
Orang bilang cinta itu ada di setiap sudut kehidupan, tapi gimana kalo kehidupan kita seperti lingkaran ?
Tenang, postingan kali ini gak ada hubungannya dengan yang namanya
tinja (Ehm, maksud gue cinta), apalagi dengan hal yang berkaitan dengan
hati, ya meskipun hati itu kayak sepotong coklat, untuk membaginya kita
harus mematahkannya terlebih dahulu.
Beberapa hari yang lalu gue baru bisa tidur jam setengah 10 pagi
setelah semaleman guling-gulingan di depan tipi. Meskipun dipaksain
merem, bukannya tidur otak gue malah mikirin sesuatu yang seharusnya gak
dipikirin, mendramatisir keadaan yang sebenernya baik-baik aja, dan
membuat beberapa skenario tolol yang gak bakal pernah terjadi meskipun
lebaran monyet tiba. Misalnya, jika tiba-tiba gue direkrut menjadi agen
mata-mata intelijen yang dikirim ke teritori musuh, nungguin
berhari-hari di atas tower sampe target muncul, dan menghapusnya dari
jarak ratusan meter dengan senapan berkaliber 0.50. Atau bagaimana jika
ternyata alien itu ada, dan bakalan menginvasi planet kita. Apa yang
harus gue (kita) perbuat ? kita bakal ngelawan mereka pake apa ?
Gundam ? Ksatria Elang ? Atau mikirin apa yang bakal terjadi kalo ada
benda yang gak terhentikan bertabrakan dengan objek yang gak bisa
digerakkan. Dan yang paling absurd adalah gimana kalo ternyata ramalan
suku Maya itu bener ? 21 Desember tinggal 3 hari lagi dan gue belum
penempatan.
Tapi kalau dipikir-pikir, bagaimana jika seandainya ramalan suku Maya itu bener ?
Dosa gue masih banyak, ibadah gue juga jauh dari sempurna, kebaikan
yang gue lakuin kadang masih pamrih. Mungkin kalo semuanya dijurnal,
posisi akun dosa gue berada diposisi kredit, yang nilainya lebih tinggi
dari akun pahala pada posisi debit. Oh, shit.  Bagi mereka yang
pesimis, “Yeah, man. Seenggaknya penderitaan di dunia ini selesai.”
Emang sih ada benernya juga, banyak hal-hal yang gak kita inginkan
akhirnya selesai, begitu pula dengan hal-hal baik lainnya. Sebenernya
hal yang paling gue takutin bukanlah benar atau tidaknya ramalan suku
Maya. Gue gak begitu takut kalo seandainya dunia bener-bener berakhir,
karena hal itu udah pasti. Gue lebih takut kalau semuanya masih tetep
sama.
Things tend to get worse. Dunia ini juga makin konyol.
Total utang dunia sekarang nyampe USD 49,5 triliun. Emangnya dunia
ngutang ame sape ? Alien ? Bangsa Saiya ?. Tingkah laku ironis juga
makin marak.Orang-orang yang ngaku pecinta alam malah nulisin “Save our
earth” di jutaan lembar kertas yang dibuat dari pohon. Dan kemaren gue
nemuin orang yang naik motor ke alun-alun kota buat lari pagi, atau
orang-orang di kota besar yang kejebak macet sewaktu pengen lari diatas
Thread Mill di gym terdekat. Pikiran gue waktu itu, “Kenapa gak jogging
aja dari rumah ?”
Di belahan dunia lain, perang terjadi dimana-mana, sementara ada pihak yang memanfaatkan situasinya. Korupsi ada dimana-mana, sementara orang lain kesulitan dengan kejujurannya. Kelaparan dimana-mana, sementara milyaran ton makanan terbuang percuma setiap tahunnya. Kemiskinan dimana-mana, sementara ribuan orang kaya berplesiran keluar negeri ngehamburin uang-uangnya. Ribuan orang berdemo menuntut keadilan, tapi ketika salah satu dari mereka ingin diadili, mereka berdalih dan tidak segan menyuap petugas. Sogok-menyogok perihal melancarkan usaha juga banyak terjadi, tetapi orang-orang yang melihatnya cenderung menutup mata dan membiarkannya. Sehingga orang-orang awam melihatnya hanya seperti mitos yang beredar di masyarakat, tidak lebih. Orang-orang kaya dan berkuasa membuat pencitraan palsu dengan quote-quotenya seolah-olah dunia akan membaik, padahal enggak. Dunia semakin kacau. Media masa membuat sendiri ilusi sosial, politik, agama dengan hiburan-hiburan palsu untuk membuat orang-orang kabur dari kenyataan yang ada, tanpa menyadari bahwa mayoritas sebenarnya sedang menderita, dan gambaran keseluruhan gak akan bisa merefleksikan kebahagiaan yang ada. Mungkin ini alasan Pein sewaktu pengen ngehancurin Konoha. Mungkin. Orang-orang juga semakin absurd. Banyak yang Islam, tapi cuma sekedar islam (di KTP doank), sholat cuma sekedar sholat (yang penting solat padahal waktu udah mepet), puasa juga cuma sekedar puasa (yang penting nahan laper, itu juga kalo gak ketauan).
Termasuk Ibu Pertiwi kita. Dari jaman Bung Karno sampe sekarang, keadaan tanah air makin menurun. Utang luar negeri kita saat ini $225,467,213,115 dengan jumlah penduduk 248,100,546 jiwa, yang artinya tiap orang menanggung utang sekitar Rp 8 juta ($909.14, $1=Rp 9k) Ironis, negeri dengan kekayaan alam yang luar biasa kini memiliki banyak hutang ke negara lain. SDAnya banyak yang dikuasai asing, sementara kaum pribumi banyak yang dijadikan buruh dan dikirim keluar negeri sebagai bantuan tenaga kerja. Orang-orang yang pinter banyak memilih kerja diluar ketimbang membangkitkan iklim usaha di Indonesia dengan alasan karena tidak dihargai di negeri sendiri. Belum lagi sekarang industri pertelepisian kita dihantam dengan demam boyben maho. Dafuq memang.
Keadaan jadi makin buruk bukan hanya karena banyaknya orang jahat yang melakukan hal buruk, tapi juga karena banyak orang baik yang hanya diam dan gak ngelakuin apapun untuk ngerubahnya. Dan ini yang gue khawatirin dengan keadaan sekarang.
Mungkin ini saatnya buat ng-upgrade diri kita jadi lebih manusia.
Jangan mau kalah sama komputer, kemaren aja Microsoft udah ngeluarin
Windows 8. Masa kita sebagai warga negara Indonesia yang udah merdeka
kelakuannya masih kaya komputer kasir.
In the middle of nowhere, 18-12-2012
Salam Ganteng,
0 comment:
Post a Comment