di taun 2013 kemaren yang lu anggap sebagai 'Resolusi'. Dengan ketentuan lu gak boleh nyebutin tentang kata sifat (Gue orang baik, gue ganteng maut, gue turunan Sultan Zambia), tapi hanya pencapain dengan bentuk aksi nyata (Gue menang Olimpiade Sains Internasional, Gue menang adu panco se-kecamatan, postingan gue di tumblr direblog sampe 100 rebu user, tweet gue di RT dan di-favorite sama Kimberly Ryder). Can you ?
Gimane, tong ? Gampang nyebutinnya ? atau susah ? Ya, sama kaya gue.

Teruntuk kita yang gak bisa nyebutin 5 pencapaian tadi, disini gue udah mengkompilasikan beberapa paragraf dari bermacam sumber (cracked, twitter, facebook, dll) yang bisa mengubah (pandangan) hidup kita jadi lebih baik, dan mungkin kita sendiri bakal benci baca tulisan ini. Anyway, this is for us...


1. Orang-orang cuma peduli atas apa yang bisa mereka dapetin dari lu.


Katakanlah orang yang paling lu sayang (pacar/gebetan/selingkuhan) keserempet Oplet Mandra, ia terjatuh, bahkan tersungkur di trotoar, lalu kakinya ketusuk paku berkarat. Dalam keadaan setengah sadar, kemudian seorang pria muncul lewat lubang Biopori, dengan bentuk awal seperti logam cair lalu bermetamorfosis menjadi wujud manusia seperti di film Terminator 2. Pria itu mendekati tubuh selingkuhan lu, dan mengeluarkan sepasang sumpit. Segera pria itu melakukan operasi medis pengangkatan paku berkarat dari kaki selingkuhan lu.
Lu nanya, 'Siapa lu ? Dokter ? Ahli Bedah ? Dukun beranak ?'
Pria itu menjawab, 'Bukan'
Lu bilang, 'Tapi lu tau kan cara ngeluarin pakunya ?"'
Pria itu menjawab, 'Gak tau, bro. Tapi tenang aja, gue itu orangnya baik, gak pernah bohong, setia, disiplin, gak pernah ngomong kasar ke orang lain. Gue juga selalu inget tanggal jadian dan ulang taun pacar gue'
Sampe sini lu bingung sambil garuk-garuk biji, 'Woi nyet, terus hubungannya dengan keadaan cewe gue itu apa ? Lu sebenernya bisa ngeluarin paku dari kaki dia kaga, bangsattt?!'
Pria ini merasa jengkel, dan berkata 'Kok ada orang egois kaya lu ? Apa lu gak peduli dengan semua sifat baik yang gue punya ? Lagipula, kalo gue bisa mengoperasi orang, untungnya buat gue apa ? kan gue juga bukan dokter ?'
Lu makin panik, dan sesekali muncul niat buat mencekok pria itu dengan seduhan bubuk abate. Pria itu makin jengkel, lalu memutuskan meminum seduhan bubuk abate dan kembali masuk ke Biopori sambil berkata, 'I'll be back'.
Percaya atau engga, Ini adalah gambaran keadaan dunia yang sekarang, dan kita berada di situasi kaya gini setiap harinya. Bedanya, di sini lu berperan sebagai pria bersumpit yang keluar dari Biopori, sedangkan semua orang di sekitar lu adalah korban tabrak lari yang kakinya ketusuk paku berkarat. Everyone needs help.
Kalo lu ngerasa orang-orang ngejauhin lu, atau bahkan gak hormat dengan lu, itu karena masyarakat kita diisi oleh orang-orang yang punya kebutuhan yang harus dipenuhi. Orang-orang butuh makanan, minuman, rumah, pakaian, dan juga koneksi internet yang murah, cepat, dan true unlimited. Tanpa disadari kita adalah bagian dari sebuah sistem yang dirancang untuk ngeliat kebutuhan orang lain.
Pilihannya ada dua, lu harus belajar keterampilan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (misal : kuliah jurusan teknik supaya lulus jadi enjiner dan tenaganya bisa memenuhi kebutuhan pemegang saham korporat asing), atau lu bakal dijauhin orang-orang karena lu gak bisa apa-apa, tanpa peduli lu sebaik apa. Makanya gak sedikit orang baik, tapi karena dia gak punya skil yang bisa memenuhi kebutuhan orang lain, hidupnya jadi susah. Begitu juga sebaliknya.
Kedengerannya sotoy ? kejam ? materialistis ? Ya, tapi inilah hidup, deritanya tiada tara. Terus gimana dengan hal-hal baik seperti ; kebaikan, cinta, simpati ? Apa itu gak penting ? Jelas itu penting, selama kebaikan itu bisa menghasilkan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan orang lain atau seenggaknya sesuatu yang gak bisa didapet dimanapun kecuali dari diri lu. 


2. Orang-orang cuma mau denger apa yang mereka mau denger.



Ada 2 orang wanita bernama Sri dan Mulyani, mereka adalah dua orang sahabat sejak orok. Saat ini, Sri baru aja putus karena dia ketauan selingkuh di depan pacarnya.

Sri        : 'Kok dia tega mutusin aku ? Padahal dia yang jelas-jelas salah.'
Mulyani : 'Kok bisa ?'
Sri        : 'Coba aja dia percaya sama aku. Coba aja dia gak stalking aku. Pasti dia gak akan ngeliat aku jalan sama Agus.'
Mulyani : 'Iya, cowo itu emang brengsek. Suka gak percaya sama pacarnya sendiri. Kamu gak salah kok, beb.'
*Kemudian berpelukan dan saling sedot-sedotan ingus*
Kejadian kaya gini seringkali terjadi, dimana seorang teman acapkali membenarkan perbuatan seseorang, bukannya memberikan kebenaran (sepahit apapun) yang seharusnya diketahui orang itu. Di sisi lain, orang dalam posisi sebagai Mulyani gak sepenuhnya salah, bisa jadi Mulyani cuma mau bilang apa yang Sri cuma mau denger, karena yang namanya cewek kalo lagi curhat, mereka itu gak butuh nasehat atau bahkan solusi, mereka cuma mau didengerin.

Seandainya respon Mulyani sebaliknya :

Sri       : 'Coba aja dia percaya sama aku. Coba aja dia gak stalking aku. Pasti dia gak akan ngeliat aku jalan sama Agus'
Mulyani : 'Jelas kamu yang salah, beb. Kamu itu selingkuhin dia, kamu boongin dia juga. Jadi kalo dia stalking karena gak percaya sama kamu ya wajar aja'
Sri        : 'Kamu kok gitu ?!'
*Adegan ini berakhir dengan jambak-jambakan di atas rel*
Di dunia nyata, masih banyak orang yang berpikiran bahwa berbicara tentang hal-hal pahit (meskipun berupa kebenaran) bisa dianggap tabu. Beberapa dari mereka beralasan memberikan penjelasan kepada orang-orang seperti Sri adalah hal yang percuma, karena gak peduli seberapa gamblang paragraf argumentatif yang diutarakan, mereka (orang-orang seperti Sri) bakalan ngeles sehebat mungkin.
Inilah mengapa (orang-orang seperti) Mulyani lebih memilih untuk ngebiarin (orang-orang seperti) Sri gagal.

'Udah lah, biarin aja. Bukan gue ini', ucap Mulyani sambil ngelap ingusnya Sri.

 


3. Apa yang lu kerjakan gak harus menghasilkan uang, tapi bermanfaat bagi orang lain.



Manusia hanyalah sebilah jiwa yang berada didalam kerangka tulang berlapis daging yang terbuat dari tanah, selain itu kita bukanlah apa-apa, kecuali kita punya satu set keterampilan yang berguna bagi orang lain. Simpelnya, pekerjaan kita adalah (siapa) diri kita.
Ada alasan kenapa dokter dibayar lebih mahal dari tukang petasan. Ada alasan kenapa petugas lapangan offshore di perusahaan tambang punya penghasilan lebih tinggi dibanding akuntan. Ada alasan kenapa pegawai fungsional memiliki take home pay lebih besar daripada pelaksana biasa. Alasannya, karena mereka lebih bermanfaat bagi pemegang kepentingan. Makanya, kadang ada orang yang dipanggil dengan menyebutkan pekerjaannya. 'Pak dokter, pak camat, mamang balon, dll'
Mungkin bakal ada yang gak setuju dengan pendapat ini, dan menyanggah seperti kutipan 'You're not your job' nya Tyler Durden di film Fight Club.

Jangan salah, yang gue maksud dengan pekerjaan adalah hal-hal produktif, apapun, dan gak harus selalu hal yang menghasilkan uang, tapi gabungan keterampilan yang bermanfaat bagi orang lain. Misalnya, jika seorang wanita memilih profesi menjadi seorang ibu rumah tangga, ini emang gak menghasilkan uang, tapi jelas bermanfaat bagi seluruh komponen keluarga, dan ini bukan hal yang mudah meskipun untuk seorang wanita yang memiliki gelar Master, Doktor, PhD, bahkan double degree di fakultas perdukunan, karena membutuhkan satu set keterampilan khusus yang gak diajarin di kampus manapun. So, be thankful to your mother.


4. Semuanya gak selalu tentang uang.




Di lain sisi kehidupan, banyak cowo bodoh yang berpikir bahwa untuk mendapat seorang wanita (cantik) haruslah memiliki pekerjaan yang keren dan menghasilkan banyak duit. Pikiran semacam ini hanyalah delusi seorang cowo yang kebanyakan ngisep lem aibon supaya bisa ngejelekin cewe-cewe yang dulu pernah nolak dia dengan berpikir bahwa (semua) cewe itu materialistis.
Ini bukan cuma tentang uang, tapi apa yang bisa kita (cowo) tawarkan kepada mereka (cewe). Bisa berupa kepribadian yang menarik (mobil pribadi, rumah pribadi, jet pribadi kecerdasan, perhatian, humoris, tanggung jawab, dan kesetian), ketampanan yang setara dengan 80% penduduk bumi atau bahkan memiliki kemampuan Super Saiya.
Gak percaya ? Coba telaah thread ini.

Kalo lu merasa sebagai orang yang memliki kualifikasi cukup untuk ngegebet doi, lu mau ngapain demi nunjukin semua kelebihan itu kepada si doi ? Bilang 'saya cowo baik-baik' ? Percuma aje, tong. Kalo lu ngejer cewe cakep, mungkin tiap menitnya semua orang juga bersikap baik sama dia.
Kalo kita (cowo) cuma bisa nyebutin gue-baik, gue-bisa-makan-sayur-pake-tangan, gue-bisa-minum-abate-tanpa-diseduh, banyak kok cowo yang lebih ketje dengan karir yang jauh lebih menjanjikan dan siap bilang gitu ke gebetan lu.
Trus gue harus ngapain, gan ? Beli buku 'Kiat-kiat jitu memikat hati janda pejabat cewe ?'

Gak perlu, mending duitnya ditabung buat nyicil kapal pesiar. Untuk melepaskan status jomblo, jangan cari 'Bagaimana cara dapetin cewe yang cantik halilintar secara instan', tapi 'Bagaimana jadi pribadi yang disukai cewe'. Emang agak susah, karena untuk jadi pribadi tersebut bisa jadi kita (cowo) harus kehilangan hobi ngegame, berusaha berpenampilan rapih, memperdalam agama (buat yang ngincer cewe yang kerudungnya kaya jubah Batman), atau bahkan belajar jurus Rawa Rontek untuk ikut sayembara melawan pendekar lain demi merebut perhatian doi.
Contoh nyatanya dialamin temen kosan gue, sebut aja si Buluk. Sewaktu kecil si Buluk ini termasuk bocah ingusan, bajunya juga masih compang-camping, tiap dua menit kelenjar di hidungnya mensekresikan cairan berwarna hijau-olive, melata, berlalu-lalang, keluar-masuk portal hidungnya, sambil sesekali berdesis, 'Sroottt...sroooottt...'. Tapi semua itu berubah ketika si Buluk suka dengan kadal cewe, penampilannya mulai dibenahi, yang tadinya mirip gembel jalan layang tiba-tiba jadi kaya Dude Harlino. Yang tadinya ingusan, sekarang kalo ingusnya keluar langsung ditelen lagi. Singkatnya, si Buluk udah berubah, sekarang penampilan dia udah lebih manusiawi, dia udah paham kalo segala sesuatu ada harganya. Dan untuk ngedapetin cewe pujaanya, ini adalah harga yang harus ia bayar.
'Lah, ribet amat. Masa gak ada sih yang suka dengan gue apa adanya?'
Ada, tapi probabilitasnya kecil (bahkan remote). Inget, 'barang bernilai' pasti banyak peminatnya, dan dalam kasus ini, apakah dengan menjadi elu-yang-apa-adanya termasuk 'barang bernilai' ? dan cukupkah itu untuk menarik minat cewe yang lu gebet ? Dan balik lagi ke awal, manusia itu punya kebutuhan. Cewe yang lu gebet sekarang terbaring di trotoar, berdarah karena ketusuk paku berkarat, dan yang lu bisa lakuin cuma megangin sumpit sambil ngeluh 'Kenapa sih lukanya gak sembuh sendiri ?'
Ngerasa kecewa ? Mau pundung seharian di kamer sambil garuk-garuk tembok ? Atau mau belajar cara nunjukin semua kelebihan lu ? Itu terserah lu, tapi jangan komplain kalo ada cowo bedebah yang nikung gebetan lu lebih dulu karena cowo itu bisa nawarin hal yang lebih (misalnya ngaku turunan Sultan, atau bapanya yang bikin semburan lumpur di Sidoarjo). 'Tapi gue kan pendengar yang baik ?', Yaelah tod, kalo lu cuma pengen duduk sambil liatin bulu keteknya doi curhat, masih banyak cowo yang PDKT dengan doi bisa ngelakuin semua itu, plus dia bisa minum abate tanpa diseduh. Itu sama aja kaya video clip band Endonesa yang sok bergaya emo-rock, padahal lagunya kaya Kufaku Band.
Kayanya ini yang bikin cowo-cowo introvert menganggap dirinya cowo baik-baik, tapi masih suka ngedoain ujan deras tiap malem minggu. Kalo lu tetep gak setuju dengan komentar dari sista-sista di thread barusan dan masih berpikir ini semua tentang uang, well, you're missing the bigger point...
 


5. Lu benci diri lu sendiri karena lu gak ngelakuin apapun.



Taukah kalian, bahwa penyesalan paling banyak terjadi bukan atas apa yang kita lakukan, tetapi atas hal yang gak kita lakukan.
Sebagai contoh, sekarang lagi musim hujan dan suatu ketika seorang pria bernama Wira mau berangkat ke kampus naik motor. Karena malas membawa barang extra dan merasa bisa meramal masa depan, Wira memutuskan untuk tidak membawa jas hujan. Namun semesta berkata lain, 10 menit kemudian hujan deras melanda jalanan ibu kota, dan akhirnya Wira pun basah kuyup kehujanan.
Wira berteduh di bawah shelter sambil menunggu hujan reda, sesekali ngeliat jam dan menghitung berapa lama dia udah telat ngampus. 'Taik, coba aja tadi gue bawa jas ujan, pasti gak kaya gini ! Toh seandainya gak ujan pun, kan gak masalah bawa jas ujan ke kampus', Wira mengeluh desah.
Singkatnya, lu benci diri lu sendiri bukan karena lu gagal mempridiksi cuaca, atau karena feeling lu gak sehebat kemampuan untuk cari alesan, tapi karena lu sendiri gak mau ngelakuin apapun.

6. Kamu adalah apa yang kamu lakukan untuk orang lain.


Semua orang bisa bilang kalo sebenernya mereka adalah orang baik, berkata bahwa di dalam diri mereka terdapat jiwa yang peduli dengan kemanusiaan, keseimbangan alam semesta, dan satwa liar seperti farhat abbas. Tapi cuma sedikit yang bisa merealisasi perkataan tadi menjadi tindakan nyata. Orang-orang di sekitarnya jadi gak tau seberapa baik mereka terhadap sesama, karena gak ada tindakan nyata yang berarti bagi orang lain, mereka (yang hanya bisa berpikiran bahwa dirinya orang baik) adalah tipikal orang-orang yang sama pada umumnya.

 
Dan ini yang harus gue sadari sejak dulu, bahwasanya siapa-diri-gue-di dalemnya gak sepenting apa yang bisa gue lakukan untuk orang lain. 
 
'Tapi kan di dalam diri gue punya rasa belas kasihan yang tinggi terhadap Tuna Asmara?'. Bagus sih, tapi apa itu ngebuat lu melakukan hal untuk ngebantu mereka ? apa dengan rasa iba itu ngebuat lu ngedatengin Jomblo-Jomblo yang lagi berteduh di Taman Jomblo bawah jalan layang Pasupati, dan ngebagiin pacar gratis untuk mereka satu-persatu ? 'Enggak sih, tapi kan seenggaknya gue masih mikirin nasib mereka'. Kalo mikir sekedar mikir, monyet-monyet di Senayan juga mikir.
Berapa banyak dari kita yang masih berpikir, 'Seandainya dia tau kalo gue itu orang yang baik, cerdas, dan menarik, pasti dia suka sama gue'. Terus gimana caranya dia bisa tau lu itu orang yang menarik kalo selama ini lu cuma bisa mengkhayal hidup bersama dia di siang bolong ? Emangnya ide/gagasan/pikiran itu bisa tertanam sendirinya di pikiran orang lain ? Kecuali lu bisa telepati, atau gebetan lu ternyata agen CIA yang punya akses NSA level 7 untuk memantau gerak-gerik lu lewat kamera tersembunyi. Inget, gak semua orang bisa baca pikiran kaya Romi Rafael, mereka cuma bisa mengamati perilaku lu. Dan gak semua orang punya kemampuan enkripsi sebaik Sandiman di kedubes luar negeri, jadi gak usah maen kode-kodean.
Dan yang mau gue rubah dari diri gue sendiri adalah untuk berhenti overthinking, dan mulai turun tangan dalam hal yang gue bisa. Apa lu gak sebel ngeliat 'segilintir' orang yang kerjanya cuma mengutuk Pemprov DKI karena ngerayain taun baru dan mereka yang nyalahin para Tuna Asmara karena berdoa dan merintih supaya turun hujan deras tiap malem minggu sebagai penyebab banjir masal di Jakarta ? Bukannya berpikir kalo banjir itu disebabkan rendahnya rasa kepedulian warga terhadap lingkungan. Lalu hal yang mereka lakukan hanya menulis doa di komentar fesbuk dan berharap banjir menghilang dengan sendirinya, ketimbang turun tangan ke jalan dan bantuin Pemprov untuk ngebantu ngatasin banjir. Gue percaya dengan doa, tapi 1 aksi nyata lebih berperan daripada ribuan likes di status fesbuk yang berisi doa, karena Tuhan pun gak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu berusaha untuk mengubahnya.
  

 

7. Berhenti ngedengerin omong kosong di pikiran kita yang menahan kita untuk menjadi lebih baik.



Pikiran manusia itu ajaib, ia dilengkapi mekanisme pertahanan berlapis yang bekerja seperti antibodi, dirancang untuk menembak jatuh setiap opini dan kritik orang lain yang berusaha mengubah diri kita, meskipun kritik dan opini tersebut bersifat konstruktif dan dibangun berdasarkan fakta.
 
Ketika orang lain mengatakan suatu opini tentang kita atau mengkritik kita, suara-suara kecil di dalam kepala kita mulai memanipulasi diri kita seolah-olah kritik tersebut adalah hinaan bagi kita. Kejadiannya sama ketika baca postingan gue, pikiran kita mulai membombardir dengan bermacam alibi untuk menolaknya, sambil sesekali berbisik ;

'Apa sih, ni orang. Sotoy banget sih lo'
'Jangan suka ngejudge orang, lu pikir lu siapa?',
'Apaan sih, gak semua gitu kali',


Suara-suara ini adalah bentuk virtual dari sebuah perasaan ego yang memanipulasi diri kita untuk ngeles dari semua opini dan kritik, menahan diri kita untuk bekerja keras lebih keras dan berubah jadi lebih baik. 'Kaya gini aja udah enak kok, kenapa harus berubah ?'
Kesengsaraan itu emang nyaman, tapi kebahagiaan butuh perjuangan yang gak sedikit, itulah kenapa banyak orang yang lebih milih untuk diem di zona 'nyaman' dan enggan melangkah keluar untuk ngeliat 'keajaiban' di zona lain. 

Our minds love to deny things.
Ketika ada seseorang berkata, 'Jangan bayangin Monyet lagi bedakan !', lalu apa yang ada dipikiran lu ? Hal lain ? atau seekor monyet lagi bedakan ?

Ketika ada yang nyuruh, 'Jangan pegang tomboknya ! Catnya masih basah', lantas apa yang bakal lu lakuin ? percaya gitu aja ? atau malah megang catnya ?

Apapun yang orang lain katakan, pikiran kita akan menahannya supaya terjadi status quo.

'Kalo bisa tidur seharian di kosan, kenapa harus ikut kegiatan di luar ?'
'Kalo bisa ganti channel dengan jempol kaki, kenapa harus pindah dari kursi buat nyari remot ?
'Kalo bisa besok, kenapa harus sekarang?'
 




Mekanisme pertahanan selanjutnya adalah dengan mencari alibi apapun untuk ngeles, jika memungkinkan menyerang individu kritikus dengan pertanyaan, 'Halah... gak usah sok-sokan, lu juga pernah kan ? Kaya lu orang paling bener aja'
 
Ini adalah salah satu alasan kenapa orang gak mau ngedengerin ucapan pelaku curankor (pencurian korek) meskipun ia berbicara tentang ilmu fiqih yang dipahaminya, alasan kenapa lu gak dengerin perkataan temen lu sendiri karena lu tau mereka seperti apa, alasan kenapa AA Gym ditinggal jemaatnya karena poligami. Gak peduli apapun yang mereka katakan, seberapa baik nasehat yang mereka berikan, orang-orang akan mencari cara untuk nyerang balik opini/kritik mereka.
  
Nah, pikiran idiot kaya gini yang selama ini nahan gue untuk ngambil kesempatan-kesempatan emas yang pernah muncul di hidup gue. Akhirnya, ya idup gue gini-gini aja, stuck kaya ribuan Avanza yang kerendem banjir di M.H Thamrin.


8. Beberapa orang akan ngebenci lu ketika lu ngelakuin hal yang benar.



Hidup itu kaya maen game RPG (Skyrim, Assassin's Creed, Pokemon), kalo lu melangkah ke jalan yang bener, lu bakal nemuin banyak musuh. Sebaliknya, kalo lu salah jalan, lu gak akan nemuin (musuh) apapun.
Ketika seseorang melakukan hal baik, gak menutup kemungkinan akan ada orang yang ngebenci mereka. KPK punya 'haters', Nelson Mandela punya 'haters', bahkan Nabi yang dijamin oleh Tuhan pun masih ada yang benci. You just can't please everyone.

See ? That's because they create something good, and people who hate it will trash them.

 
Mereka (haters) ngebenci kita bukan karena mereka bener-bener ingin melawan kita, tetapi mereka hanya memperjuangkan diri mereka masing-masing. Inget, semua orang punya kebutuhan, dan ketika kebutuhan mereka terusik (oleh jalan yang kita pilih), mereka akan berjuang untuk menjaganya. Gak sedikit koruptor-koruptor yang diperiksa penyidik KPK memberikan ancaman, bukan karena mereka musuh pribadi anggota KPK, tetapi karena mereka ingin menyelamatkan pantat dan harta mereka masing-masing.
 
Ketika kita menghasilkan sesuatu yang baik dan yakin dengan jalan yang diambil itu benar, akan selalu ada pihak yang mengkritik, mencela, bahkan menyerang hasil kreasi kita. Dan saat itu terjadi, gak peduli seberapa banyak orang yang pengen liat kita jatuh, seberapa banyak orang yang ngebenci kita, kita harus berjuang untuk diri sendiri, meskipun gak ada seorangpun yang ngedukung kita.

Jangan terlalu peduli dengan apa yang orang pikirkan, karena gak semua orang (mau) mikir ketika berbicara.

  


9. Orang-orang pengen lu melakukan suatu hal dengan baik, tapi gak pengen sebaik yang mereka lakukan.




Selain pikiran kita yang menahan dari dalam, ada faktor lain yang menahan kita untuk berubah jadi lebih baik. Sebut aja faktor eksternal, dan itu adalah orang-orang di sekitar lu, kerabat-kerabat terdekat lu, temen-temen lu.

Gak semua orang pengen hidup lu jadi lebih baik, ada sebagian orang pengen hidup lu stagnan, gitu-gitu aja. Manusia itu sejatinya ingin dirinya menjadi yang terbaik (alpa male/female), kalo mereka gak bisa meng-upgrade dirinya jadi lebih baik, seenggaknya mereka gak boleh ngebiarin saingannya jadi lebih baik. Ada yang inget karakter Chatur 'Silencer' Ramalingam di film 3 idiots ? Inget gak sewaktu dia ngebagi-bagiin majalah bokep ke temen-temen seangkatannya semalam menjelang ujian ? Nah, tanpa disadari temen-temen yang kelakuannya kaya 'silencer' itu ada di sekitar kita.

 
Gue kasih contoh, suatu ketika Wira dan Wawan ikut belajar bareng untuk menghadapi UAS minggu depan. Berdasarkan track recordnya, Wawan adalah peringkat 1 paralel di fakultasnya, sedangkan Wira adalah pria dengan kecerdasan setara kacang mede. Saat itu, Wira diajarin mati-matian oleh Wawan, dan hasilnya nilai Wira lebih tinggi 3 poin dari Wawan. Wawan merasa gelisah, resah, dan basah. Ia gak terima nilainya bisa kalah dengan pria yang kecerdasannya setara dengan kacang mede.
 
Menghadapi UAS semester depan, mereka belajar bareng lagi. Kali ini Wawan ngajarin Wira seadanya sembari meyakinkan kalo UASnya lebih gampang dari yang sebelumnya. Padahal dalam hati Wawan, dia gak mau kalo nantinya Wira bisa dapet nilai lebih tinggi seperti sebelumnya.

'Wan, yang harus gue pelajari bab mana aja nih ? semuanya ?'
'Gak usah, bro. Bab 1 sampe 3 aja udah cukup. Woles aja.'

Hasilnya ? Wawan dapet nilai tertinggi, sedangkan Wira dapet nilai seadanya. Wira bingung, dia menggaruk selangkangannya dan bergumam, 'Why the fuck is this happening to me ? I read all the chapters he mentioned before, and this is all i got ?'

Sama halnya dengan temen lu yang gembrot gak mau ngeliat lu jogging, temen lu yang jomblo gak mau ngeliat lu berusaha untuk nyari cewe orang, temen lu yang IPKnya terjun bebas kaya nilai tukar rupiah gak mau ngeliat lu belajar. Mereka mau, seenggaknya nasib lu sama kaya mereka. Why ?

Because everyone wants to tell you what to do and what's good for you. They don't want you to find your own answers, they want you to believe theirs. 

 

10. Jangan terlalu banyak mikir dan segera bergerak. 


 


Kesalahan terfatal di taun 2013 adalah terlalu banyak berpikir dan minim aksi. Gue sendiri lebih banyak duduk di depan laptop dan mengkritik setiap hal yang gak sesuai dengan sifat malas gue.
 
'Kok ending filmnya gini ?'
'Kok cowo kaya dia bisa dapet cewe cakep kaya gitu?'

'Kok kuenya gak enak ya? Kaya ada rasa kecut-kecut ketiak gitu.'
'Kok gambar lu kaya gitu?

'Kok banjir terus, pemerintah ngapain aja?'

Opini dan Kritik muncul ketika seseorang/organisasi menciptakan sesuatu, sebuah film, hubungan dengan lawan jenis, gambar, cerita atau bahkan banjir (ups). Mereka yang cuma bisa mencela karya orang lain hanya merefleksikan rasa takut mereka untuk melakukan perubahan, karena dengan mencela karya orang lain adalah alesan untuk gak ngebuat apapun. 
'Buat apa gue bikin sesuatu yang orang lain bikin dan hasilnya jelek?'
'Gue bisa aja bikin lagu, tapi gue harus nunggu waktu yang tepat. Buat apa gue bikin lagu, kalo lagunya kaya Kangen Band ?'
 

Selama orang gak pernah menghasilkan apa-apa, karya mereka akan selalu sempurna dan gak bisa dicela. 'Gimana caranya mau nyela, kalo karyanya aja gak ada ?' Atau Kalo mereka mencoba membuat sesuatu, mereka sengaja ngebuatnya dengan setengah hati supaya keliatan jelas bahwa ini bukan hasil maksimal mereka.
 
'Kok lagu lo malah kaya Kufaku Band ?'
'Sory bro, gue bikinnya sambil cebok, jadi gak fokus. Kalo gue fokus, pasti lagunya lebih dahsyat dari Justin Bieber'
'Terserah lo dah, nyet' 


Kita gak bisa terus menerus jadi orang yang berpikiran seperti itu, karena ini yang ngebuat hidup kita jadi stagnan, dan ngebuat kita benci diri kita sendiri.






Gue mau nyoba apapun yang gue bisa, dan itu dimulai di taun ini, ngambil semua kesempatan yang gue bisa, ngelanjutin apa yang udah pernah sempet berhenti (balik latian MP, lanjut ngeblog, gowes sampe puncak Ciremai, ngerakit petasan) seenggaknya untuk menunjukkan siapa-diri-kita-di dalemnya adalah bener-bener jiwa yang baik. Jangan terpaku dengan resolusi yang jumlahnya bisa diitung pake jari, belajar apapun yang kita bisa. Belajar masak, bersosialisasi dengan makhluk sekitar, ikut latian beladiri, lempar lembing, tolak peluru, ikut ruqiyah, cari calon istri, bikin tutorial hijab atau hal apapun yang bikin kita bisa nyebutin lebih dari 5 pencapaian di akhir taun 2014 dengan mudah.


Biar hidup kita gak kaya taun-taun sebelumnya, gitu-gitu aja, cenderung stagnan, gak ada pencapaian. Buya Hamka pernah bilang, 'Kalau hidup sekedar hidup, Babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar kerja, Kera juga bekerja'. Dan gue gak mau disamain dengan babi hutan ataupun kera.









Cirebon, 19 Januari 2014







Salam Ganteng,

Penulis : frosthater ~ Sebuah blog yang menyediakan berbagai macam informasi

Artikel 1920 x 1080 ini dipublish oleh frosthater pada hari Sunday, January 19, 2014. Semoga artikel ini dapat bermanfaat.Terimakasih atas kunjungan Anda silahkan tinggalkan komentar.sudah ada 0 komentar: di postingan 1920 x 1080
 

0 comment:

Post a Comment