
Pernah gak lu tiba-tiba ditelpon sama nomer gak dikenal?
Terus ketika lu angkat, si penelpon tersebut malah nanya, “Halo ini siapa?”
Lalu dengan setengah heran, otak lu mengirimkan stimulus untuk melontarkan beberapa pertanyaan sarkas seperti di bawah ini;
“Lah, gue siapa? Lah lu sendiri siapa?”
“Lu bisa tau nomer ini dari mana?”
“Lu mau nelpon siapa?"
"Masa lu punya nomer tapi gak tau mau nelpon siapa?”
“IQ kamu dua digit yah?”
“Lah, gue siapa? Lah lu sendiri siapa?”
“Lu bisa tau nomer ini dari mana?”
“Lu mau nelpon siapa?"
"Masa lu punya nomer tapi gak tau mau nelpon siapa?”
“IQ kamu dua digit yah?”
Tapi gimanapun besarnya keinginan gue untuk menjawab pertanyaan penelpon tersebut dengan kata-kata mutiara seperti di atas, akhirnya gue hanya bisa menghela napas sambil menekan tombol ‘reject’.
*tut...tut...tuttt...*
Jujur, gue gak ngerti dengan pola pikir orang-orang kayak penelepon tadi,
mereka rela ngebuang pulsa dan beberapa menit waktu dalam hidupnya cuma buat
nelpon orang gak dikenal, tanpa tujuan, dan dilakukan secara acak. Coba bayangin, kalo orang yang
nelpon itu lu. Ketika lu dapet nomer HP (entah dapet darimana atau emang lu
minta dari orang lain), kalo nomernya lu kenal, belum tentu juga kan lu
telpon? Emang keperluannya apa lu nelpon dia, penting kah? Kalo gak
penting, ngapain juga nelpon? Betul, gak?
Itu kalo orang normal. Nah kalo orang-orang seperti yang gue ceritain di atas, kira-kira gimana jalan pikirannya?
Dia dapet nomer, entah dia kenal atau engga, entah keperluannya apa, entah ekspektasinya apa, dia main telpon aja. “Halo, ini siapa?”
Dia dapet nomer, entah dia kenal atau engga, entah keperluannya apa, entah ekspektasinya apa, dia main telpon aja. “Halo, ini siapa?”
Apa coba faedahnya?
Pernah
suatu ketika, gue ditelpon sama nomer gak dikenal. Karena gue orangnya
waspada, gue hampir gak pernah ngangkat telpon dari nomer gak dikenal.
Kecuali dia nelpon berkali-kali setelah gue cuekin, berarti kemungkinan
besar orang itu kenal gue dan tujuannya penting. Waktu itu, nomer yang gak dikenal tersebut
nelpon berkali-kali setelah gue cuekin. Karena hati gue merasa tergerak, akhirnya gue angkat.
Me : *Diem*
Caller : “Halo...”
Me : “Ya, Halo...”
Caller : “Halooo..”
Me : “Iya, Haloo...”
Caller : “Haloooooo..”
Me : “Ya, Halooo...”
Caller : “Hellooooooowwww..”
Me : “Iya, Haloooooo...”
*dan adegan ini terjadi berulang-ulang sampe ladang gandum dijatuhi meteor cokelat dan jadilah Coco Crunch*
Caller : “Halo...”
Me : “Ya, Halo...”
Caller : “Halooo..”
Me : “Iya, Haloo...”
Caller : “Haloooooo..”
Me : “Ya, Halooo...”
Caller : “Hellooooooowwww..”
Me : “Iya, Haloooooo...”
*dan adegan ini terjadi berulang-ulang sampe ladang gandum dijatuhi meteor cokelat dan jadilah Coco Crunch*
Ngangkat
telepon dari nomer yang gak dikenal adalah sebuah kesalahan besar.
Jujur, sejak kemaren siang, gue kayaknya gak akan lagi ngangkat telepon
dari nomer gak dikenal, meskipun yang nelpon itu adalah kepala seksi di kantor
gue sendiri yang lagi kejebak di dalem WC dan kehabisan tisu toilet.
Lu tau? Kemarin adalah salah satu hari yang mencekam buat gue. Sewaktu lagi asik liatin ribuan row Ms. Excel, tetiba ada telepon masuk dari nomer gak dikenal. Awalnya gue cuekin. Tapi entah kesurupan setan goblok macam apa, akhirnya dengan tololnya telepon itu gue angkat.
Me : *ngangkat telepon*
Caller : *hening*
Me : *hening*
Caller : *hening*
Me : *hening*
Caller : *hening*
Me : *wadefak, bruh?*
*gitu aja terus sampe Firaun hidup lagi*
Caller : *hening*
Me : *hening*
Caller : *hening*
Me : *hening*
Caller : *hening*
Me : *wadefak, bruh?*
*gitu aja terus sampe Firaun hidup lagi*
Setelah lebih
dari semenit diem-dieman saling nunggu ngomong duluan kaya ABG yang lagi
marahan, gue sempet berpikir, “Mungkin sinyalnya jelek? Atau suaranya
kekecilan?”
*pencet loudspeaker*
*hening*
*masih hening*
*pencet loudspeaker*
*hening*
*masih hening*
*Kressekkkk....kreskkk..krskskskkk...*
Dan anehnya, setelah puluhan detik kamu angkat, tetep gak ada suaranya. Yang ada hanya suara berisik dari saluran telepon itu sendiri. Seolah-olah dia lagi nungguin gue untuk berbicara sesuatu. Karena merasa bodoh, akhirnya gue menggerakan tangan gue untuk meraba layar hape buat mencet tombol hang up, tetiba terdengar suara desahan napas yang sangat berat. Seperti desahan napas pria paruh baya yang kesehariannya ngisepin petasan mercon. Karena penasaran, telinga kanan gue deketin ke arah speaker hape dengan asumsi, "Siapa tau dia lagi ngomong sesuatu tapi suaranya kecil?" Tapi lagi-lagi yang terdengar hanyalah sebuah keheningan mencekam, suara saluran telepon, dan desahan napas berat seorang pria dari seberang sana. Persis seperti yang dilakukan oleh psikopat legendaris di film Silence of The Lambs. Gue semakin penasaran, dan akhirnya memutuskan untuk nempelin telinga gue ke sisi speaker hape. Begitu mau nempel sisi speaker hape, tetiba ada suara pria paruh baya dengan suara berat terbata-bata, “Hh..halo...?”
“Anjayyyy...” gue kaget setengah mampus. Dan teleponnya langsung gue tutup. Sebelum gue disantet jarak jauh, dan disulap jadi kadal budug.
Dan anehnya, setelah puluhan detik kamu angkat, tetep gak ada suaranya. Yang ada hanya suara berisik dari saluran telepon itu sendiri. Seolah-olah dia lagi nungguin gue untuk berbicara sesuatu. Karena merasa bodoh, akhirnya gue menggerakan tangan gue untuk meraba layar hape buat mencet tombol hang up, tetiba terdengar suara desahan napas yang sangat berat. Seperti desahan napas pria paruh baya yang kesehariannya ngisepin petasan mercon. Karena penasaran, telinga kanan gue deketin ke arah speaker hape dengan asumsi, "Siapa tau dia lagi ngomong sesuatu tapi suaranya kecil?" Tapi lagi-lagi yang terdengar hanyalah sebuah keheningan mencekam, suara saluran telepon, dan desahan napas berat seorang pria dari seberang sana. Persis seperti yang dilakukan oleh psikopat legendaris di film Silence of The Lambs. Gue semakin penasaran, dan akhirnya memutuskan untuk nempelin telinga gue ke sisi speaker hape. Begitu mau nempel sisi speaker hape, tetiba ada suara pria paruh baya dengan suara berat terbata-bata, “Hh..halo...?”
“Anjayyyy...” gue kaget setengah mampus. Dan teleponnya langsung gue tutup. Sebelum gue disantet jarak jauh, dan disulap jadi kadal budug.
0 comment:
Post a Comment